Kupikir itu siapa, ternyata seorang wanita cantik berambut pirang dengan dress putih bercorak bunga matahari di bagian bawah, sedang menatapku kebingungan. Sudah kupastikan ini adalah istri si pak Zayn itu.
"Oh, selamat pagi nyonya." Aku membungkuk padanya memberi salam. Seakan tidak pantas memanggil 'bu' padanya karena ia tampak begitu muda dan cantik. Pantas saja boss Zayn jatuh hati pada wanita itu.
"Siapa namamu? Apa jabatanmu disini? Ada gerangan apa kau masuk keruangan boss mu?" Demi apapun, dia banyak sekali bertanya.
"Ehm.." Aku hendak menjawab tapi otak ini berpikir keras untuk merangkai segala kalimat yg perlu kukatakan agar ia tidak curiga.
"Asisten gi, aku menyuruhnya untuk membelikanmu makanan." Tiba-tiba saja muncul pak Zayn entah darimana dan mendatangi kami, ralat, istrinya.
Dengan segala dusta yg menyakitkan ia ucapkan dari mulutnya itu pada Gigi, ia berani menyuruhku untuk meletakkan makanan ini di atas meja tamu dan aku hanya bisa menurut.
"Ya sudah sana keluar." Tanpa basa-basi ia mengusirku seenaknya. Memang dasar.
"Baik, permisi." Aku pun keluar, dan untungnya ia tidak jadi memecatku karena kehadiran istrinya itu.
***
Malam tiba, kerjaanku menumpuk seperti biasanya. Aku harus mengantar berkas ke lantai 3, kemudian turun lagi untuk mengatur jadwal pak Zayn, lalu keluar masuk kantor untuk membelikan barang-barang keperluan boss kami itu. Dia benar-benar memperlakukanku seperti babu. Persis seperti asisten. Asisten yg tidak dianggap.
Aku sudah bersiap pergi saat hujan turun seketika dengan derasnya. Kurangajar, aku jadi harus menunggu hujan berhenti. Entah kapan.
Tapi ini bukanlah nasib yg bagus ketika 1 jam lebih lewat sudah dan hujan belum juga berhenti. Aku terpaksa berdiri dan menghela napas, sepertinya aku akan menyebrang dan mencari taxi karena disini tidak ada taxi ataupun busway yg lewat. Dan stasiun subway masih sekitar 500 m lagi. Sialan.
Aku pun berjalan menerjang hujan lebat dimalam yg sepi ini. Pukul 8 dan aku masih diluar sini untuk berusaha sampai di apartmentku. Tapi penglihatan fix rabun karena kabut dan rintik yg tak kunjung selesai membahasi seluruh tubuhku.
Namun aku bisa mendengar suara klakson mobil dari kejauhan dan lampu sen yg sudah menerangiku mataku tapi gerakku begitu lambat dikarenakan tubuhku sudah keberatan air, aku yg hendak menghindar kalah dengan dekapan seseorang yg dengan kecepatan kilat menarik tubuhku kepinggir jalan. Alhasil aku terjatuh ditubuhnya, menimpanya dan jantungku masih berdetak kencang karena ini menyangkut hidup dan matiku.
Walaupun aku masih membelakanginya, tapi aku masih bisa merasakan bahwa tangannya sedang melingkar erat diperutku. Aku ingin menangis rasanya, kupikir aku sudah mati. Namun ia langsung melepas pelukannya dan segera berdiri.
Aku pun menengok siapa rupanya malaikat pelindungku ini, ia begitu hebat bisa menarikku dari truck besar itu.
"B..Boss Zayn?" Aku melihatnya samar-samar. Ia tengah memakai jaket kulit hitam sambil melihatku. Bahkan tidak ada tanda-tanda kehadiran Gigi disini. Ia hanya seorang diri.
Ia menjulurkan tangan kanannya padaku dan aku dengan ragu meraihnya dan segera berdiri dengan tumpuan tangan pria itu. Aku sama sekali tidak mengharapkan bahwa dia yg menolongku.
Kami sempat membuat eye contact untuk beberapa saat dan dia hanya menggeleng, aku bahkan sulit untuk mengucapkan terimakasih. Dia tampak panik dan nafasnya tak beraturan.
"Kalau mau bunuh diri jgn disini. Terjun saja dari jembatan sana!" Ujarnya dengan sarkastik.
Aku terdiam dan menunduk, membiarkannya pergi begitu saja tanpa berterimakasih sedikitpun. Aku masih diambang kebingungan, panik, bahkan bahagia disaat yg bersamaan. Aku sendiri tidak tahu kenapa aku bahagia. Sialan.
***
Besok paginya aku benar-benar tidak enak badan. Hujan kemarin berhasil membuat seluruh badanku meriang. Aku menggigil sampai saat ini dan tidak bisa beranjak sedikitpun dari ranjang. Badanku panas dan aku tidak mungkin pergi kerja hari ini. Biar sajalah di PHK aku tdk mungkin membagi virus dan lagipula aku jg tidak kuat berjalan. Sekarang saja aku masih pusing.
Beberapa jam kemudian Rose mengirimku pesan, "Kau dimana?"
"Aku tidak masuk. Sakit, bilangin boss ya." Aku membalasnya singkat.
"Wah semoga cepat sembuh ya. Aku pastikan kau tidak akan di PHK." Katanya.
"Kenapa begitu?"
"Karena hari ini pak Zayn juga tidak masuk."
"Oh." Aku hanya membalas sesingkat mungkin menandakan aku tidak peduli.
Padahal
nyatanya
Aku tersentuh. Aku tidak percaya ia juga akan sakit karena menyelamatkanku semalam ditengah hujan deras. Dia begitu baik, sayang sekali jika ia juga harus merasakan apa yg kurasakan sekarang. Demam tinggi.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Mistress // z.m [COMPLETED]
Hayran KurguTidak semua selingkuh itu berdampak buruk dalam rumah tangga. Itulah yang Zayn rasakan dalam hidupnya saat ia bertemu Angelina, sang orang ketiga dalam rumah tangganya. [18+] #4 in Mistress Copyright © 2018 by Bunga Lahutung