#Chapter_16: Perkara Yang Sulit

3K 182 51
                                    

Apakah kau mendengar isi hatiku? Apakah kau melihat air mataku?
Hanya satu di dunia, hanya satu. Aku membutuhkanmu
Kenapa kau terus lari dariku? Kenapa kau terus menjauh dariku?
Tetaplah disisiku, pegang tanganku. [Hyorin – Crazy of You]

🍇🍇🍇

Speaker portable masih menyatu pada lubang USB laptop. Fantastic Baby milik Big Bang mengalun keras dan penuh semangat dari sana, seakan berusaha menelan rintihan penderitaan seseorang.

Proses eksekusi sedang berlangsung, tersangka divonis bersalah oleh Hakim hingga Algojo turun tangan memberikan hukuman yang terasa seperti di neraka. Ini tidak adil, tapi sangsi sudah dijatuhkan dan tak ada cara untuk menghindar.

Mulut Malva disumpal sapu tangan, berikut tubuhnya yang hanya dibalut sarung batik. Kulitnya yang kuning langsat, mengkilat karena peluh. Sembab di mata tercipta oleh liquid yang terus luruh. Wajahnya memerah, gurat-gurat terlihat nyata sebagai bentuk rasa sakit yang tak tertahankan.

Sial! Malva memaki. Kenapa ia harus mengalami hal seperti ini hanya karena menolak ke dokter?! Ini penyiksaan namanya bukan penyembuhan!

Oh, apakah ada yang tahu jika kebanyakan orang tua di Indonesia pasti memiliki setidaknya satu resep obat ramuan atau cara tradisional dalam menyembuhkan penyakit? Begitupun dengan orang tua Malva.

Selain jago memasak, memiliki kecepatan cahaya dalam mengomel, Bunda juga menguasai tehnik penyembuh turun temurun dari nenek moyang. Demi gigi berlubang Patrick, jika disuruh memilih Malva lebih menginginkan uang jajannya di PHK dibanding harus menerima Ninjutsu Urut dari Bunda.

Sejak Bunda dan Mawar masuk ke kamarnya dengan menebar senyum polos layaknya bayi enam bulan, Malva sudah mencium hal yang tak beres. Lalu di sinilah ia berakhir, terkapar tak berdaya karena tangis dan menahan sakit setelah menerima Ninjutsu Urut dari Bunda.

Kecelakaan Malva kali ini cukup parah. Bagian kepalanya ada yang benjol, serta tubuh bagian kirinya tertubruk keras di pagar. Malva tidak ingin ke dokter, maka jalan satu-satunya harus di urut.

Kata Bunda, tubuhnya akan jauh lebih baik setelah diurut. Ya, memang jauh lebih baik. Tapi, Bunda tersayangnya itu dan Kakak Kera Pemalasnya, tidakkah mereka tahu betapa menyakitkannya diurut setelah terjatuh? Itu luar biasa sakit?!

“Udah nggak apa-apa. Sekarang kamu istrahat, jangan begadang nonton dulu. Nih juga badan kamu hangat gara-gara kehujanan tadi. Jangan lupa dihabisin madu hangatnya ya.”

Malva membuang muka, sakit hati jiwa dan raga. Ucapan Bunda tak ia gubris sama sekali. Bibirnya maju sepuluh senti, sedang suara sesegukan masih menyertai. Ia sudah ditelanjangi paksa, lalu diurut dengan kekuatan mesin. Jangan kira Malva akan dengan mudah memaafkan!

Mawar terkekeh mengejek, meski disisi lain ia kasihan juga melihat Adik Bodohnya tersiksa. Bunda menghela nafas maklum, sebuah kecupan kasih menyapa kening Malva. Ucapan selamat tidur terdengar, sebelum akhirnya pintu kamar Malva menutup.

Malva berdecak, ia tak nyaman. Selepas prosesi urut selesai, Bunda memakaikan kembali pakaiannya. Badan Malva lengket, juga bau. Entah minyak urut apa yang digunakan Bunda tersayangnya itu. Katanya minyak ‘ajaib’, tapi baunya aneh seperti kutu kasur.

Tak tahan dengan itu, Malva beranjak ke toilet. Mandi malam sangat tidak sehat, terutama dalam kondisi tubuhnya seperti ini. Malva tidak peduli, yang terpenting bau minyak busuk itu segera pergi agar ia bisa tidur.

Beautiful Gift [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang