#Chapter_14: Cupcake Mawar

3.2K 205 67
                                    

Senandungan kecil membentuk nada musik Negeri Ginseng, mengalun dari gadis pemilik lesung pipi, bergigi ginsul. Rambutnya tercepol tinggi dengan poni yang menghiasi, gaya rambut andalan Malva---mengikuti idol favoritnya. Rok jeans selutut dipadukan kaos putih dengan logo ‘EXO’ di bagian dada, melengkapi penampilan sederhana Malva. Manis, bahkan mungkin amat manis untuk ukuran gadis somplak sepertinya.

Binar semangat terlukis di manik jernih Malva. Berbicara mengenai mengapa ia seperti itu, bukan hal luar biasa sebenarnya. Memangnya apalagi jika bukan sesuatu berbau hari libur. Ujian Nasional tingkat SMA sudah dimulai tiga hari lalu. Hanya empat hari masa liburan, dan ini hari terakhir. Menghabiskan waktu bersama si kembar beda gender tanpa gangguan Ocean, sungguh hadiah liburan terindah untuk Malva.

Meski disini Malva terkesan keterlaluan sebab membohongi pria abnormal itu dengan mengatakan; Ia sakit. Oh, terima kasih untuk Orion yang sudah memberi Malva ide itu sehingga bisa mencegah kedatangan Ocean setiap saat.

“Lo mau ke mana?” Mawar muncul entah dari mana menghalau jalan Malva.

“Jalan, bareng Fahra-Fahri,” sahut Malva acuh. “Napa, lo mau ikutan?”

Tanpa babibu, Mawar menarik lengan adik bodohnya itu menuju dapur. Kekacauan kecil di meja pantry yang diciptakan Mawar sepertinya akan menjadi tanggung jawab Malva untuk dibereskan. Demi kerang laut Bikini Bottom, dapur yang sejak subuh tadi Malva tata rapi kini bagai sarang penyamun karena Kakak---si Kera Pemalas.

“Lo habis adu perang sama panci, Kak?” tanya Malva takjub, atau bisa dibilang sedikit … ngeri.

Suara berisik masih terdengar dari siaran youtube di ponsel yang menampilkan tutorial membuat kue. Buku resep terbuka lebar, tepung-tepung berhampuran di lantai, cangkang telur, begitupun meses dan bumbu kue lainnya.

Loyang-loyang berisi adonan encer memenuhi meja pantry, sepiring kue gagal---tidak terlihat seperti kue sebab warna gelap karena gosong dan bentuk yang lebih menyerupai emoticon “pup”---membuat mulut Malva menganga lebar.

Sebenarnya apa yang hendak dibuat Kakaknya itu? Malva bahkan menangkap keberadaan merica hitam serta kunyit bubuk di sana.

“Lo lagi buat apa sih, Kak? Kenapa dapur jadi berantakan kayak gini, lo nggak tahu gimana capeknya gue beresin?!” Malva menuntut penjelasan. Bibirnya mengerucut dengan pipi mengembung, Malva tengah mengomel, namun di mata Mawar yang terlihat seperti adik bodohnya itu tengah merajuk karena tak di belikan permen.

Gadis Chinese itu memutar mata acuh, benar-benar tidak peduli dengan tenaga lelah yang Malva keluarkan mengurus rumah. “Gue mau buat cupcake,”

Cupcake?” Malva membeo, keningnya mengerut dalam. “Lo mau buat cupcake pake campuran merica sama kunyit?”

“Iya,”

“Serius lo, Kak?!”

“Gue mau buat cupcake blackpepper kayak icecream yang pernah gue makan. Kalo kunyit, itu karena gue lupa beli pewarna kuning makanya gue ganti pake kunyit. Kunyit ‘kan warnanya kuning, sering dipake buat masakan. Jadi gue pikir boleh-boleh aja kalo gue pake buat pewarna makanan untuk kue.”

Tampang polos Mawar ketika menjelaskan itu membuat Malva menepuk jidat, memberi remasan kuat pada poninya sebagai pelampiasan kebodohan sang Kakak. Demi kebodohan Patrick yang berada di bawah angka nol, sepertinya kebodohan Kakaknya dalam urusan dapur seribu kali lebih minus dari Bintang laut itu.

Beautiful Gift [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang