26 | Jadi Pacarnya Dirga!

77 2 0
                                    

[]

Pagi ini kehidupan Alana berubah drastis!

Gadis yang biasanya naik motor sendirian untuk ke sekolah, atau naik angkutan umum jika memang masih memiliki banyak waktu, kini dia hanya harus duduk manis di depan rumah. Menunggu pangeran berkendara motor berwarna hitam yang akan menjemputnya. Gadis itu tersenyum-senyum, tidak percaya bahwa sekarang dia punya pacar!

"Mana sih, pacar kamu itu, Al?" tanya Mama sembari ikut duduk di kursi sebelah kanan, mengitu arah pandang anaknya ke arah depan pagar rumahnya. Mama mengernyit, matanya bergerak untuk melihat jam tangan yang beliau kenakan. "Aduh, ini udah jam berapa Al. Mending kamu berangkat sekarang aja, deh."

"Tunggu bentar, Mah," senggah Alana, menolak suruhan Mama untuk menaiki kendaraan lain. Dirga tadi malam sudah berpesan untuk menunggunya, dan Alana sangat suka menunggu.

Mama menghela napas panjang. "Tapi ini udah setengah tujuh loh, Al," ucap Mama lagi, masih berusaha untuk menyuruh anaknya berangkat ke sekolah. Dia tidak mau anaknya telat hanya karena menunggu sang pacar pertama menjemputnya.

Alana masih bersikeras menunggu, membuat Mama mendengus dan berniat untuk masuk ke dalam rumah sebelum bunyi kendaraan berhenti di depan rumahnya terdengar. Wanita itu segera menengok ke arah pagar rumah di mana menampilkan sosok cowok tinggi dengan rambut yang terpangkas rapih dan mata yang setajam elang. Mama melihat ke arah putrinya yang tersenyum lebar. Wanita itu membatin. Jadi ini yang namanya Dirga.

"Nih, Mah. Dia dateng kan!" Alana berkata dengan nada riang ketika menarik Dirga untuk bersalaman dengan Mamanya.

Mama menatap Dirga dari bawah hingga atas, kemudian tersenyum lebar ke arah anaknya. Wanita itu menyenggol bahu Alana, berbisik. "Pinter juga milih cowoknya."

Alana tertawa, kemudian Dirga bersalaman dengan Mama sebelum mereka berpamitan untuk berangkat sekolah. Sepanjang perjalanan, Alana tidak bisa berhenti memikirkan hari ini akan berakhir seperti apa.

Sesampainya di sekolah, gadis itu melepas helm yang ia kenakan dan memberikannya pada Dirga yang masih duduk di atas jok motor dengan mata setajam elangnya menatap ke belakang Alana. Membuat gadis itu mengernyit kemudian menoleh ke belakang, menemukan Leon yang menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Lelaki itu maju menghampiri mereka, kemudian berhenti dan menatap keduanya dengan senyum datar dan mata yang sayu.

"Selamat, yah."

Lelaki itu pergi setelah mengatakan kalimat tersebut, membuat sesuatu di dalam diri Alana terasa tidak nyaman. Gadis itu mengedikkan bahu dan menatap Dirga yang nampak menahan amarah. Alana diam, dia lupa bahwa urusan Leon dan Dirga belum benar-benar selesai.

"A-aku masuk dulu, ya," ucap Alana sedikit gugup.

Dirga tersentak kemudian mengusap wajahnya sedikit lelah. Lelaki itu menyentuh kedua belah pipi Alana, tersenyum tipis. "Jangan nakal. Nanti aku jemput," pesannya sebelum menyalakan mesin motor dan melesat keluar dari lingkungan sekolah Alana.

Alana menyentuh kedua belah pipinya yang habis dipegang Dirga, kemudian wajahnya memerah. Gadis itu tersenyum geli dan berbalik lalu wajahnya berbenturan dengan dada bidang seseorang. Ketika mendongak, dia menemukan senyum jahil Rio membuat Alana mendengus.

"Ciee, udah pacaran nih ceritanya," ledek Rio ketika keduanya berjalan di koridor sekolah menuju kelas.

Alana mengangguk kecil. "Gitu deh, hehe," balas Alana, sedikit salah tingkah.

Rio mengangguk perlahan. Ia teringat wajah masam Leon sejak semalam bahkan pagi ini pun sama saja. Wajahnya terlihat lebih dingin dibandingkan biasanya. Sahabatnya itu sama sekali tidak tersenyum saat Jalu membuat lelucon atau Hilman yang bertingkah aneh. Bahkan saat Hilman dan Jalu mengusili Rio hingga cowok itu terjatuh dengan posisi yang memalukan, Leon tidak tertawa. Tersenyum pun tidak.

Kompas (Arah, Tujuan, dan Kita)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang