[]
Kantin lumayan ramai ketika Alana menginjakkan kakinya di sana. Gadis itu segera mencari tempat duduk sedangkan kini Huta sudah mengantre somay untuknya. Ia bertopang dagu dengan pandangan malas ke arah Leon yang tertawa bersama ketiga sahabatnya. Lebam di wajah cowok itu sudah terlihat mendingan meski kadang cowok itu meringis saat tertawa akibat luka di ujung bibirnya. Sadar diperhatikan Alana, Leon tersenyum sedangkan Alana buru-buru melengos karena somay pesanannya sudah ada di hadapan.
"Kenapa lo? Udah kayak ketahuan habis nyuri sendal," tanya Huta sembari meletakkan dua piring somay di atas meja kantin. Gadis itu berniat untuk berdiri lagi, mengambil jus jeruk untuknya dan milkshake vanilla untuk sahabatnya yang malas itu. Namun sebelum itu terjadi, Alana sudah menahannya. Huta mendesah. "Kenapa?"
"Gue aja yang ngambil, oke?" Alana tersenyum manis dengan mata dikedipkan ke arah Huta yang merasa bingung. Gadis cupid itu sudah bangkit lebih dulu sebelum Huta sempat merespons tindakannya. Setelah mengambil dua gelas pesanan mereka, Alana berbalik dan hampir saja menumpahkan seluruh isi gelas jika saja Leon tidak menahan bahunya.
Gadis itu memandang Leon sebal. "Apa?" tanya Alana sewot.
Leon tersenyum lurus, tatapannya datar. "Cuman iseng godain lo."
Alana berdecak dan ingin melewati Leon namun cowok itu menghalangi jalannya. Gadis itu memandang cowok dengan tampak sok datar dan nyebelin itu. "Apa lagi?" tanya gadis itu mulai tak sabar.
Leon mengedikkan bahu, wajahnya tetap datar dan terkesan cuek. "Gue bilang kan, iseng," balasnya.
Sembari menahan geraman dan puncakan kemarahan, Alana tersenyum manis dan memiringkan kepalanya. "Oke, tuan iseng. Sekarang gue mau ke meja gue lagi," ucap gadis itu penuh penekanan di kata 'tuan iseng' dan melewati Leon begitu saja.
Tetapi Leon sama sekali nggak menyerah. Cowok itu mengikuti Alana dan duduk di sampingnya. Kemudian dengan santai Leon mengambil garpu dan memakan somay gadis itu tanpa permisi. Alana terbelalak, begitu pula dengan Huta yang langsung tersedak akibat kelakukan cowok itu. Gadis itu kini sudah kehilangan batas kesabaran. Dia memukul meja kantin dengan keras membuat para penghuni kantin kini menatapnya penasaran. Alana menggeram, tatapannya nyalang kepada cowok yang hanya cengengesan di sampingnya.
"Pergi lo," ucap gadis itu.
Leon bertopang dagu sembari mendongak untuk melihat wajah kesetanan gadis itu. "Kalo gak mau, gimana?" tantangnya membuat Alana kini benar-benar melayangkan pukulannya ke rahang cowok itu. Gadis itu sudah kesal akibat somay kebanggannya dimakan oleh cowok lain. Apalagi cowoknya gak jelas kayak Leon gini.
"Aww! Gila ya. Semenjak deket sama Dirga, kekuatan lo jadi serem gini," gerutu Leon seraya bangkit dan memandang Alana. "Gue tunggu di taman belakang," ucap cowok itu lalu meninggalkan Alana yang berdecak dan menatap tajam seluruh penghuni kantin yang memandangnya tidak percaya.
Huta pun hanya bisa bertepuk tangan, nggak tau harus memberi respons apa. Alana memang bisa membabi buta jika makananya direbut. Apalagi somay adalah salah satu dari makanan favorit Alana. Wajar jika Leon kena pukul, Huta sendiri nggak bakal berani nyuri makan Alana tanpa permisi.
Gadis itu memperhatikan bagaimana Alana duduk dan meminum milkshakenya. Pandangan Alana masih terlihat sebal, terlebih dia melihat garpu untuk memakan somaynya seperti melihat kucing. Menjijikan.
"Mau gue ambilin garpu yang baru?" tawar Huta, bermaksud untuk membuat mood Alana membaik.
Tapi Alana menggeleng. "Nggak usah. Kan masih ada sendok," jawab gadis itu lalu mulai memakan somaynya dalam diam.
Huta memperhatikan Alana lamat-lamat, kemudian bertanya pelan. "Lo nanti bakal ke taman belakang, Al?"
Alana menoleh cepat. "Males. Ogah bangett," jawabnya sembari memutar kedua bola mata. "Yang ada kalo gue ke sana, Leon habis sama gue."
Senyum terbit di wajah Huta, dia menaik turunkan alisnya. "Yakin lo bakal tega mukulin Leon, Al?" Niatnya sih mau meledek, tapi sepertinya Alana masih sensi dan malah menatap Huta tajam. Huta meneguk ludahnya susah payah, dia mengangguk-anggukan kepalanya pelan. "Oke, oke, gua salah ngomong."
"Tapi gue penasaran," kalimat Alana mampu membuat gerakan tangan Huta dalam mengambil somay pun terhenti.
Ia menatap sahabatnya bingung. "Penasaran apa?"
"Ya, penasaran aja sama lebam di wajah dia. Ini udah tiga hari, kan? Berarti lebamnya parah banget kali, ya? Apa ini gara-gara Dirga?"
Huta masih nggak paham dengan jalan pikiran Alana. Masalahnya, Alana mencap Leon sebagai musuhnya. Tapi mengapa Alana tetap peduli pada musuhnya sendiri? Kadang Huta memang nggak pernah mengerti dengan cara berpikir Alana tentang apa itu musuh, apa itu cinta.
Gadis itu mendesah panjang. "Lo sebenarnya suka, ya, sama Leon?" tanya Huta pada Alana yang mendongak dari somaynya dengan mata membulat sempurna.
"Hah? Bukan gitu maksud gue," Alana menggigit jari-jarinya, agak ragu jika dia mmeberitahukan yang sebenarnya pada Huta yang notabenenya gak pernah terkait dalam misi Alana dan Leon. "Itu... kemarin, pas hari Sabtu saat gue lagi nemenin Dirga, gue ketemu Leon. Dan pulangnya, Dirga minta akun Line Leon, yaudah gue kasih..." ia melirik Huta yang sudah menghentikan aktivitas makannya.
Sahabatnya itu, kini menatap Alana penuh sangsi. "Dan Dirga ngajak Leon ketemuan, buat ngehajar dia karena ngelindungin Clara? Right?" tebak Huta, dan sayangnya semuanya benar.
Alana memakan somaynya dengan malas. "Gimana dong?"
***
Taman belakang selalu sepi seperti hari-hari sebelumnya. Alana memperhatikan sosok laki-laki yang duduk di kursi tempat biasanya mereka bercakap dengan Clara. Sosok itu menoleh, menatap Alana datar.
"Puas lo?" tanya sosok itu dengan nada kesal kepada Alana yang perlahan bergerak mundur. Leon bangkit, menangkap lengan Alana membuat gadis itu berhadapan dengannya dengan jarak sangat dekat. "Puas lo kasih kontak gue ke cowok lo itu?" Leon bertanya kembali, dugaan Alana ternyata benar.
Gadis itu meneguk ludahnya susah payah, air matanya tertahan di pelupuk. "S-sori, gue gak bermaksud. Saat itu gue gak mikir panjang ke sana, Le. Gue minta maaf kalo gara-gara itu, muka lo jadi lebam gini," penjelasan Alana membuat Leon terkekeh sekaligus merasa aneh. Jadi Alana pikir, Leon dapat luka ini setelah Dirga mendapatkan kontak Leon?
Leon tersenyum miring. "Sekarang lo harus tanggung jawab," ucap Leon tegas, dingin, datar.
Alana terkesiap. Mata berairnya menatap Leon heran sekaligus bingung. Bertanggung jawab apanya? Bahkan lebam-lebam di wajah Leon sudah mulai membaik meski ujung bibirnya masih terlihat basah. "T-tanggung jawab?" cicit Alana merasa takut.
Leon tersenyum. Entah ini keisengan atau memang dia menginginkannya. Tapi sesuatu berdetum di dalam sana, sesuatu yang sangat sering dibicarakan Jalu sebagai cowok narsis dan penggila cinta. Sesuatu yang bersifat alamiah dan tanpa paksaan.
"Cium luka di bibir gue," ucap Leon dengan tegas. Alana membulatkan matanya, dia mulai berontak namun Leon semakin mendekat. "Cium gue, Al," bisiknya.
Alana nggak tau lagi dia harus apa, karena yang bercokol di otaknya adalah berlari sejauh mungkin dari wajah Leon yang semakin mendekat hingga akhirnya Alana menginjak salah satu kaki Leon membuat cowok itu menggaduh dan Alana melepaskan diri dari cengkraman cowok itu. Gadis itu tertawa, namun Leon terlihat kesakitan karena kakinya baru saja diinjak. Cowok itu menggaduh dengan keras, berteriak membuat Alana panik karena dia rela kabur dari jam pelajaran demi mendatangi Leon.
Gadis itu memegang bahu Leon dan berkata. "Dih, bego jangan teriak-ter-" ucapan Alana terpotong karena bibir Leon yang tiba-tiba menempel di bibirnya. Menutup semua kalimat yang ingin dia sampaikan, ingin dia umpat hingga beberapa detik setelah bibir itu menempel, Leon menjauh dari wajahnya dan Alana terdiam.
Wajah gadis itu memerah, matanya berair. "Sinting!" teriak Alana kemudian berlari meninggalkan Leon yang terdiam.
Cowok itu memegang dada kirinya, detakan itu sangat keras. Wajahnya memerah semerah tomat dan senyumnya terbit. "Gue gila," gumam cowok itu pelan, tertawa.[]
a.n
Semoga suka ya! Sampai bertemu hari Kamis :))
KAMU SEDANG MEMBACA
Kompas (Arah, Tujuan, dan Kita)
JugendliteraturAlana adalah si mak comblang yang paling mantap! Tiap ada yang minta dicomblangin ke orang yang disuka, Alana adalah jagoannya. Sudah ada banyak pasangan dari SMA Bima Sakti yang jadi saksi dari aksi heroik Alana. Heroik dalam masalah cinta soalnya...