THE EYES

163 3 0
                                    

Berhari-hari aku berdiam duja, tidak beranjak dari mejaku selain ada sesuatu yg benar-benar urgent. Semenjak malam itu, malam dimana boss Zayn menyuruhku menyelesaikan tugas sampai jam 9 malam dimana dia asyik 'bermain' dengan istrinya itu, aku jadi malas untuk melayani boss Zayn. Aku tahu aku harus mengatur jadwal meetingnya, memberikan berkas untuk dia tandatangani atau mungkin membuatkan minuman disaat mereka meeting. Pfft, aku sudah malas. Kupindahkan semua pekerjaanku itu pada Rose dengan bayaran Starbuck setiap paginya. Untung saja ada dia.

Ketika aku sedang mengamati foto boss Zayn yg kugambar sendiri [entahlah itu dibilang foto atau bukan aku bingung jg] dikantor, tentu saja kantor lagi sepi semua orang makan siang. Aku tahu disini semua orang menunggu jam makan siang karena saat itulah semuanya bebas. Bebas kemana saja dalam waktu yg terbilang cukup lama. Aku sengaja menggambar matanya saja, karena kalau seluruh wajahnya yg kugambar, bisa-bisa semua org curiga dan berkata yang tidak-tidak. Pfft.

"Angelina!" Shit aku mendengar suara Rose yg nyaring itu dari kejauhan. Cepat-cepat kututup gambaran kecil ini dibuku agenda-ku.

"Apa?" Aku menyahut kecil. Tidak niat untuk makan, jelas saja ia memintaku untuk menemaninya makan siang.

"Aku ada tiket konser Coldplay untuk nanti malam." Ujarnya sesingkat itu. Bahkan, tidak ada pentingnya bagiku. Coldplay siapa saja aku tak tahu. Apakah itu boyband? Atau rapper.

"Lalu?" Aku menunggunya melanjutkan kalimatnya.

"Ada 2. Mau kan datang bersamaku? Please..." Ia memasang wajah puppy face-nya.

"Tidak, aku malas." Kemudian dengan santainya aku mengalihkan pandangan lagi ke komputer, sok sibuk.

"Oh ayolah, kau tidak perlu bayar apa-apa." Katanya lagi.

"Jam berapa kita pergi?" Aku langsung melayaninya seakan tidak terjadi apa-apa sebelumnya. Aku bahkan berdiri mendekati wanita itu dengan senyum sumringah dibibir.

"Aish, kau ini. Sekali dibilang tidak usah bayar saja semangat sekali."

"Hahaha.. iya-iya. Aku temani kok. Kau sudah makan? Yuk aku temani juga." Lalu aku menarik tangan Rose. Membawanya turun kebawah, ke kantin untuk makan siang. Tiba-tiba saja aku perlu mengisi 'bensin'.

* * *

Zayn's POV

Waktu menunjukkan pukul 1.49 pm dan aku masih duduk diruangan ini seperti orang bodoh. Seharusnya sejak 20 menit lalu Gigi datang membawakanku makanan tapi ia malah kabur seakan tidak punya suami. Bodoh sekali aku, sejak semalam bertengkar, ia tidak hendak memperdulikkanku lagi dan aku masih saja menunggunya bahkan mengharapkan dia untuk kemari. Sialan.

Aku berniat keluar ruangan dan mengajak wanita itu makan siang di tempat baru, aku sudah menemukan restaurant paling enak 10 mil dari kantor. Lagipula, aku rindu mengobrol dengannya. Memperhatikan bibir merahnya yang minta dikecup itu, membuatku keringatan menahan segala hawa nafsu sialan ini. Fuck, where is she? She's not even at her desk.

Disegala keheningan, aku malah menemukan buku tebal berwarna silver yg mengkilat [benar-benar feminin] diatas meja wanita itu. Disisi lain aku juga melihat fotonya yg begitu cantik dengan dress abu dengan atasan sabrina. Ia tampak berbeda dengan saat di kantor.

Lalu iseng kubuka buku itu, tampaknya itu agenda. Setiap lembaran tertulis waktu-waktu dimana aku, bossnya, masuk dan keluar kantor, makan siang, meeting, keluar kota bahkan waktu pulang pun tertera dilembaran buku itu. Sangat mencerminkan seorang sekretaris, kenapa aku tidak menjadikannya asisten pribadiku? Pfft, aku yakin ia akan dibunuh Gigi jika tahu aku mengangkatnya jadi asisten.

Tapi yg membuatku sedikit terkejut, dihalaman terakhir, ia menyelipkan suatu kertas berukuran lebih kecil dari buku itu, berisikan suatu gambaran atau sketch yg benar-benar seperti nyata. Lebih anehnya, aku merasa itu adalah cerminan diriku. Sialan.

Itu memang gambarku. Apakah ia benar-benar menggambar mataku di buku agendanya? Ya Tuhan kenapa aku sampai tidak sadar? Gambar ini terlihat begitu nyata. Kenapa dia harus menggambar mata bossnya sendiri dibuku agendanya? Aku sampai tersenyum kecil melihat karyanya yg bagus ini. Ia ternyata hebat dalam seni.

Aku membolak balikkan kertas itu mengharapkan ia menulis sesuatu lainnya yang tersembunyi, tapi nyatanya tidak ada. Nihil. Mungkin saja ia hanya berniat untuk menggambar, bukan menulis sesuatu lainnya yg ingin kuketahui. Pfft, Angelina, apa gerangan kau sampai melukis diriku? Apakah ia menyukaiku? Tapi, apakah ia tahu aku sudah punya istri?

Well, sejak kemarin aku sudah merasakan hal yg berbeda disaat bertemu dengannya. Ia sangat segan denganku. Menatap mataku saja enggan, apalagi berbicara. Ia beda. Karyawan yg lain tidak akan lakukan hal yg sama. Mereka malah selalu menyapaku dan memujiku setiap aku lewat, mereka akan senyum padaku. Look me in the eye and even, they touch me if they need to. Like, Angelina won't do the same things. No she won't. Maybe because she likes me. Damn it, that girl.

Cepat-cepat kututup buku itu dan keluar kantor, aku harus mencari udara segar. Seorang karyawan-ku telah membuat pikiranku amburadul, nafasku terengah seperti orang habis lomba lari padahal aku tidak lari sama sekali. Kukeluarkan sebungkus rokok dan mengambil 1 batang. Tidak enak rasanya jika tidak menghisap diwaktu-waktu seperti ini. Aku butuh menenangkan diri.

* * *

Angelina's POV

Saat kami sampai di kantin kantor [kantor ini memang besar, ada kantin 2 lantai bahkan terpasang Wi-Fi kencang sekencang payudara Rose hah] aku langsung mengambil tempat duduk paling ujung dekat Wi-Fi agar bisa internetan. Hidup itu sulit tanpa internet. Benar atau salah, ya pasti benar. Jaman sekarang kalau kau kurang Update maka... aku sendiri tidak bisa bayangkan. Pfft, lupakan.

Aku langsung memesankan makanan untuk kami berdua. Lalu kami saling main hape, tidak bicara lagi. Sampai akhirnya muncullah seorang wanita yg tampaknya friendly, menghampiri kami.

"Hai guys, aku gabung ya?" Tanya-nya kemudian melirikku yg melihatnya itu.

"Oh tentu saja." Aku tersenyum kecil padanya membiarkan dia duduk disebelahku dan Rose,

"Hai Wendy, apa kabar? Kenapa aku baru melihatmu?" Rose menyapa wanita itu. Tampaknya ia kenal.

"Iya, aku sudah dipindahkan dilantai 2, kau ingat? Selama ini aku dilantai satu." Jelasnya kemudian melahap makanannya.

"Ohh.. Baguslah. Kita akan semakin sering bersama." Rose tersenyum lebar padanya. Begitu juga dengan si Wendy ini.

"Oiya, Kenalkan, ini Angelina. Kau pasti sudah pernah tahu kan?" Rose akhirnya mengenalkan kami satu sama lain.

"Hai," Ia menjabatku seperti benar-benar baru pertama kali bertemu padahal setiap hari aku melihatnya sebelum naik ke atas namun tak pernah berbicara. Ia selalu sibuk dengan pekerjaanya, dan pacarnya yg kalau tidak salah lagi si James, pesuruh andalan Zayn.

"Hai juga." Aku tersenyum manis pada Wendy.

Well, semoga saja hubungan kami bagus. Aku akan bahagia bersama mereka berdua, aku yakin. Semoga Wendy menghargai apa adanya aku. Pfft, Rose saja begitu apalagi Wendy si anak lugu ini bukan?

* * *

Mistress // z.m [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang