Prolog

807 47 2
                                    

"Hey..hey.. bangun", suara yang sangat familiar kudengar dari luar jendela. Aku terbangun dari tidurku dan ternyata itu hanyalah sebuah mimpi, keadaan kamarku yang gelap, jendela yang masih terbuka, earphone yang masih terpasang dikedua telingaku, dan suara gemuruh hujan yang semakin kencang membuatku semakin takut turun dari kasur.

Air mataku turun lagi dan membasahi wajahku tanpa henti. Perasaan sedih, sakit, pahitnya kisah cintaku terus terbayang dibenakku.

Perasaan aneh juga terus datang disaat aku menutup kedua mataku, aku melihat bayangannya lagi dan tak henti-hentinya aku menjerit, menangis dan berteriak menyebut namanya.

Namun saat aku membuka kedua mataku, bayangan itu hilang dan aku hanya bisa diam termenung melihat keluar jendela.Aku terus membayangkan kenangan, kebahagiaan, kesedihan yang ku lalui selama ini.

"Aku gak akan ninggalin kamu, aku akan terus fokus sama kamu, aku mau serius sama kamu, karna ini.... pertama kalinya aku pacaran lagi. Jadi, aku gak akan pernah sia-siain seseorang lagi."

"HAAAAAAAA", aku berteriak. Suaraku membangunkan semua orang di rumah, aku terus merenta dan menangis sampai aku merasa seperti orang yang kerasukan. Ibu dan ayahku masuk kekamar,

"Nindy.... kenapa kamu naaak" tanya ibuku. Aku memeluk ibuku, terus menangis dan meminta tolong kepada ibuku, "buuu.... aku gamau kaya gini terus bu, aku capek bu... kenapa keadaan aku terus begini bu, tolong aku bu.."

"Iya nak, Ibu disini kok.. kamu pasti bisa cepat melalui masa ini, Ibu yakin kamu pasti bisa, kan kamu pernah bilang ke Ibu, kalau kamu tuh beda dari teman-teman kamu, kamu itu kuat, kamu itu bisa cepat mengembalikan keadaan yang buruk, Ibu yakin kali ini kamu bisa melewati semua ini, percaya sama Ibu." Sambil memeluk dan mengelus rambutku.

"Ibu tidur disini ya malam ini, plis bu", pintaku kepada Ibu. "Iya iya ibu tidur disini sama kamu, udah ya tidur ya, kamu gaboleh tidur malam atau bahkan sakit", kata Ibu.

Aku mengambil iPodku, memakaikan kedua earphoneku, dan membiarkan suara Mandy Moore menutupi suara hujan yang begitu kencang. Tak lama kemudian aku kehilangan kesadaran dan malamku berlalu seperti biasa...

menakutkan.

The Last HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang