3 hari telah lewat sudah sejak aku sakit. Kurasa sudah cukup 3 hari itu kubuang utk tidak masuk kerja.
Kuputuskan untuk berangkat hari ini. Kupoles lipstick merah pekat agar pucatnya tidak terlihat dan kuminum semua obatku yg tersisa. Terserah apapun efeknya yg penting aku kerja hari ini. Jangan sampai dipecat oleh pria itu.
Sesampainya di kantor, semua orang tampak melirikku sambil berbisik. Padahal aku tak ada membuat rekor apapun belakangan ini. Apa karena lipstick merah yg menghias bibirku?
"Rose!" Aku menyapa temanku yg paling, well paling dekat sih iya karena dia yg paling normal ditempat ini.
"What the fuck?" Rose terkejut melihat bibirku.
"Kenapa? Aneh kah? Kurasa ini yg membuat mereka semua membicarakan aku." Aku menggerutu sendiri.
"kurasa begitu, nak. Kupikir hanya kau yg berani tampil seperti ini. Rambutmu jg sangat.. Stylist hari ini." Jelas Rose sembari memperhatikan rambutku.
"Benarkah? Wow I didn't know that."
"Anyway, sudah sembuh? " tanya Rose sembari meneguk kopi starbucks nya.
Aku mengangguk cepat. Tidak ingin mengatakan apapun.
"Baguslah. Semua org pusing tanpamu. Karena hanya kau yg bisa mengurus jadwal meeting boss dan menggantikan Gina sementara. " Jelas Rose.
"Apa kau bilang?! Menggantikan Gina? " Aku hampir jatuh mendengarnya bicara.
Rose mengangguk, "Entahlah. Kudengar dengar begitu. "
"Bagaimana?? " Aku masih penasaran dengan pernyataan Rose barusan.
"Lebih baik kau saja yg tanya langsung dari boss Zayn. Dia mencarimu sejak ia masuk. "
Wow. Kali ini pernyataannya begitu mengejutkannya. Berita macam apa ini.
"Benarkah? Sejak kapan dia masuk? " tanyaku.
"Dia tak masuk hanya sehari, Angie. Besoknya ia masuk dan langsung menanyakanmu. " Kata Rose.
"Wah kabar yg aneh." Aku tertegun.
"Lebih aneh lagi ia tahu kau sakit. Iya bilang begini, jadi Angelina masih sakit? Aku sampai bingung mendengar itu. Bayangkan saja, apa dia itu indigo bisa mengetahui org sakit? " Rose mengerutkan dahinya seakan boss benar2 seorang indigo.
"the fuck????" Aku langsung meninggalkan wanita aneh ini.
***
Jam makan siang akhirnya tiba, aku mungkin tidak akan makan karena lidahku masih tidak bisa merasakan apapun sejak sakit kemarin. Rasa lapar ini pun mati karena mood yg tidak mendukung. Jadi sebaiknya aku tunggu di kantor saja, dimana semua orang hendak makan.
Namun saat aku mencuri waktu untuk main game di komputer, seseorang menghampiriku. Seseorang yg beberapa waktu lalu sempat membentakku karena aku masuk keruangan suaminya. Ya, itu Gigi.
"Hey kau! Mana Zayn? kenapa dia tidak diruangannya? Biasanya jam makan siang dia selalu menungguku untuk mengantarnya makanan." Dia bertanya dengan nada yg tidak santai.
Benar-benar mengejutkan dan minta dihajar. Kenapa sih istri boss ini tidak bisa lemah lembut? Padahal boss Zayn adalah orang yg cukup sabar. Well, tidak juga sih. Tapi ia baik. Aku heran kenapa boss Zayn mau dengannya. Apa karena kemolekkan tubuhnya itu? Atau matanya yg sangat indah? Pfft, klasik sekali.
"Maaf nyonya, saya tidak tahu. Daritadi saya disini." Ujarku sesopan mungkin.
"Haisss, karyawan macam apa yg tidak tahu keberadaan bossnya sendiri. Lebih baik aku tanya orang lain." Ujarnya langsung pergi tanpa menunggu respon dariku yg mungkin akan membunuhnya seketika ini juga mumpung lagi sepi.
Seharusnya aku yg bertanya bukan? Istri macam apa yg tidak tahu keberadaan suaminya. Bodoh sekali. Aku sangat ingin menamparnya dengan sepatu hak tinggiku. Sayangnya dia istri bossku, menyentuhnya saja dilarang apalagi menyambit lehernya. Hah, bodoh sekali aku mau berbicara dengannya tadi. Kalau aku punya penyakit jantung, mungkin aku sudah mati sekarang juga.
Tapi tunggu, apakah benar boss Zayn tidak ada diruangannya? Hmm, mencurigakan. Ini seharusnya menjadi jam istirahat semua orang, dan kebiasaan bossku itu adalah menunggu Gigi diruangannya. Dia jarang sekali keluar. Aneh. Memang sih hari ini aku belum bertemu dengannya, tapi ah sudahlah. Peduli apa.
Akupun tidak mood lagi untuk berdiam diri disini. Gigi benar-benar merusak hariku. Aku pun berniat untuk bergabung dengan yg lain dikantin. Namun satu hal yg membuatku terhenti utk melanjutkan perjalanan ke kantin adalah..
Boss Zayn.
Ia sedang berdiri di pentri sembari minum sesuatu dicangkir putih yg biasanya karyawan pakai. Ada gerangan apa ini sampai ia rela pergi sendiri dan membuatkan dirinya minuman tanpa menyuruh orang lain. Yang tak kuduga adalah ketika aku melewati pentri, aku sempat membuat eye contact dengannya. Dan langkahku terhenti seketika untuk memutar arah jalanku.
Aku memberanikan diri untuk muncul dihadapannya perlahan dan ia masih minum sembari melirikku dengan tatapan paling mematikan yg selalu ia berikan pada kami. Entah kenapa aku melakukan ini. Menghampiri bossku di pentri yg sedang sendirian menikmati minumannya.
"Boss?" Aku menyapa.
Tapi ia hanya mengangguk kecil, masih menatapku tajam. Ia masih belum berkutik, santai sekali seperti tidak terjadi apa-apa. Padahal istrinya sedang kepayang mencarinya.
"Sendirian?" Tanyaku seperti orang buta yg tidak bisa melihat apa yg kuhadapi saat ini.
"Tadinya. Sekarang berdua... denganmu." Oh Lord why. Entah kenapa aku deg-degan sekarang.
"Boss.. ada Nyonya Gigi.." Tanganku menunjuk keluar pintu pentri, menandakan bahwa memang ada Gigi diluar sana sedang mencari pria yg ternyata ada pentri ini.
"Kau sudah bertemu rupanya." Ujarnya masih santai.
Aku pun mengangguk kecil, lalu berusaha untuk pergi dengan sopan karena aku tidak mau membuatnya mengamuk. Walaupun ia jarang bicara, namun ia main pecat orang. Jadi aku harus berhati-hati.
"Mau kemana?" Tanya Boss Zayn datar. Shit apalagi ini.
"Ma..Makan boss." Jawabku kemudian cepat-cepat menolehnya.
"Siapa yg suruh kau makan diluar?" Tanya dia begitu belagu dan mematikan.
Aku menunduk dan tidak tahu harus jawab apa, sekarang dilarang makan dan mungkin akan dipanggil lagi keruangannya lalu bertemu Ny.Malik yg sangat galak itu dan...
tunggu..
Aku melihat kakinya melangkah mendekatiku dan jantungku bahkan berdetak lebih cepat dari yg tadi. Sialan, dia mau apa.
"Ikut saya. Makan. Sekarang." DEG. Dia pergi begitu saja dan aku langsung menoleh kebelakang. APA DIA BILANG? MAKAN? DEMI APA?
Aku menelan seluruh ludahku, well, sebagian saja sih tapi aku merasakan tenggorokan kering semua sekarang. Cepat-cepat aku merogoh gelas yg bersih dan mengisi air lalu meminumnya. Aku butuh air untuk menenangkan diriku.
Kemudian aku keluar, melihat kiri dan kanan, kosong. Tidak ada tanda-tanda Gigi disana. Bahkan sepertinya ia sudah pulang karena tak mendapatkan suaminya. Suami yg baru saja mengajakku makan siang bersama, kupikir ia akan menghabiskan jam makan siangnya bersama Gigi. Astaga kenapa aku panik.
***
UWOH ADA APA YA DIBALIK TAWARAN MAKAN SIANG INI UWOH.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mistress // z.m [COMPLETED]
FanfictionTidak semua selingkuh itu berdampak buruk dalam rumah tangga. Itulah yang Zayn rasakan dalam hidupnya saat ia bertemu Angelina, sang orang ketiga dalam rumah tangganya. [18+] #4 in Mistress Copyright © 2018 by Bunga Lahutung