Chapter 27

1.2K 54 0
                                    

Seralyna POV

Setelah memandikan Geo, aku membawanya pergi ke taman. Di taman, sudah ada ketiga adik iparku.

Gerrard, di membaca buku semacam novel yang kubawa dari apartemenku.

Varo? Dia lebih memilih untuk membaca sejarah entah sejarah apa yang pasti bukunya tebal. Sangat tebal.

Revan? Ia memainkan alat musik dan keahliannya. Biola. Alat musik yang disukainya. Ia mahir memainkan setiap nada dari biola itu.

Biola berwarna putih dan baju dan jas berwarna putih dengan rambut revan yang sedikit panjang berwarna coklat terang. Badan yang berdiri tegap. Membuatnya tampak elegan.

Belum lagi dengan wajahnya yang tampan, badan yang gagah dan tegap membuat nya semakim elegan dan di sehani semua cewek di sekolahku joka ia masuk ke sekolahku.

Aku menurunkan Geo dari gendonganku dan Geo langsung turung lalu pergi berlari menangkap seekor kelinci di sana.

Taman kerajaan? Tidak buruk. Banyak bunga berwarna warni, harum dan ditambah dengan beberapa ekor kelinci di sana.

Aku mendengar alunan musik dari biola Revan. Sangat menenangkan.

"Permainan yang bagus, Revan" pujiku padanya dan duduk di antara Gerrard yang asik sedang berpacaran dengan buku novelku dan Varo.

Aku duduk lebih dekat dengan Gerrard.

Revan yang mendengarnya langsung berhenti memainkan biolanya. Ia terdiam.

Setelah bebergpa menit, ia berbalik dan menghampiriku. "Kau.. Mengatakan.. Apa?" Tanya nya dengan sedikit terbata dan terlihat seperti tidak percaya?

Aku yang takut salah bicara pun menjawab dengan sedikit terbata. "Permainan... Yang...... Bagus, Revan?" Kataku mengilang pujianku padanya.

Ia diam dan memelukku. "Terima kasih" jawabnya saat memelukku. Aku pun membalasnya.

Apa ada yang salah dengan ucapanku? Pikirku.

Tidak, dia hanya tidak pernah di puji oleh orang lain selain saudaranya. Balas pikiran lainnya yang masuk dalam kepalaku?

Edmund? Pikirku.

"Itu aku" jawab Gerrard. Revan melepaskan pelukannya dan kembali ke depan kami. Membelakangi kami dan memainkan kembali biolanya. Tapi dengan alunan lagu yang berbeda.

"Ka - kau?" Tanyaku heran.

"Ya, kenapa?" Tanyanya kembali.

"Bagaimana bisa?" Tanyaku lagi. Gerrard menutup buku novelku yang di bacanya.

"Aku bisa membaca pikiran orang lain. Maka artinya..... ?" Jawabnya menggantungkan jawabannya dengan nada bertanya.

"Apa?" Tanyaku yang belum konek. Gak ada wifi sih...

Ia menghela nafas sebentar. "Itu artinya aku jua bisa memasuki pikiran orang itu" jawabnya lalu ia kembali berpacaran dengan buku yang ia baca.

"Gerrard kau sensian" celetuk Varo. Aku langsung mendekati Varo. "Mungkin" kataku menyetujui perkataan Varo.

"PMS?" celetuk Revan yang entah kapan bergabung dengan kami.

"PMS? Apa itu kak?" Tanya Geo yang entah kapan datang dan minta di pangku.

"Nanti kau akan mengerti, Geo"_ kataku dan terkekeh.

"Oh, ayolah, kenapa kalian menjadi benar benar menyebalkan? Oh tidak. Kali ini kalian super menyebalkan" kata Gerrardnyang memberi kutip pada kata super.

"Beneran PMS ya?" Celetuk Varo lagi yang berhasil membuat Gerrard memanyunkan bibiernya dan terdiam.

Alhasil, kami semua tertawa puas kecuali Geo yang tidak mengerti dengan percakapan kami, dan Gerrard yang menjadi korban tawaan kami.

"Sudahlah, mungkim ia sedang badmood" kataku menyudahi.

"Betul tuh" kata Getrard yang landung ceria dan memelukku dari pinggir.

"Cuman kak Lyna yang pengertian sama aku, gak kayak kalian yang menjerumuskan" kata Gerrard sambil menjulurkan lidahnya pada Revan dan Varo.

Gerrard bahkan lebih kekanakan daripada dua adiknya, Varo dan Revan.

***
Sori pndek, sori byk typo, sori gaje

Vampire ? Me ? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang