#Chapter_9: Malam Bertabur Bintang

2.9K 183 4
                                    

Seperti terperangkap dalam sihir.  Saat melihatmu, hatiku berdebar-debar. Dari kepala hingga ujung kaki, aku menyukaimu. [girls Day]

🍇🍇🍇

Sembari mendorong troli yang berisi kebutuhan rumah tangga, Malva menyusuri rak-rak Toserba. Ia memastikan satu-satu belanjaan yang ia masukan dalam troli, sesuai dengan catatan yang diberikan Bunda. Deterjen, sabun mandi, minyak goreng, dan lainnya, lengkap semua.

Malva membawa troli ke area rak snack. Senyumnya mengembang lebar. Ini dia yang paling Malva sukai ketika menawarkan diri membeli kebutuhan rumah tangga di Toserba. Ia tidak perlu mengeluarkan uang untuk membeli cemilan apapun yang ia inginkan.

Cukup lama Malva menunggu di kasir dikarnakan antrian panjang. Toserba yang berlokasi diseberang kompleks perumahan Malva ini, memang selalu ramai pengunjung. Selesai dengan pembayaran, Malva keluar menenteng dua kantong kresek belanjaan ukuran besar, sebab tambahan cemilan yang mungkin lebih banyak dari catatan belanja Bunda.

Dinginnya udara Malam, menyapu permukaan kulit Malva ketika mengayuh Dullalah. Kebiasaan gadis berkulit kuning langsat itu selalu sama. Ia menyumpal telinga dengan earphone, mengikuti lirik musik di sana.

Bukan senandungan kecil yang ia keluarkan, melainkan suara cempreng kejepit pintu yang memekakan telinga. Sepanjang perjalanan pulang, gadis itu menjadi tontonan, mengira ia; Aneh. Tapi seolah buta Malva tidak peduli. Ia hanya mengekspresikan rasa senangnya karna membeli banyak cemilan, dan orang-orang tidak perlu tahu itu.

Memasuki pekarangan rumah, mulut Malva tak berhenti mengeluarkan suara. Lirik lagu Exo-Monster yang ia lantunkan dengan tidak fasih, seakan merusak gendang telinga siapapun yang mendengar.

Malva turun dari Dullalah, menenteng dua kantong kresek besar belanjaan. Gerakan Shuffle Dance serampangan, ia padupadankan dengan musik, semakin menambah kadar 'nyeleneh' dalam diri gadis itu. Ia tidak sadar dengan empat pasang mata di teras yang mengamatinya menganga, sejak ia memasuki pekarangan rumah.

"Ne mamsoge gagindeon chae, jugeodo yeongwonhi sallae."

"Come here girl! You call me mons—eh keju!" Malva mengumpat karna terkejut, baru menyadari keberadaan empat orang itu.

Ada Ocean yang terlihat ngeri melihatnya karna suara nyanyian merusak pendengaran, sebelum berganti lengkungan senyum kekanakan. Mawar, tak jauh berbeda dari raut ngeri Ocean, ditambah pelototan garang karna Malva bertingkah memalukan.

Orion yang cukup maklum hanya terkekah. Kemudian Eva yang menatap dengan sebelah alis terangkat tinggi, diikuti dengkusan geli atas kelakuan 'ajaib' Malva. Reaksi yang membuat Malva iri, karna apapun yang dilakukan wanita itu selalu terlihat cantik dan menawan.

Kerutan heran tercipta dikening Malva. Untuk apa wanita itu ke sini dengan bersama si kembar? Ini hanya perasaanya saja atau ada sesuatu yang terasa janggal?

Malva melepas earphone, menganggap eneka penilaian dari empat orang itu adalah rasa takjub untuknya.

"Gue tahu kok suara gue bagus, jadi ngeliatinnya nggak usah berlebihan. Gue serasa jadi idol beneran tahu, kalau ditatap 'ngiler' kayak gitu." Puji Malva untuk dirinya. Tidak peduli apa yang ia ucapkan itu justru terdengar bodoh.

Malva, kembali mengambil kesimpulan seenak udel.

Mawar mendengkus, mengomel dalam benak. Sedang Orion dan Eva nampak terkekeh geli.

Pipi Malva mengembung, merasa dianggap lucu. Ia beralih pada Ocean. Tapi, pandangan tidak fokus pria itu padanya ... entahlah?

"Suara gue bagus 'kan, Mas Bro? Lo aja ngeliatnya takjub."

Beautiful Gift [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang