#Chapter_13: Bukan Keinginan

2.7K 196 20
                                    

Tatap mataku, aku bisa melihatmu dan berbisik sendirian. Sekali saja, tersenyumlah padaku. Aku bisa bertahan hanya dengan melihat wajahmu. [SHINee - Selene]

🍇🍇🍇

Suara tawa menggema dari para penonton dalam reality show yang Malva tonton di layar TV depan sana. Entah itu jenis tawa sungguhan ataupun dibuat-buat, nyatanya acara settingan itu sukses menyedot animo masyarakat. Malva bukanlah orang yang menyukai hal tak bermutu seperti itu, apalagi zaman sekarang ini, dimana nyaris semua stasiun TV tanah air dihiasi tontonan yang jauh dari kualitas bagus.

Baik itu senetron, FTV, reality show, panggung musik, maupun siaran gosip, nyaris semuanya hanya mengandalkan settingan, dan juga gimmick untuk meningkatkan rating acara. Ide dan konsep sinetron serta FTV, itu-itu saja, pengolahannya kurang matang, adegan yang ditampilkan pun terasa monoton dan membosankan. Artis dan aktor yang digunakanpun kebanyakan hanya mengandalkan tampang dengan mengesampingkan kemampuan.

Miris. Maka tak heran, untuk hiburan semacam tontonan yang menarik, Malva lebih menyukai karya-karya luar yang tak hanya mengandalkan tampang semata. Namun kali ini, gadis manis bergigi ginsul itu sepertinya menjadikan salah satu ‘tontonan tak bermutu’ itu sebagai pelampiasan stress baru.

Malva duduk di sofa---tak benar-benar duduk sebenarnya---menatap layar TV di depan dengan posisi duduk anomaly. Kepalanya menghadap ke bawah dan kakinya menjuntai ke atas, bersandar pada punggung sofa. Walau siaran TV menarik seluruh fokusnya, tapi pikirannya entah menyelam ke mana?

Sejak percakapannya bersama Orion, pikirannya banyak di sekaki hal-hal menggelikan seputar apa saja yang mungkin terjadi di kehidupan remajanya yang menyenangkan ini lalu disuatu saat bisa berubah mimpi buruk.

Tidak!

Ah, berbicara mengenai mimpi buruk. Sudah seminggu lebih, Ocean tak lagi berkunjung. Entah apa yang Orion katakan pada pria abnormal itu, yang jelas Malva syukuri. Namun entah sampai kapan Ocean a.k.a mimpi buruk Malva akan bertahan tidak mengunjunginya. Siapa yang tahu?

Tapi, jika Ocean tidak berkunjung ke rumah, siapa yang akan menyelesikan tugas-tugas sekolahnya? Malva jadi dilema.

Disatu sisi Ocean masih berguna, namun disisi lain pria abnormal itu juga merepotkan.

“Lo ngapain duduk kebalik kayak gitu, kepala lo nggak pusing?” Mawar bertanya, ia duduk di samping adik bodohnya. Siaran TV yang membosankan, ia alihkan ke chanel berikutnya.

“Gue pernah nonton Drama Korea, ceweknya duduk kayak gini. Kalau gue nggak salah ingat sih, katanya duduk kayak gini buat memperlancar peredaran darah.” Sahut Malva mengarang. Nyatanya, apa yang ia lakukan semata karena pikirannya sedikit … ‘bergeser’.

Mawar berdecak. Hal-hal gila seperti itu kenapa pula harus di tiru. Memperlancar peredaran darah? Yang benar saja!

“Bangun, Va,” Mawar menarik tubuh Malva agar posisinya berubah. “Leher lo bisa sakit kalau kayak gitu terus. Lo dodolnya kok nggak hilang-hilang sih, hal-hal aneh yang lo tonton selalu aja lo ikutin.”

Malva berbaring dengan benar di sofa, namun kakinya dengan seenak jidat sengaja ia jatuhkan dipangkuan Mawar. “Lah, gue ‘kan kayak gini udah dari lahir. Kalau lo pengen punya adek yang otaknya encer nggak padet kayak dodol, harusnya pas Bunda ngandung gue, lo doa-nya yang bagus-bagus. Kali aja pas gue lahir mirip Im Yonna. ‘Kan lo juga yang bangga punya adek cantik plus pintar.”

Mawar menipiskan bibir, kerutan kesal dikeningnya tercetak jelas. Tidak sopan! Tanpa ampun, ia mencubit betis Malva agar menyingkir dari pangkuannya.

Beautiful Gift [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang