Malam ini, seperti janji Rose, kami pergi ke konser Coldplay yg katanya sangat aesthetic itu. Entah apa maksud dari arti kata itu yg bahkan tidak ada hubungannya sedikitpun, tapi aku hargai saja usahanya membuatku senang. Well, setidaknya aku tidak perlu bayar apapun.
Untungnya juga, Wendy ikut. Gadis itu terlihat begitu antusias walaupun dia harus bayar sendiri tiket konsernya demi menikmati suasana konser bersamaku dan Rose. Kami jadi bertambah 'company' yg seru seperti Wendy, itu adalah suatu anugrah. Hah, bicara apa aku.
Disini begitu ramai. Tentu saja, kalau sepi bukan konser Coldplay namanya. Tapi ruangan Boss Zayn. Lupakan itu, toh dia tidak pernah memikirkan aku kan? Untuk apa juga pikirkan orang itu. Tapi anehnya kenapa sedaritadi aku sendirian ditengah kerumunan makhluk yg sedang bersorak sorai ini? Maksudku, dimana mereka berdua? Rose dan Wendy, kenapa aku baru sadar aku kehilangan mereka? Oh sialan.
Aku langsung mengambil ponsel dari tas dan fuck this shit, lowbatt melanda ponsel keparat ini. Aku ingin sekali teriak untuk memanggil mereka namun aku sama saja bodohnya jika melakukan itu. Astaga, sekarang bagaimana?
Padahal aku ingat sekali mereka tadi didepanku, persis didepan. Tapi sekarang tinggal manusia-manusia asing yg sedang bernyanyi lagu Viva La Vida yg sering sekali kudengar di iPod Rose.
"SHIT." Aku mengutuk keadaan terus menerus. Kenapa ini harus terjadi padaku.
* * *
Rose's POV
Wendy terus panik karena tidak menemukan Angelina. Hais, kemana sih anak itu? Dia lupa ya ada kami berdua? Apakah dia berencana kabur agar bisa sendirian dan membuang-buang tiket gratis dariku? Memang dasar.
"Astaga Rose, kenapa kau tidak panik? Temanmu sedang hilang! Jangan-jangan dia diculik." Wendy semakin melantur.
"Tidak akan. Wendy, Angelina adalah orang yg pintar. Setidaknya dia tahu jalan keluar." Jawabku menenangkannya.
Aku terus menghubungi nomor Angie, tapi hasilnya nihil. Nomornya tidak aktif. Anak itu memang ingin kabur kah? Pfft, sangat disayangkan tidak menikmati konser bersamaku. Jangan-jangan dia tersesat? Astaga, masa iya Angelina tersesat? Atau mungkin dia dapat kenalan baru jadinya melupakan kami?
Akupun terus mencari gadis itu, kenapa dia tidak mencari kami ya?
"Kita cari dia lagi setelah konser selesai ya? Please, aku juga menikmati mereka nyanyi." Ujarku, aku tahu Angelina baik-baik saja.
Wendy melirikku datar, tapi nafasnya terengah membuat dadanya naik turun, "Oke, tapi janji jangan sampai tidak ketemu."
"Promise." Aku tersenyum kecil padanya, semoga saja dia tidak benar-benar hilang.
* * *
Angelina's POV
Aku menggeram sendiri, harus berjalan sendiri mengitari halaman parkir mobil ini, hari semakin malam dan aku sudah sangat lelah. Bertubrukan dengan banyak orang, bahkan tidak sedikit yg bau yg membuat penciumanku mendadak jd tajam. Aku sempat hampir muntah tadi itu. Kepalaku kini pusing karena dehidrasi. Aku tak tahu apakah itu normal yg jelas sekarang aku harus cari minum.
Sibuk mencari minum dan kawan-kawanku yg hilang di parkiran, aku berusaha untuk mengintens-kan indra penglihatanku dimalam hari ini. Karena tiba-tiba aku melihat sosok seseorang yg tidak asing lagi. Dia sedang berdiri disebelah mobil Mercedes Benz yg kemarin sempat kutumpangi. Bahkan, ia memandangiku begitu lama.
"Zayn?" Aku memanggilnya, tidak yakin.
Ia menjilati bibirnya sebelum menjawabku, [is that even important?], "Sendirian?" Tanya-nya.
Aku memberanikan diri untuk menghampiri pria itu, ia kini berbalut jeans hitam dengan kaos oblong hitam juga, dan jaket kulit yg bahkan tidak lain dari warna seluruh pakaiannya. Astaga dia seperti hendak melayat. Tapi ia tampak sangat casual, tentu saja, dari yg biasanya kulihat. Tampak lebih muda dan lebih tampan. Jelas sekali.
"Kau disini juga?" SHIIIIT HOW DARE. Memanggilnya kau adalah sesuatu yg menantang. Bahkan pasti aku akan di PHK setelah ini.
"Iya. Mana kawan-kawanmu?" Aku terbelalak mendengar itu. Kenapa dia tahu aku bersama kawan-kawanku? Oh no, jangan-jangan yang dibilang Rose itu benar, dia indigo? Fuck, I mean apa sih hubungannya dengan indigo?
"Da.. darimana kau tahu?" Aku mengerutkan dahi. Mencoba mengerti semua tingkah anehnya ini.
"Pasti kau akan bersama Rose atau siapalah.. Mana mungkin orang sepertimu berani sendirian pergi ke konser." Jawabnya merendahkan diriku sekarang. Oh tidak bisa dibiarkan, kalau saja dia bukan boss ku, hm, sudah kucincang rambutnya yg kece itu. Dan, jaketnya akan kuambil, kusimpan dilemari supaya dia kapok.
Astaga
Itu konyol.
"Aku... awalnya memang bersama mereka. Dan entah kenapa mereka tidak ada lagi, ditambah ponsel sialan ini lowbatt, aku tidak bisa menelpon dan aku lebih baik pulang saja sekarang. Awalnya mau cari mereka, tapi sudahlah, pasti mereka sudah dirumah juga." Jelasku panjang lebar dan diakhiri oleh hembusan nafas yg panjang.
Namun ia hanya mengangguk kecil, mencari kalimat yg hendak ia lontarkan tapi nyatanya ia hanya diam. Dan aku seperti orang bodoh yg menunggunya menjawabku. Hufft, percuma. Sebaiknya aku pergi.
"Baiklah aku pergi saja." Aku mengangguk kecil. Tidak peduli.
Tapi ia diam, bahkan saat aku sudah berjalan meninggalkannya pun ia tetap tidak berkutik dan tidak memanggilku atau apalah yg buat aku berhenti untuk tetap bersamanya. Ia tetap diam. Hufft, untuk apa juga aku berharap? Pastilah dia sedang menunggu Gigi, mungkin wanita itu sedang ditoilet, atau sedang memaki petugas keamanan karena tidak tahu jalan keluar.
Aku sibuk mencari taxi setelah membeli air mineral di mini market yg untungnya ada diseberang tempat konser, betapa bahagianya diriku sekarang. Aku juga tidak lupa membeli coklat anti lapar yg diproduksi oleh perusahaan yg baik dan pengertian karena telah menyelamatkan rasa laparku.
Saat aku hendak menyebrang, again, aku hampir saja ditabrak oleh mobil yg mau jalan. Sialan, kenapa aku tidak melihat mobil itu? Aku menutup mata, takut habis ini ditabrak dan mati ditempat. Aku belum sempat pamitan pada Rose dan Wendy juga.
"Sialan! kenapa selalu dirimu sih yg muncul?" Tiba-tiba aku mendengar suara Zayn lagi, keluar dari dalam mobil.
Kubuka mataku pelan, melihatnya kini berdiri didepanku dengan jarak yg sangat teramat minim membuatku bisa mencium aroma maskulinnya yg begitu menggoda. SIALAN. Aku menahan nafas. Dia tidak boleh tahu aku menyukainya.
* * *
Zayn's POV
Aku terkejut sekali melihat wanita ini menyebrang tanpa melihat kanan kiri dulu, memang dasar. Kemudian aku keluar dengan perasaan yg aneh, aku sendiri tak bisa mendeskripsikan itu, kuhampiri dia yg tengah berdiri kaku sembari menutup kedua matanya. Tangannya erat memegang plastik belanjaan.
"Sialan! kenapa selalu dirimu sih yg muncul?" Kubentak dia dengan hati-hati. Bahkan, aku sengaja berdiri 10 centi darinya agar dia tahu aku memang mengamuk. Kalau saja aku tidak menge-rem dia sudah mati di tempat. Dan tentu saja aku tidak mau itu terjadi padanya.
"Ma.. Maaf." Dia selalu gagap jika aku memarahinya, entah kenapa.
"Kenapa sih kau selalu mau mati? Bosan hidup? Apa kau sadar kau masih diperlukan dikantor?"
"I..Iya boss maafkan aku, aku hanya ingin pulang dengan selamat. Maaf. Permisi," Ia pun kembali berjalan,menghiraukan sekitarnya, as always.
Dan aku tahu ada mobil yg melaju dengan cepat kearahnya, langsung kutarik anak itu secepat mungkin, hingga ia jatuh didekapanku. Oh God, untung saja aku berhasil lagi membuatnya selamat.
"For God's sake Angelina, why are you so dumb!!!! " Aku memarahinya karena kali ini aku benar-benar emosi dibuatnya.
"Ikut aku!" Kulepas dekapanku dan menyuruhnya masuk ke mobil. Dia benar-benar tidak bisa dibiarkan pulang sendiri.
* * *
UWOH BAHAYA INI BAHAYA. POOR ANGELINA.
STAY TUNE ;)
![](https://img.wattpad.com/cover/96344352-288-k869235.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistress // z.m [COMPLETED]
Hayran KurguTidak semua selingkuh itu berdampak buruk dalam rumah tangga. Itulah yang Zayn rasakan dalam hidupnya saat ia bertemu Angelina, sang orang ketiga dalam rumah tangganya. [18+] #4 in Mistress Copyright © 2018 by Bunga Lahutung