#Chapter_20: Usikkan Mimpi

2.1K 160 53
                                    

Sendirian di ruangan yang lebih luas dari biasanya. Hukuman atas kesalahanku cukup berat. Kata terakhir yang kau tinggalkan, sekarangpun aku masih tak bisa menahannya. Hatiku sakit. Satu kesalahan, punya satu penyesalan. Tak ada seorangpun yang sempurna, bukan? [SNSD – Time Machine]

🍇🍇🍇

Putaran bulan dan matahari, cukup menjadi penanda jika waktu terus bergulir. Sehari, dua hari, hingga tiga minggu sudah berlalu dari malam mengerikan itu. Malam yang merenggut tawa kekanakan, malam yang menciptakan kehampaan permanen di rongga dada Malva, dan malam yang mengabulkan harapan Malva.

Malva menyumpahi Ocean, berharap pria abnormal itu tak pernah muncul di dalam hidupnya. Malva membenci waktu, yang mempertemukannya dengan Ocean. Malva berharap Ocean pergi sejauh-sejauhnya dari hidupnya agar ia bebas tanpa gangguan.

Maka selamat!

Tuhan mengabulkan harapannya hanya dalam satu malam. Tapi, sebagai timbal balik dari harapan jahatnya itu, Tuhan juga meninggalkan lubang gelap di hati Malva. Lubang gelap yang tak akan pernah terisi cahaya, sebab cahaya yang selama beberapa bulan ini berpedar di kehidupan Malva sedang ‘tidur’.

‘Tidur’ yang lama tanpa tahu kapan akan terbangun.

Para dokter itu mengatakan Ocean punya banyak harapan untuk selamat, 90 dari 100. Ocean memang selamat, tapi apa artinya jika ia tak pernah bangun? Ocean hidup, tapi tak benar-benar hidup.

Dimalam mengerikan itu, Malva ada di sana. Menyaksikan setiap detailnya tanpa satu hal pun yang terlewat. Dari banyaknya darah yang mengucur, Malva tahu cidera di kepala Ocean sangatlah fatal. Pun diperparah dengan keberadaan hemofilia yang diidap Ocean sejak lahir ke dunia ini.

Dokter-dokter itu pikir Malva bisa dibohongi? Tidak! Otaknya memang bodoh, tapi tidak cukup bodoh untuk mempercayai sebuah kebohongan.

Mereka mengatakan Ocean akan segera bangun. Pria abnormal itu sudah melewati masa kritisnya. Tapi apa yang Malva lihat?

Ocean masih di sana, terbaring kaku. Di tempeli banyak alat medis penopang hidup, berikut detektor jantung, yang setiap bunyinya seakan mengiris gendang telinga Malva selapis demi selapis hingga habis.

Dokter-dokter itu berbohong padanya. Bagaimanapun Malva menggertak, dan sekeras apapun Malva berteriak. Dokter-dokter itu tetap akan memberikan jawaban sama untuk kondisi Ocean.

Lalu mereka yang mengetahui kondisi Ocean yang sebenanrnya, juga saling berkompromi membohongi Malva.

Ocean akan segera bangun? Omong kosong!

Ocean tidak akan bangun dalam waktu dekat. Atau yang terparah, Ocean mungkin tidak akan pernah bangun sama sekali.

Apa mereka pikir dengan melakukan itu akan meringankan penderitaan Malva? Tidak!

Mereka seakan memberi harapan palsu dan memaksa Malva untuk percaya. Lalu ketika Malva mencoba untuk percaya, maka tarikan kenyataan mengambil alih, menenggelamkan Malva di dasar gelap yang ia ciptakan sendiri.

Apa yang mereka pikirkan dengan memberi Malva harapan palsu? Ketenangan hati?

Jangan bercanda. Malva tidak akan pernah bisa tenang sementara pisau-pisau Freddy Krueger terus menikam jantungnya di alam mimpi. Malva tidak pernah tenang bahkan ketika lelap menyapa. Ia hanya akan tertidur sebentar sebelum akhirnya kembali bangun dengan peluh membanjir dan airmata bercucuran serta nafas satu-satu yang saling mengejar.

Beautiful Gift [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang