22

21.6K 3.8K 222
                                    

"Rasti?  Lo kenapa?"

Rasti nggak sengaja nabrak orang. Yang dia tabrak emang seorang laki-laki, tapi yang nahan dan negur dia tadi seorang perempuan. Mereka adalah Lay dan Inggrid. Inggrid adalah perawat di rumah sakit tempat Taeoh dirawat dan Lay udah  pasti lagi jemput istrinya.

Tau itu adalah Inggrid, Rasti langsung meluk Inggrid sambil nangis.

"Lo kenapa hm?" Inggrid membalas pelukan Rasti.

Rasti nggak jawab pertanyaan Inggrid. Inggrid udah tau betul karakter Rasti, dia nggak bisa ditanyain kalau lagi kayak gini. Jadi Inggrid bawa Rasti ke taman belakang rumah sakit diikuti Lay dan ngebiarin a luapin emosinya dulu.

Inggrid dan Lay cuma merhatiin Rasti yang masih sesenggukan.

Lay menyodorkan sapu tanggannya buat Rasti.

"Taeoh kecelakaan. " kata rasti sambil nerima sapu tangan dari Lay dan bersihin sisa-sisa air matanya.

"APA? KECELAKAAN? Terus gimana keadaan ponakan gue?" tanya Inggrid panik.

"Udah lewat masa kritis syukurnya. "

"Kok kamu ngga nungguin di sana? " tanya Lay.

"Dia udah sama mommynya mas.."

"HE? MOMMYNYA?  JADI.. JADI.."

"Udah malem mah jangan teriak-teriak, ini rumah sakit.." tegur Lay sambil ngelus pelan pundak Inggrid.

Akhirnya Rasti ceritain semuanya ke Inggrid dan Lay, termasuk waktu Eunji nyamperin dia di sekolah.

"Kan apa gue bilang.. Ribet kan sekarang istrinya balik? Makanya gue nggak begitu srek sama Jongin."

"Harusnya kamu cerita ke jongin Ras biar Jongin bisa lebih tegas." saran Lay.

"Aku bingung mas gimana bilangnya, aku takut dikira ngejelekin Mba Eunji. Sebenernya aku juga udah pernah nyoba cerita tapi kayaknya dia nggak percaya Mba Eunji kayak gitu. "

"Tapi nyatanya Eunji emang gitu Ras. Apa perlu gue yang bilang ke Jongin? "

Rasti menggeleng.

"Jangan mba git :("

Inggrid hanya mendengus kesal melihat tingkah sahabatnya ini.

"Nggak perlu lah mah. Biarin Rasti sama Jongin selesain masalahnya sendiri. Nggak bagus juga kalo kita ikut campur." tutup Lay.

.

.

Kayak hari-hari sebelumnya, kelas masih dipegang sama anak PPL. Gue cuma mantau doang sesekali.

Melihat anak-anak bikin gue kangen Taeoh.

Taeoh udah siuman apa belum?

Dia kesakitan apa nggak?

Dia mau makan apa nggak?

Tapi perlukah gue khawatir tentang hal itu toh udah ada ibunya yang jagain.

"Ngelamun aja nih Bunda Rasti!"

Mba Yuni datang nyamperin gue dan duduk di samping gue.

Gue menoleh ke Mba Yuni dan senyum sekilas kemudian gue fokus lagi merhatiin anak-anak. Mba Yuni ikut fokus merhatiin anank-anak main sambil senyum.

"Mba, aku pengen deh jadi anak kecil terus... " kata gue random.

Mba Yuni nengok gue dengan tatapan bingung.

"Enak aja rasanya hidup cuma bermain tanpa beban pikiran. " tambah gue dengan mata yang masih fokus ke depan merhatiin anak-anak.

"Kamu kenapa?  Nggak biasanya kamu kayak gini.. "

Gue cuma gelengin kepa sambil senyum hambar.

"Taeoh kecelakaan kamu udah tau? " tanya Mba Yuni ke gue.

"Iya mba, aku tau.."

"Tadi ibunya yang telefon ngabarin sekolah.. "

"Oh."

"Kamu nggapapa kan? " Mba Yuni ngelus bahu gue pelan.

Gue gelengin kepala sambil senyum. Fake smile udah jadi keahlian gue sekarang.

Bohong banget kalau gue nggak apa-apa. Tapi ya gimana?  Gue capek nangis terus, jadi ya disenyumin aja.

"Kamu masih muda Ras.  Kamu cantik dan baik, aku yakin kamu pasti bakal ketemu jodoh yang lebih baik. "

.

.

Pulang sekolah gue langsung ke rumah sakit. Gue bawa makanan buat makan siang di sana. Gue juga bawain buat Mba Eunji karena gue yakin dia juga lagi ada di sana. Nggak lah kalau gue cuma bawain buat Mas Jongin doang, gue bukan perempuan jahat.

Udah nggak sabar banget gue pengen ketemu sama Taeoh.  Kangen celoteh sama tawanya. Gue udah senyum-senyum aja di depan ruangan tempat Taeoh dirawat sambil nenteng kotak makanan.

Gue pegang gagang pintu ruangan Taeoh dan perlahan gue buka.

DEG

Gue berasa salah masuk ruangan. Di situ Taeoh dan orangtuanya lagi makan bareng sambil becanda ketawa-ketawa. Merka kelihatan kayak keluarga bahagia. Bukankah kalau gue masuk gue cuma bakal jadi perusak momen?

Akhirnya dengan sangat pelan gue tutup kembali pintu itu sebelum mereka sadar akan keberadaan gue. Gue pergi sambil senyum, senyum hambar.

Gue nggak mau nangis-nangis lagi.

Ya itu cuma mau gue, tapi air mata gue udah netes duluan.

Nggak mengungkiri kalau seorang anak akan lebih bahagia bersama orangtua kandungnya. Lagian juga sepertinya mereka - Mas Jongin dan Mba Eunji- bisa memperbaiki hubungan mereka kembali kalau gue nggak ada.

Haruskah gue nyerah aja sama Mas Jongin dan juga Taeoh?

.

.

.

TBC

Be My Mom✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang