Chapter 1 < You >

483 31 8
                                    

Hari pertama Masa Orientasi Siswa di SMP 25 pagi ini sangatlah menegangkan, bagaimana tidak? aku tidak punya teman sama sekali dan satu-satunya dari SD ku yang masuk ke SMP ini. Perasaan takut, tegang, senang, semua bercampur didalam jiwaku.

Semua kakak kelas memandangku sangat tajam, mereka memanggil namaku dengan sebutan-sebutan aneh, kecoa goreng lah, onta guling lah, selotip toples lah.

Padahal, orang tuaku sudah memberikan nama yang bagus untukku dan mereka seenaknya mengubah nama orang seperti itu.

"huhhhh," aku mendengus kesal sambil mencari kelasku yang berada di lantai 2, saat aku menginjakkan kakiku untuk pertama kalinya di lantai 2, aku melihat seseorang dari kejauhan menggunakan jaket berwarna abu-merah yang membuatku terdiam sejenak seakan waktu berhenti berdetik.

Mulutku terbuka, mataku melotot, orang-orang yang ingin lewat semuanya terhalang olehku karena aku berhenti berjalan ditengah kerumunan.

"Ehh jalan dong," aku terkejut dan bergegas tanpa menoleh kebelakang dan meluncur cepat kearah kelasku, disamping kiri tangga yang aku naiki. Rasa penasaran, kagum, mulai tumbuh di diriku karena cowok tadi.

**************

Aku memasuki ruangan kelasku, berjalan perlahan sembari melihat apakah ada kursi kosong yang berada didepan, aku tidak suka berada dikursi belakang karena anak belakang pasti rusuh dan pasti aku tidak bisa konsentrasi belajar.

"Hai, kursi ini kosong nggak?", Tanyaku pada salah satu cewek cantik berambut hitam panjang, memakai jaket pink.

Dengan raut wajah sendu tergambar diwajahnya, ia menjawab "nggak ada orang, silahkan."

Aku pun membuka percakapan itu untuk pertama kalinya, "hai, aku Nindy, kamu siapa?",

"aku Adela", jawabnya. "Dari SD mana?", "dari SD 03 Lubang Buaya, kamu?", ia mulai memberikan senyum kearahku,

"aku dari 01 Bambu Apus, by the way, kamu kelihatan pucat, kamu lagi sakit?" Tanyaku lagi. "Iya aku lagi sakit campak" jawabnya.

Suara keras seseorang tiba-tiba memecahkan keheningan diruang kelasku, sosok tinggi, berkacamata, menggunakan almet biru berciri khas OSIS sekolah masuk kedalam kelas dan langsung mengabsen siswa baru yang ada dikelasku.

Ya, begitulah kami mengakhiri percakapan kami pagi ini. "Yap, kalian dipersilahkan istirahat selama 20menit, sehabis istirahat kalian harus berkumpul dilapangan untuk mengikuti kegiatan jejak sekolah." Kata Kak Andri, ketua OSIS SMP 25.

Tepat pukul 10.00 semua murid baru di SMP 25 berkumpul di lapangan untuk mengikuti agenda MOS selanjutnya, yaitu Jejak Sekolah, kami dibagi menjadi beberapa kelompok dengan masing-masing 1 pemandu OSIS untuk berkeliling sekolah dan melihat-lihat keadaan sekolah.

Saat aku berada di kantin, aku melihat cowok yang tadi pagi aku temui, saat aku melihatnya dari dekat, jantungku seakan berhenti berdetak, aku tak tahu kenapa bisa begitu, mulutku sontak tersenyum saat ia menatapku, ia pun membalas senyumanku bak pangeran yang sedang dipakaikan mahkota kerajaan, sangat tampan.

"Heh, kenapa kamu bengong begitu?" Kejut salahsatu teman baruku, Destria. "Maaf maaf aku kurang fokus." jawab ku dengan tergesa-gesa. "Ayo kita kesana, kita ketinggalan rombongan" Sahut Destria.

Sepulang sekolah, aku mencari motor ayahku yang terparkir diluar gerbang sekolah, pagi tadi ayahku berjanji untuk menjeputku saat pulang sekolah. "Ihh Ayah kemana sih, udah tau aku capek, besok harus masuk pagi lagi, bawaan banyak" gerutuku kepada diriku sendiri.

"Nunggu siapa?" Aku menoleh kearah suara itu, seorang cowok yang terlihat seperti kakak kelas, tinggi, berjambul, senyumannya manis itu menyapaku sambil menyodorkan tangannya kearah tanganku, "gue Marvin, kelas 8-3, lo kelas 7 berapa?"

"A...aku.. kelas 7-3 Kak, aku Nindy"dengan gemetar aku menyodorkan tanganku ke tangannya. "Oh, nunggu jemput Dek?" Tanyanya, "iya Kak, nunggu papa" sahutku dengan senyum kecil. "Okedeh, hati-hati ya, gue duluan" ia pun lekas pergi dari pandanganku. 

"Ih gila. Ganteng banget. Asli. Siapa tuh ya. udah punya pacar belum ya? Ah pasti udah punya pacarlah, ganteng gitu" aku menggerutu didalam hati. Tak lama kemudian ayahku datang, aku naik keatas motornya dan bergegas pergi meninggalankan sekolah.

BRAAAAKKK

Dentuman keras dari motor didepanku membuatku takut dan terkejut. Pengemudi itu memakai helm, jaket, bercelana biru tua yang menandakan ia adalah murid SMP, aku bergegas untuk membantunya, aku mematikan mesin motornya, dan setelah ia melepaskan helmnya aku terkejut.

"Aduh... Makasih yaaa,"katanya sembari mengangkat kakinya yang tertimpa bagian kiri motor.

Aku terdiam, terkejut, tidak bisa bernapas sejenak. Aku tidak tahu harus berkata apa, badanku dingin, jantungku berdetak kencang, sampai aku pikir sejenak bahwa aku sudah mati.

Diaa... dia kan....

The Last HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang