0 | Prolog

378 11 0
                                    

[]

Gadis itu tersenyum melihat cowok di hadapannya yang tengah bermain gitar yang dipangkunya serta menyanyikan sebuah lagu cinta yang amat difavoritkannya. Sesekali cowok itu mengedipkan sebelah matanya ke arah gadis itu dengan kerlingan jahil, membuat debaran di dalam dadanya semakin terdengar jelas. Menggebu.

Ketika lagu itu berhenti disuarakan, cowok itu bangkit dan mengambil sebatang bunga mawar berwarna merah muda dan sebuah boneka panda. Cowok itu berjalan dengan santai meski jantungnya sudah tidak sesantai sebelumnya. Ia takut. Amat takut malah.

Saat sudah berada di depan gadis yang sejak tadi melihatnya dengan pandangan kagum, ia tersenyum makin lebar. "Gue suka sama lo. Mungkin itu udah lama banget, bahkan bagi gue tuh udah basi! Tapi, suka sama lo bagi gue nggak ada basinya."

Terdengar kata-kata menggoda dari beberapa siswa yang melihat. Beruntung sekarang guru-guru tengah rapat, jadi tidak ada satupun dari guru yang melihat kecuali satpam yang ikut bersiul dengan wajah yang terlihat merindukan sesuatu. Masa mudanya.

"Gue bukan orang yang suka basa-basi. Mungkin, dulu gue sempet kesel banget sama lo. Lo bawel kalo di kelas. Apalagi kalo udah mintain uang kas," laki-laki itu makin maju, kian mendekat dan menyodorkan sebatang bunga mawar kesukaan gadis di hadapannya. "Tapi karena hal itu, gue jadi suka sama. Meski lo galak dan bawel, menurut gue itu lucu," dia tersenyum. "Lo mau jadi pacar gue?"

Gadis itu terdiam. Banyak hal yang berkelana di otaknya. Menetap, seperti enggan pergi. Ia menarik napas panjang lalu menghembuskannya perlahan. Gadia itu tersenyum kecil menatap laki-laki di hadapannya yang juga, mungkin, sama gugupnya dengan dia.

"Makasih," ia semakin tersenyum, wajahnya memerah. "Gue mau kok, jadi pacar lo."

Alana tersenyum, gadis itu menulis sesuatu di buku tugasnya. "Misi berhasil."[]

a.n

Prolog gaje. Wkwkwkwkwk. Semoga cerita ini nggak ketebak ya!! Huehehehehehehe. Btw, selamat tahun baru--eh, udah lewat 4 hari. Wkwkwkwk.

Salam,

Defi Fitri.

Kompas (Arah, Tujuan, dan Kita)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang