#Chapter_21: Hari Yang Terlewati Tanpamu

2.3K 191 95
                                    

Aku menangis sangat lama, karena aku tak bisa melihatmu. Walaupun aku berdiri tepat di depanmu, mengapa kau tidak melihatku? Bisakah kau mendengarku? Tidakkah kau tahu bahwa hatiku sangat putus asa? Hatiku selalu sakit setiap hari, dan hanya bisa membiarkannya. Seperti itulah aku hidup sejauh ini. [Can You Hear Me – Ost Hotel Del Luna]
🍇🍇🍇

[4 Years Later]

Harapan dan permintaan Malva ketika menghadap Tuhan dalam sujud, tak pernah berubah. Lima kali ibadah wajib dalam sehari yang kadang pula diselingi dengan ibadah sunah, Malva tak pernah bosan melantunkan doa yang sama.

Berkantong-kantong airmata yang tumpah ruah dikala sujud dalam doa dan pengharapan, cukup menjadi bukti jika Malva belum mau berputus asa. Masih ada harapan. Walau hanya nol koma sekian persen, tetap masih ada harapan. Malva menolak menyerah untuk meminta.

Seribu kali, sepuluh ribu kali, seratus ribu kali, Malva tidak akan bosan untuk meminta selama masih ada harapan sekecil apapun. Malva tahu Tuhan tengah menghukumnya. Maka dari itu Tuhan belum mengabulkan doa Malva hingga kini.

Tidak apa-apa, Malva masih sanggup. Malva akan menunggu. Malva harus memperbaiki semua kebodohannya dimasa lalu. Malva harus menebus semua kesalahannya dimasa lalu. Malva sudah berjanji, jika Ocean sadar nanti maka Malva akan memberikan apapun untuk bisa membahagiakan Ocean.

Ocean harus sadar. Pria abnormal itu harus bertanggung jawab untuk mencairkan hati dan perasaan Malva yang ikut membeku tepat dihari yang sama ketika Ocean ‘tertidur’ hingga kini.

Malva berubah, benar-benar berubah. Tidak, bukan kegilaan yang membuatnya berubah, kewarasannya masih ada. Hanya saja, untuk berperilaku dan tertawa seperti sebelumnya, Malva tidak pernah sanggup.

Bagaimana mungkin Malva bisa lepas berperilaku, jika di dalam kepalanya terlukis permanen wajah pilu seseorang yang menyayat tameng rasa bersalahnya? Tidak akan bisa.

Tidak ada lagi Malva yang tertawa lepas seperti orang kesetanan.

Tidak ada lagi Malva yang suka mendengarkan musik ‘sakit jantung’.

Tidak ada lagi Malva yang menggilai Idol Korea.

Tidak ada lagi Malva yang penuh kejahilan dan kebanyolan.

Tidak ada lagi Malva yang akan menyanyi heboh diringi tarian ular meliuk.

Tidak ada lagi Malva yang akan memeras dompet Mawar.

Tidak ada lagi Malva yang akan selalu mengejek Mawar dan membuat Kakaknya naik darah.

Tidak ada lagi Malva yang suka menyontek, dan meminta bantuan Fahra-Fahri mengerjakan tugas sekolah.

Tidak ada lagi Malva yang fleksible, terbuka dan berteman dengan siapapun, bahkan tidak malu sampai harus ikut nimbrung gosip ibu-ibu tetangga.

Tidak ada lagi Malva yang bersumbu pendek, yang bilamana dikompori dengan kata ejekan akan langsung membara bahkan tidak akan takut jika harus terjun dalam adu hantam.

Malva yang seperti itu sudah tidak ada. Lalu, Malva saat ini seperti apa?

Gadis yang lebih banyak diam. Berbicara seadanya tanpa banyak bacotan. Gadis yang lebih banyak menghabiskan waktunya berpacaran dengan novel dan buku berbobot lainnya. Gadis yang sekarang lebih peduli dengan nilai akademisnya. Gadis yang menutup diri dari pergaulan serta organisasi tidak penting di kampus. Lulus kuliah secepatnya dengan nilai IPK tidak memalukan adalah tujuan Malva saat ini.

Beautiful Gift [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang