GIRL ON THE FRAME

179 3 0
                                    

tok tok tok.

"Permisi boss Zayn.." Aku menyapanya dengan sopan, tidak seperti yg ia suruh kemarin untuk memanggilnya Zayn saja. Karena, well, ini di kantor. Ia menyuruhku panggil Zayn jika diluar saja bukan?

Tapi sayangnya, ruangan itu tampak kosong, tidak ada siapa-siapa bahkan Gigi sekalipun. Well, omong-omong soal Gigi, aku tidak sengaja menemukan fotonya  yg begitu cantik dengan sorot wajah mulusnya, tampilan close up yg membuat seluruh wajahnya terpampang. Rambutnya yg berantakan memberi kesan liar dan berani (?) Bahkan aku bisa menebak bahwa ia sedang tidak mengenakan sehelai pun baju. Dasar model, selalu terlihat sempurna dikamera. Terkadang aku iri padanya.

Lalu ada juga foto boss Zayn yg aku perhatikan sejak pertama kali aku kesini, disitu ia tampak sangat sangat tampan. Rambutnya tidak gondrong seperti sekarang melainkan botak namun masih ada rambut tipis diatasnya. Tidak kelihatan persis seperti apa warna rambutnya karena ia mengeditnya menjadi filter black and white, namun yg jelas itu bukan hitam. Mungkin putih, atau kuning. Entahlah.

"Ehem," Aku segera menoleh ke arah suara berasal.

Tampak pria maskulin dengan janggut khasnya dan rambut hitam yg disisir kebelakang, sangat oldie but goldie. YEAH. Ia mengenakan setelan hitam seperti biasanya, sedang memperbaiki letak jam tangannya.

"Boss.. Ada apa ya?" Tanyaku masih dengan nada sopan.

"Kenapa kau tidak kerja?" Ia malah balik tanya sembari terus memperhatikanku.

"Sebenarnya, tugasku untuk minggu ini sudah selesai, hanya meminta tanda tangan boss untuk berkas berkas yg tersisa. " Ujarku lagi, menjaga jarak dengannya karena ia tiba-tiba saja mendekat dengan tatapan tajam, setajam silet. Pffft.

"Mana berkasnya?" Ia pun duduk di kursinya yg kelihatan empuk sekali itu. Ehm.

"Sebentar boss saya ambilkan.." Lalu ketika aku hendak membuka pintu, dia kembali memanggilku.

"Sekalian buatkan teh hangat ya. Gulanya dibanyakin." Katanya datar,

"Baik boss." Akupun keluar dan segera membuatkan teh yg ia minta lalu mengambil berkas dimejaku.

Aku menemukan Rose dan seseorang yg lain sedang mengobrol dikejauhan namun aku malas untuk menghampiri mereka, karena pasti Rose akan bertanya 1000 hal mengenai masalahku. Jadi lebih baik tanpa sepengetahuan semua karyawan, aku segera masuk kembali ke ruangan boss Zayn.

Ia tampak sedang memainkan MacBook-nya sambil memakai headphone, wow, I've never seen anything like this. Dia terlihat begitu serius, namun jadi terhenti karena kehadiranku.

"Ini boss.."

Ia hanya terdiam, menandatangani setiap kertas yg kubuka, ia santai sekali bahkan tidak dibacanya kertas-kertas itu berisi apa. Main tanda tangan saja. Aneh sekali memang boss ini.

"Ada lagi?" Tanya-nya.

"Sudah, ini tehnya." Ujarku lagi.

"Terimakasih." Katanya datar. Hufft, dia sepertinya memang bad mood. Tidak bergairah sama sekali daritadi.

"Baiklah, saya permisi." Lalu aku membawa berkas itu kembali kemudian keluar,

Boss Zayn selalu bisa membuat moodku berubah-ubah. Kadang aku sangat segan dengannya sehingga aku terpaksa mengubah bahasaku didepannya menjadi sangat formal, tapi kemarin ia berhasil membuatku nyaman dan mau mengganti tiap kalimat menjadi santai.

Ditengah jam makan siang, aku menemani Rose dan teman-teman yg lain makan di restaurant sederhana di seberang kantor. Mereka semua pada menikmati makanan mereka sedangkan aku duduk diujung, hanya ditemani es jeruk manis sambil asyik menggambar. Akhir-akhir ini hobiku memang mencoret-coret sesuatu menjadi suatu karya [eakk] yah begitulah.

"Angelina!" Seseorang memanggilku dari kejauhan. Rose rupanya.

"Iya sebentar." Aku bergegas mengembalikan buku sketch ini ke dalam tas dan kembali bergabung dengan mereka semua.

***

Sialnya, boss Zayn memberikanku banyak sekali tugas di weekend ini. Pada dasarnya Sabtu adalah hari kebebasanku selain hari Minggu, karena yah.. begitulah kehidupan di kota ini. Pekerjaan akan jadi lebih ringan dihari Sabtu. Tapi begitulah cara boss Zayn melampiaskan kekesalannya. Yaitu dengan cara memberikanku tugas yg menumpuk sehingga membuatku lembur di hari Sabtu.

Betapa teganya dia.

Aku harus menghadapi ini semua sendiri kantor. Mana kantor sepi pula, tak ada satupun orang disini, satupun. Cleaning service juga sudah pada pulang. Mungkin jalan-jalan dengan keluarga mereka. Dan aku hanya menunggu nasib di tempat ini. Nasib yg semoga saja bagus.

Lebih sakitnya lagi aku tahu bahwa sebenarnya aku tidak benar-benar sendirian. Karena masih ada boss Zayn dikantornya. Bersama Gigi. Mereka sedang berdua didalam ruangan serba hitam putih itu.

Entah apa yg mereka lakukan. Walaupun aku ada dibawah namun aku bisa mendengar suara tawa dari lantai atas yg selalu menggelegar tiap menitnya. Apa yg mereka lakukan? Pfft, pastilah konseling suami-istri.

Aku pun menghela. Tidak niat untuk mendengar itu, kupasang headphone dengan volume paling besar agar aku tidak dengar suara-suara mematikan dari lantai atas. Ini bahkan lebih horror daripada film House of Wax dimana semua orang fake as fuck.

Sebuah tepukan dibahu membuatku terkejut bahkan hampir loncat dari bangku saat ini juga, jantungku rasanya mau copot karena tepukan itu begitu kilat dan aku langsung menoleh, tak lupa melepas headphone dari telinga. FUCK It's him.

"Boss.." Aku masih diambang kepanikan melihatnya sudah tidak dengan jasnya. Kini ia mengenakan kemeja hitam polos. Dasinya jg sudah ia lepas.

"Sudah selesai?" Ia bertanya dengan nada datar, pandangannya jg kosong. Jangan-jangan dia kesurupan.

"Be..Belum boss." Entah kenapa aku jadi gagap lagi. Sialan.

Ia pun mengalihkan pandangan seakan sedang berpikir sesuatu. Sesuatu yg membuatku menunggunya untuk mengutarakan itu. Bahkan, aku tidak melihat tanda-tanda Gigi disana. Kemana wanita itu?

"Sudahlah, kau pulang saja." Katanya begitu santai kemudian pergi. WHAT THE HECK?

"Seriously.." Aku bergumam kecil. Jadi ia hanya bilang itu setelah bersenang-senang dengan istrinya? Pfft seharusnya aku pulang sejak awal. Dasar boss aneh.

*
*
*

BORING AS FUCK I KNOW.
WAIT FOR THE NEXT ONE.
HOPE YOU'LL LOVE IT.
THANKS.

Mistress // z.m [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang