#Chapter_7: Detak Jantungmu

2.9K 196 10
                                    

Rasakan jantungku yang berdetak. Kau selalu dipikiranku sekarang. Ketika hari di dunia yang sulit, kau tertawa dan kau membuatku merasa kalau aku tidak pernah sendirian. [Super Junior – All My Heart]

🍇🍇🍇

Malva menyerah, kepalanya berdenyut nyeri. Sejak satu jam lalu mencoba menyelesaikan tugas matematika dengan memahami rumus yang baru siang tadi dipelajari, benar-benar membuat otak pubakalanya sariawan.

Malva payah dalam pelajaran hitungan, dan tidak pernah hebat dalam pelajaran hapalan. Singkatnya ia itu tidak pintar a.k.a memiliki otak sepadat dodol. Mengharapkan diberi contekan pada si kembar beda gender, tidak akan bisa.

Kedua temannya itu semenjak memasuki SMA sudah berikrar bahwa; tidak akan pernah lagi member contekan dalam jenis apapun kepada Malva. Ia harus belajar dan berusaha sendiri tanpa mengandalkan contekan dari siapapun. Itu untuk kebaikan Malva, tapi rasanya berat sekali.

Gadis manis bergigi ginsul itu tidak suka belajar, ia lebih suka menghabiskan waktu membaca novel, nonton ataupun bermain game di laptop.

Malva mendesah frustasi, kepalanya berbaring menyamping, menindih buku tugas yang belum terselesaikan. Ia beralih pada Mawar. "Kak, Mas Bro kok nggak pernah dateng lagi ke sini? Dia takut ya ama gue?" tanyanya.

Sudah satu bulan ini Ocean tak lagi mengunjungi rumahnya. Entah apa yang terjadi. Terakhir kali pria itu ke sini adalah sehari setelah kejadian di karaoke. Meskipun Ocean tetap mengerjakan tugas Malva, tapi bahasa tubuh yang menghindari gadis itu jelas terlihat. Aneh.

Ia tidak tahu jika Ocean ketakutan setelah melihat pertarungannya ketika itu. Malva mengambil kesimpulan sendiri.

"Kak Cean lagi sibuk, dia juga sakit makanya nggak bisa ke sini." Mawar menyahud. Sejak tadi ia menguasai kasurnya. Berguling-guling seenaknya yang membuat seprei kasur Malva tersibak. Ponsel ditangannya tak pernah lepas. Ketika mendapati sesuatu yang menarik dari benda persegi itu, ia akan tertawa lepas layaknya orang tak waras.

Alis Malva berkerut heran. Bagaimana bisa orang sakit bisa sibuk? Lagi pula, memangnya apa yang bisa dikerjakan orang seperti Ocean?

"Gue serius Kak, Mas Bro kenapa nggak pernah lagi main ke sini? Dia masih takut ya ama gue karna ngelihat pertarungangan gue waktu itu?"

"Gue juga serius, Va. Kak Cean lagi sibuk bantuin Orion. Dia juga sakit kalau ketemu lo, jantungnya bermasalah. Makanya Kak Cean nggak pernah lagi ke sini."

Malva mangut-mangut mengerti. Ocean, masih takut padanya. "Cemen banget sih, Mas Bro. Masa cuma ngeliat gue bertarung doang, takutnya sampe kayak gitu." Komentar Malva.

Mawar terkekeh. Selain bodoh, adik antahberantahnya itu benar-benar tidak peka.

"Kak, emang lo nggak bisa ya ngajakin Mas Bro ke sini? Kalau lo yang minta, Mas Bro pasti mau. Lo 'kan orang yang Mas Bro sayang."

"Lo kangen ama Kak Cean,Va?" tanya Mawar memastikan.

"Iya, gue kangen banget. Jadi lo bisa 'kan ngajakin Mas Bro ke sini?" pinta Malva dengan anggukan keras. Senyum licik samar-samar terlihat.

Mawar mendengkus, ia berdecak tak habis pikir dengan adik bodohnya itu. Mawar tahu betul dengan niat busuk Malva kenapa menginginkan Ocean ke sini. Tak bisakan gadis itu tulus sedikit pada Ocean? Inilah yang Mawar khawatirkan.

"Giliran tugas lo numpuk aja, lo bilang kangen. Apa nggak bisa ya, lo tulus dikit sama Kak Cean tanpa lo manfaatin dia buat ngerjain tugas lo?"

Malva menggaruk tengkuk. Cengiran bodohnya tercipta yang terlihat amat menyebalkan bagi Mawar. "Gue tulus kok sama Mas Bro, buktinya waktu itu gue nolongin dia. Jadi nggak salah dong kalau gue sering mintain dia ngerjain tugas gue. Lah, dia juga nggak nolak."

Beautiful Gift [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang