HIS TATTOOES

197 3 0
                                    

Didalam mobil, aku terdiam. Ia pun begitu. Sepertinya ia tak berani berkata, aku sendiri enggan mengganggu ketenangannya. Jujur saja, aku tidak tahu harus bagaimana sekarang. Tak tahu harus membawanya kemana, ingin sekali aku mengantarnya pulang namun bimbang. Aku takut dia kenapa-kenapa. Cukup 3 kali ini saja aku melihatnya hampir ditabrak kendaraan, bahkan salah satu 'calon' tersangkanya itu aku sendiri. 

Beberapa saat kemudian, akhirnya aku angkat bicara. Aku harus membawanya pulang, dengan selamat. Seperti yg ia inginkan.

"Ehem, dimana alamatmu?" Tanyaku pelan. Takut mengagetkan dirinya.

Namun 5 detik kutunggu, ia tak kunjung jawab. Aku segera menengok gadis itu. Aku menelan ludahku ketika melihatnya sudah terlelap. Great. Sekarang aku fix bingung. Tidak mungkin aku membangunkannya hanya untuk menanyakan alamat rumah atau apartemen atau tempat tinggal dialah pokoknya. 

Hufft.

Aku memberhentikan mobilku ditempat yg sepi, untuk menghubungi Louis.  Aku akan membawa gadis ini ketempat Louis saja, semoga sobatku itu punya kamar spesial untuk gadis ini.

"Louis?"

"Hey Zayn vas happening?" Jawabnya dengan nada mengolok. Yeah I know.

"Pfft kau masih saja..."

"Hahah, yaya, ada apa?" Tanya-nya.

"Aku hanya ingin memesan kamar malam ini."

"Wow buddy, I didn't expect that? Rumahmu kenapa? Kau ingin lebih menantang kah malam ini bersama si Gigi? Hebat, karena aku punya VIP khusus untuk sobat-sobatku tersayang." Jelasnya.

"Hahaha thanks man. Aku akan tiba 10 menit lagi." Jawabku singkat.

"Oke Zayn I'll be here." Katanya.

Aku bahkan tidak menceritakan tentang gadis yg kubawa ini. Semoga saja Louis tidak shock atau bahkan berpikiran yg aneh. Karena pfft, tentu saja setelah ini aku akan pulang kerumah. 

Sesampainya di hotel, aku segera menggendong Angelina, tentu saja lewat pintu belakang dan langsung dihampiri Louis,

"Who..." Ia bahkan belum sempat bertanya sudah kupotong.

"Lou, please, kamarnya.."

"Oke follow me." Akhirnya ia mengerti maksudku, kemudian ia menuntunku ke lift, memencet tombol berangka 29 dan aku menelan ludah.

"Sialan, dia berat." Aku bergumam.

"Let me help u bro." Louis bergegas membantuku mengangkat Angelina dibagian kaki. Pfft, untung saja.

"Thanks, jangan sampai ia bangun." Ujarku pelan. Untungnya lagi, kami hanya berdua disini.

"Can u explain..?" Louis memasang ekspresi teranehnya.

"Pfft, bisakah nanti saja ngobrolnya? Takut bangun, serius." Aku memperdalam ucapanku.

"Okay." Ia pun mengerti.

Dan kami tiba dikamar nomor 2886, kamar paling ujung tapi setelah dibuka, suasana VIP-nya langsung terlihat. Aku pun segera membaringkan tubuhnya yg amat molek itu dikasur yg empuk. Ia hanya menggeliat kecil ketika aku menyelimutinya.

"She's beautiful." Louis berbisik dan berhasil membuatku menolehnya datar.

"She's my assistant. Seriously, kalau kau berani menyentuhnya hadapi aku dulu."

Mistress // z.m [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang