#Chapter_12: Arti Ciumanmu Untukku

3.4K 201 23
                                    

Sebuah ciuman pertama seperti mimpi. Aku ingin bersamamu setiap hari. Aku ingin dengan lembut bersandar pada bahumu. Apa kau tahu apa yang kurasa? Aku, jatuh padamu. [Sonamoo – First Kiss]

🍇🍇🍇

Hujan deras mengguyur ibukota. Air langit yang turun menyapa bumi, layaknya kabut putih yang menghalangi pandangan. Ditemani segelas coklas hangat, Malva duduk santai diteras rumah. Malva suka hujan. Hawa dingin dari hujan, baik untuk tidur ataupun bersantai seperti ini.

Jemari kurusnya bermain di layar smartphone, ia terkekeh pelan kala membaca kolom komentar untuk potret diri yang ia upload di sosmed. Potret diri saat ia, Fahra, Fahri serta Ocean belajar renang.

Tiga hari masa skorsing dimanfaatkan Malva dan Fahra untuk belajar renang dari Fahri. Sehari di kolam renang umum dan dua harinya di rumah si kembar beda gender. Hanya kursus kilat tiga hari dan tak mungkin ada keajaiban untuk nilai praktikum mata pelajaran olahraganya.

Selama itu pula, Ocean tak pernah absent mengikuti Malva kemanapun. Oh, terima kasih untuk Kakak cantiknya yang seenak udel sudah memberitahu Ocean perihal rencananya belajar renang hingga pria abnormal itu datang tepat ke rumah di saat ia akan pergi. Sial dan merepotkan tentu saja.

Larangan untuk Ocean agar jangan mengikuti, sudah ia lakukan. Namun serangan kata 'manis' dan pojokan intimidasi dari Orion tak cukup kuat menahan larangan tersebut. Untungnya, ketika Malva membawa serta Ocean ke rumah si kembar beda gender, orang tua mereka tak begitu mempermasalahkan.

Ocean menurut, tidak membuat ulah apapun. Lagipula di rumah Fahri aman, tidak akan ada yang mengganggu Ocean seperti di kolam renang umum.

Menyesap coklat hangatnya, Malva kembali terkekeh. Ada banyak komentar yang memuji fisik rupawan Ocean. Tak tahu saja mereka, jika yang dipuji itu adalah seorang pria cacat mental sejak lahir.

Ditengah keseriusannya bergulat dengan layar ponsel, jemari dingin seseorang mengusap pelan wajahnya. Malva terlonjak kaget, ponsel ditangan ia jatuhkan. Ia mendongak, siap menyembur siapapun itu yang membuat jantungnya nyaris keluar.

Ada Ocean yang berjongkok dihadapannya. Rambut pria abnormal itu basah, berikut kemeja putih polosnya diarea pundak juga basah karena menerobos hujan saat keluar dari mobil pengantar.

"Mas Bro, kenapa lo ada disini?!" bentak Malva tanpa babibu. Jemari Ocean di wajahnya ia tepis kasar. Sungguh, ia risih dengan perlakuan Ocean yang seperti itu.

Pria abnormal itu mengerjab polos. Tak pernah terkejut lagi dengan bentakan gadis bergigi ginsul itu.

Malva mencak-mencak melayangkan umpatan tanpa suara untuk Ocean. Malaikat ditelinga kananannya berkata: Ia harus sabar mengahadapi orang seperti Ocean, tapi iblis ditelinga kirinya menyahut: Ia berhak marah-marah karena pria abnormal itu sudah menggangu kebebasannya.

"Ya udah deh masuk, entar lo masuk angin lagi!" ucapnya tak iklas lalu menarik tangan pria itu untuk masuk.

Malva hanya seorang diri di rumah. Ayah dan Bunda pagi-pagi sekali sudah berangkat ke Bandung setelah menerima telepon jika Nenek sakit. Sementara Mawar di kampus, dan akan pulang pukul 5 sore nanti. Meski begitu, Malva lebih baik sendiri dari pada berada di rumah tapi ditemani Ocean.

Segelas coklat hangat dan sepiring cemilan, Malva suguhkan untuk Ocean. Ketika berada didapur, pria abnormal itu mengekor kemana pun. Malva berdecak, raut wajahnya terlihat jelas nampak tak suka, tapi Ocean tak mengerti itu. Baginya adalah berdekatan dengan Malva yang membuat hatinya senang.

🍇🍇🍇


Tak ada tugas sekolah yang bisa Malva jajalkan untuk Ocean kerjakan. Malva tak berminat bermain PS melawan Ocean. Gadis manis bergigi ginsul itu hanya duduk menemani, sementara Ocean disampingnya asik sendiri.

Beautiful Gift [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang