BACK AGAIN! HAPPY READING.
*
*
*Sesampainya di apartemen, aku merebahkan diri diranjang dengan sejuta kebahagiaan dihati, pikiran bahkan jiwaku yg dulunya sempat mati. Pfft, bicara apa aku. Masa bodoh dengan masa lalu, aku tidak ingin membahasnya.
Sekarang aku hanya tak bisa berhenti memikirkan Boss Zayn yg tampan itu. Sumpah demi apapun, ternyata dia begitu tampan dan mempesona dan wangi dan menggairahkan dan.. arghhh aku kepayang memikirkannya!
Sialan boss itu. Pantas saja orang-orang di kantor mengidolakannya, ternyata ia memang sangat menggoda dan walaupun sudah beristri, ia masih tampak muda hanya saja ia membuat dirinya 'tua' dengan gaya rambut seperti tahun 90s dan janggut disekitar rahangnya.
Kenapa sekarang hatiku cenat cenut menjijikkan karena dia? Aku tak bisa berhenti tersenyum mengingat wajahnya yg tampan itu. Bulu-bulu halus disekitar rahang dan dagunya memikat hatiku untuk merabanya. Ughh aku geli sendiri membayangkannya.
Tidak, ia tidak mengantarku pulang. Pfft, karyawan macam apa yg berani diantar pulang oleh bossnya sendiri. Apalagi dia sudah punya istri. Aku tidak segampang itu untuk mendekat dengan boss, agar gajiku naik, aku memang harus baik-baik padanya. Tapi ya itu tadi, tidak segampang membalikkan telapak tangan untuk mendekati hati boss Zayn.
Flashback to 4 hours ago.
Aku melahap cheese burger-ku perlahan, kemudian sesekali melirik Boss Zayn yg terhipnotis oleh makanannya sendiri seakan tak ada yang dapat mengganggunya menikmati hidangannya itu. Hmm, aku senyum-senyum sendiri melihat bossku seperti itu.
Tapi tak lama kemudian ia mendapatiku sedang memperhatikannya dan akupun langsung menunduk, jadi intinya, kami bertukar gaya.
"Jangan malu begitu sih, aku tidak akan PHK jika kau terus melihatku," Katanya begitu percaya diri.
Aku langsung menoleh lelaki itu dan tersenyum kecil, "Maaf boss, aku tidak akan ulangi lagi." Jawabku sembari merapikan helaian rambut yg sudah jatuh kedepan. Kuselipkan helaian itu dibalik telingaku. Dan tak sengaja, membuat eye contact dengannya.
"Zayn." ia berucap sambil terus mengamatiku,
ralat
ia mengamati bibirku.
Apakah lipstick merah ini terlalu mengganggu?
astaga.
"Maaf Boss?" Aku tidak bisa mendengarnya jelas tadi itu.
"Panggil Zayn saja, ini tidak dikantor." Katanya lagi. Matanya menatap kosong pada mataku. Entah apa artinya.
"Oh, apakah itu terlalu tidak sopan untuk.."
"Lebih tidak sopan lagi jika kau melawan bossmu, Angelina." Ia memotong kalimatku untuk yg kesekian kalinya.
And again, he called me by my name. It's something.
"Baiklah.... Z..Zayn." Aku berusaha seberani mungkin untuk memanggilnya hanya dengan namanya saja. Astaga, sulit jg ternyata, aku sempat tersendat menyebut nama unik itu.
Aku mengangguk kecil. Saat ia berpaling, kuulaskan senyuman kecil dibibir karena, well, ia berhasil membuatku nyaman. Selama aku hidup, tidak ada yg bisa membuatku tersenyum seperti ini. Seperti orang gila.
Flashback off.
Aku senang karena ia mengijinkanku untuk memanggilnya hanya dengan nama, like, itu benar-benar jarang terjadi pada karyawan-karyawan diluar sana yg diijinkan atasan mereka untuk memanggilnya hanya dengan nama panggilan.
Bukankah itu menunjukkan suatu kedekatan tersendiri jika mereka membiarkan karyawan mereka untuk tidak memanggil boss jika diluar kantor?
Ah, mungkin aku saja yg terlalu baper. Mungkin.
Aku tidak akan merasakan apa-apa saat ini. Zayn sudah beristri dan aku tidak akan mengganggu hubungan mereka. Ya karena aku tidak mungkin bisa. Selera Zayn benar-benar tinggi. Bandingkan saja aku dengan si Gigi itu.
Dia seksi dan blonde. Idaman semua pria. Bahkan jika aku adalah pria aku juga akan jatuh hati pada wanita itu. Dia memiliki postur tubuh yg sempurna, sedangkan aku? Bergaya saja aku tidak bisa, memakai lipstick yg warnanya tidak ada hubungannya dengan fashion yg kukenakan? Pfft, mungkin pria lain akan ilfil jika berdekatan denganku.
Tapi tidak dengan Zayn.
Bossku yg satu itu bahkan tidak peduli dengan fashion kampung-ku yg membuat semua pria akan malu jika berdekatan denganku. Kami berhasil lolos hari ini. Tidak ada satupun orang yg melihat kami, bahkan Rose sekalipun, si stalker handal yg tak bisa diragukan lagi skill-nya dalam menguntit orang.
Aku bangga sekali pada diriku sendiri.
Tapi masih ada satu hal yg menjanggal dipikiranku. Ada gerangan apa sampai Zayn tidak mau melihat Gigi? Apa masalah diantara mereka berdua? Apakah mereka akan bercerai?
Sialan, bicara apa aku. Mana mungkin mereka akan bercerai, Gigi selalu bisa memuaskan suaminya dengan cara apapun. Jadi, aku tidak akan mengira hal itu benar terjadi pada mereka berdua.
***
Hari ini Sabtu dan biasanya aku akan berangkat ke kantor sebentar saja, tidak seperti weekdays yg berlangsung begitu lama sampai aku tidak sanggup mengangkat betisku yg setiap hari harus menahan beban karena high heels sialan ini.
kidding.
Aku langsung menemui Rose yg sedang sibuk dimejanya. Aku mendekati gadis blonde itu dan menyodorkan Ice Caffe Mocha -nya Starbucks yg baru saja kubeli.
Ia tertegun kemudian menolehku perlahan, "What is this?" Ia bertanya seakan bodoh tidak tahu itu barang apa.
"Starbucks, duh." Aku bergaya orang-orang Amerika,
Ia mengerutkan dahi sejenak tapi ujung-ujungnya ia ambil juga, "Thanks. Ada apa ini pagi-pagi sudah membelikanku kopi.." Ujarnya kemudian meneguk sedikit kopi itu.
"Tak apa. Kita kan jarang punya quality time bersama," Aku tersenyum lalu mengambil kursi orang lain yg belum datang dan duduk disebelahnya.
"Kau bahkan duduk disampingku," Ujarnya masih dengan tatapan heran, masih tak berkutik dan wajahnya datar sekali haha.
"Aha, kenapa?" Tanyaku begitu santai.
"Nggak takut dimarahin Boss? Dia hari ini bad mood lho..." Ia menaikkan alisnya seakan tidak percaya akan kalimatnya sendiri.
Zayn? Bad mood?
Ada apa ya kira-kira..
"Demi apa? Ah aku sudah muak juga sebenarnya.. Sedang sangat malas untuk kerja. Kau sendiri, ada waktu senggang tidak setelah ini? Mari kita berbelanja dan bersenang-senang..." Aku tersenyum lebar, menunjukkan puppy face-ku agar ia mau.
Belum sempat ia membalas, seseorang menghampiri kami entah darimana. Ia berlarian seperti dikejar kucing (?) dan langsung menengokku tajam. Itu adalah James, orang yg selalu menjadi 'pesuruh' Boss kami yg brewokan, seksi dan juga tampan. Omong-omong soal dia, aku belum jg bertemu dengannya hari ini.
"Angelina, kau dipanggil Mr.Malik diruangannya." DEG, baru saja kupikirkan, sudah dipanggil saja.
"Sekarang?" Tanyaku tak yakin.
"Iya, sekarang. Sepertinya kau dalam masalah."
"Apa maksudmu?" Aku langsung berdiri dan tentu saja terkejut, tidak percaya. Apa yg kulakukan sehingga menimbulkan masalah pagi-pagi?
"Woops, jangan-jangan ia melihatmu disini dan mendengar ucapanmu barusan?! Wah, hati-hati makanya Angie!" Kata Rose menasihatiku seperti seorang ibu.
Aku tak menghiraukan omongan mereka semua dan berjalan perlahan keruangan Boss Zayn dilantai 3, lantai yg kalau kita menginjak sekali saja, auranya sudah berbeda.
Ah, sudah seperti di acara horor-horor itu saja. Menggelikan.
* * *

KAMU SEDANG MEMBACA
Mistress // z.m [COMPLETED]
FanficTidak semua selingkuh itu berdampak buruk dalam rumah tangga. Itulah yang Zayn rasakan dalam hidupnya saat ia bertemu Angelina, sang orang ketiga dalam rumah tangganya. [18+] #4 in Mistress Copyright © 2018 by Bunga Lahutung