DESPERATE

72 1 0
                                    

Besoknya, aku langsung pergi ke airport untuk mengantar Zayn, dan well, ia sendiri yg meminta kantor untuk meresmikanku sebagai sekretaris pribadinya, yg membuatku jijik sendiri dengan jabatanku. Aku tahu aku sudah terjuluki sebagai wanita pengganggu hubungan orang namun jika ditambah sebagai sekretarisnya membuat itu semakin buruk.

Tidak hanya aku yg ikut, melainkan James juga termasuk orang penting Zayn, dia yg bertugas mengangkat koper dan barang bawaan Zayn ke dalam airport nanti. Terlebih dia juga satu-satunya orang yg tahu tentang hubunganku dan Zayn, jadi tak masalah bagiku untuk memperlihatkan kemesraan kami didepannya. Semoga saja dia tidak jijik.

"pfft, here we are.." uajrku berdiri dihadapannya, didepan pintu keberangkatan.

Aku segera melingkarkan tangan dilehernya dan ia memelukku erat, "Gonna miss u Angie." Ujarnya kecil.

"Take care yeah, jangan nakal disana." Ujarku yg tak peduli lagi akan kehadiran James diseberang sana yg sedang memperhatikan kami, yeah I can see him.

"Yeah babe I'll call you later on."

"Ingat pesanku sayang, jangan merokok lebih dari 2x seminggu dan minum juga, titip salam pada Liam dan Niall."

"Ugh seperti kau sudah kenal saja." Ia menggurutu.

Posisi kami masih sama seperti yg tadi, "It's okay, right? Zayn aku serius, jangan lupa hubungi aku dimanapun kau berada."

"Oke Mrs. Malik. Siap,"

"Baiklah sayang, sepertinya kau sudah dipanggil." Ujarku saat mendengar nama pesawat tumpangan Zayn sudah terpanggil.

"Eits, mana ciumanku? Aku tidak akan melewatkan itu sayang..."

Aku tersenyum lalu menciumi bibirnya lama selama-lamanya...

"MMMMuah! I love u Zayn.."

"Me too, byyee!" Zayn tersenyum manis padaku kemudian masuk kedalam airport, disusul oleh James dibelakangnya. Aku yakin sekali dia melihat semuanya tadi itu.

Aku melambaikan tangan pada Zayn. Menunggu James di samping 7 eleven sembari meminum matcha tea-ku. Hingga akhirnya James muncul dari belakang, mengejutkanku yg sedang sendirian.

"Maaf lama." Ujarnya pelan.

Kini ia jadi lebih santai karena sudah tidak ada Zayn, well, we used to be close together since I know he's Wendy's boyfriend, dan aku merasa sudah sohib bersamanya so,,,

"Ayo, aku sudah lapar." Aku bahkan menuntunnya ke jalanan.

Diperjalanan kekantor, ia bahkan tidak mengungkit apapun tentang masalah hubunganku dan Zayn. Sepertinya ia sudah terbiasa dengan itu, baguslah.

"Bagaimana hubunganmu dengan Wendy?" Entah setan apa yg merasukiku hingga menanyakan itu.

"Baik-baik saja," Ujarnya pelan.

"Sebentar lagi dia ulangtahun, bukan? Kau berikan apa?"

"Entahlah, mungkin cincin tunangan."

"WOW, kalian akan segera tunangan? Itu hebat. Jangan lupa undang aku ya!" Entah kenapa aku jadi bahagia mendengar berita itu.

"Entahlah Angie, aku bimbang, aku takut kau tidak bisa datang bersama si Zayn. Kau pasti akan mengajaknya juga kan? Dan pasti semua orang akan tertegun melihat kau yg bersamanya."

Aku menghela, well mari mulai perbincangan ini.

"Aku tidak akan ajak dia,"

"Omong kosong. Aku ingin juga mengundang kalian, para kekasih gelap, namun aku tak yakin apakah Wendy sudi menerimamu lagi sebagai temannya."

Mistress // z.m [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang