[]
Alana menatap pantulan cermin di mana dirinya mengenakan seragam sekolah dan rambutnya yang terkuncir rapih. Gadis itu mengambil tasnya kemudian melangkah keluar kamar dengan menentang sepasang sepatu kets berwarna abu-abu. Gadis itu duduk di meja makan, kemudian menyantap sarapannya dengan khidmat sembari menjawab beberapa pertanyaan dari kedua orangtuanya.
"Oh iya, besok Kakak kamu sampai sini jam 10 an. Mau ikut jemput?" tanya Ayah pada Alana yang kini sudah memakai kedua sepatunya.
Alana menoleh kemudian menggeleng. "Nggak ah. Besok ada ujian Matematika, yakali Alana bolos," jawab gadis itu, dengan beralasan yang tidak benar-benar jujur. Sebenarnya besok ulang tahun Dirga, dan Alana nggak mungkin menghabiskan waktunya untuk bertemu sang Kakak yang bisa dilakukan malam besok, atau besoknya lagi. Lagipula, Alana ingin memberi kejutan pada Dirga dan mungkin gadis itu akan benar-benar banyak berinteraksi dengan Kakaknya pada esoknya lagi.
Mama mengangguk agak meragukan alasan Alana kali ini. "Serius ujian Matematika? Bukan karena mau jalan, kan?" wanita itu tertawa kecil melihat anak gadis nya yang sedikit salah tingkah. Jadi Mama hanya tersenyum, membiarkan masa puber anaknya yang kini tengah bermekaran. "Yaudah deh, hati-hati ya tapi," ucap Mama dan Alana mengangguk kecil.
Mendengar bunyi klakson, Alana segera berpamitan untuk berangkat sekolah karena dia tidak mau Dirga menunggunya terlalu lama. Saat dia keluar, gadis itu menemukan setangkai mawar hitam dengan post it di bagian tangkainya yang bertuliskan, "Hati-hati."
Mata gadis itu menyipit. Siapa yang mengirimkannya tangkai bunga ini? Saat dia ingin membawa bunga mawar tersebut, Dirga merebutnya dan menginjak bunga mawar tersebut dengan kuat dan penuh amarah. Lelaki itu menatap Alana yang syok, kemudian memegang kedua belah pipi Alana dengan lembut. "Kamu jangan panik yah, aku bakal jagain kamu," ucap Dirga penuh keyakinan dan Alana mengangguk dengan patuh.
Mereka berangkat ke sekolah tanpa adanya percakapan yang biasanya sering Alana lontarkan kala dia bosan. Gadis itu hanya memerhatikan gedung-gedung yang bergerak mundur, seolah dia tengah memutar waktu di mana mawar hitam itu berada di depan rumahnya dan tulisan "Hati-hati" membuat Alana berpikir keras. Maksudnya apa coba? Apa ada orang iseng yang tengah mempermainkan Alana?
Sesampainya di sekolah, Alana melihat Dirga yang tengah memerhatikan sekitar hingga pandangannya jatuh pada Rio yang baru saja turun dari mobilnya. Kekasihnya itu memanggil Rio dengan suara cukup kencang, membuat Alana mengernyit bingung.
"Ada apa?" Rio yang baru saja datang pun bingung dengan panggilan Dirga.
Dirga menghela napas, kemudian tersenyum tipis. "Bisa jaga Alana selama di sekolah. Pokoknya kalo ada hal aneh kayak mawar hitam atau apapun itu, tolong langsung buang. Terus kalo ada orang aneh yang mencoba deketin dia, tolong lawan dia," ucapan Dirga yang panjang dan terdengar penuh rasa khawatir membuat Rio menelan ludahnya dengan lambat. Apa ada masalah lagi?
"Tap—" Alana baru saja ingin membela diri namun tangan Dirga sudah menutup mulutnya. Lelaki itu mengulas senyum menenangkan kemudian mengacak rambut Alana dengan lembut. "Kamu hati-hati. Nanti aku jemput," kemudian lelaki itu pergi dengan motornya, menyisakan Alana yang kemudian menatap Rio heran.
"Lo tau apa yang tengah terjadi sama cowok itu?" tanya Alana kala mereka berdua berjalan menuju kelas.
Rio mengedikkan bahu, sama sekali nggak tau. "Mungkin gue bisa nanya Leon," jawab Rio sekenanya membuat Alana jengkel.
"Kok nanya dia, sih?" tanya Alana tidak terima. "Emang dia juga ada hubungannya sama mawar hitam dan kalimat hati-hati?" gadis itu menatap Rio, kemudian berhenti secara tiba-tiba. "Atau jangan-jangan, ini salah satu keisengan Leon ke gue?" gadis itu menatap Rio dengan salah satu alis terangkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kompas (Arah, Tujuan, dan Kita)
Teen FictionAlana adalah si mak comblang yang paling mantap! Tiap ada yang minta dicomblangin ke orang yang disuka, Alana adalah jagoannya. Sudah ada banyak pasangan dari SMA Bima Sakti yang jadi saksi dari aksi heroik Alana. Heroik dalam masalah cinta soalnya...