Dua puluh sembilan hari lagi, perjuanganku selama tiga tahun akan berakhir.
Tidak perlu bersusah payah mengerjakan tugas sampai malam lagi, belajar untuk ulangan umum sampai malam, atau semacamnya. Karena aku akan segera mengikuti Ujian Akhir Nasional.
"Nindy.. kamu harus bawa bekal hari ini, nanti ada PM kan?" Kata Ibu sembari menyiapkan bekal untukku.
"Iya bu," Jawabku sembari memakai sepatu sekolah kemudian meminum segelas susu yang ada di meja makan.
************
"Selamat pagi,"
"Pagi... mana helmnya, To?" Tanyaku.
"Oh iya lupa, gak fokus ada bidadari didepan gue." Ia menyunggingkan senyum kecil dibibirnya.
Pagi ini terasa sangat cerah, walaupun cuaca sebenarnya mendung. Ya, sudah sekitar 2 minggu sejak peristiwa tulisan NA yang kulihat ditangan Dito, aku merasakan ada yang berbeda dari Dito. Ia semakin asik, terbuka kepadaku. Bisa dibilang, kami semakin dekat. Bahkan, ia menawarkan untuk berangkat dan pulang bersama sejak dua hari yang lalu.
Aku naik kemotornya, dan kami melesat cepat meninggalkan rumahku.
"Tugas gue yang lo pinjem kemarin dibawa kan?" Tanyaku.
"Oh iyaaa. Aduh lupa. Gimana dong?"
"Yaaa mau ngambil lagi kerumah lo? Hari ini dikumpulin" Kataku.
"Ah gak usah lah, biarin aja nanti paling lo dihukum keliling lapangan sama Pak Bahrun. Emang enak" Candanya
"Ah lo maaahh!" Aku mencubit pinggang Dito sehingga ia tertawa dan hampir kehilangan keseimbangan.
"Ih ih yang bener bawa motornya! Gue gamau kerumah sakit pagi-pagi!" Keluhku.
"Hahahaha. Asik juga pagi-pagi bikin lo kesel. Coba lagi deh cubitnya kurang kerasa hahaha" Tantang Dito.
"Yeh nantangin nih anak, nih ya rasain ya."
Aku memukul punggungnya, menyubit pinggangnya berulang kali.Tanganku menyentuh resleting tas Dito dan tidak sengaja terbuka. Aku berniat untuk menutupnya kembali, tapi aku melihat ada setangkai bunga mawar didalamnya dan membuatku mengintip sedikit.
"Apa... ini buat gue? Alaaahhh jangan geer gitu lo Nin. Pasti ini buat cewe lain."
Aku buru-buru menutup tas itu kembali dan tersadar Dito sedang melihat kearahku lewat spion motor.
"Lo ngapain buka tas gue? Masih penasaran tugas lo dibawa apa engga?" Kata Dito.
"Eh.. hmm.. iya! Kan itu tugas mau gue kumpulin. Lo sih lelet banget ngerjainnya." Jawabku ketus.
"Hahaha gue bawa kok tuan puteri. Gapapa dong sekali kali bikin lo kesel," Candanya
"Au ah lo bikin badmood aje pagi-pagi."
"Yaudah kalau lo badmood gue turunin dijalan nih, mau?" Ancamnya kepadaku.
"Lah lah jangaann, gue gak bawa uang buat ongkos." Jawabku kemudian menoleh kelawan arah dan tersenyum kecil. Aku nyaman bisa seperti ini dengan Dito. Aku senang bisa berada disisi Dito saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Hope
RomanceCinta tak berbalas memang sangat menyakitkan, sudah bertahun-tahun Nindy menunggu dan mencintai seseorang secara sepihak, jalan yang ditempuh Nindy sangat berat. Banyak rintangan yang ia lewati. kesenangan, kesedihan, dan Nindy terus berusaha sekuat...