Chapter 9 < Revenge >

176 26 6
                                    

"Iyaaa...." Sahut Dito.

"Hmmm, aduh.." Aku semakin gugup dan hampir tidak bisa berkata-kata.

"Ditoooo.... stand by belakang panggung 5 menit lagi mulai."

Tiba-tiba ada salah satu panitia menghampiri kami dengan terburu-buru dan memanggil Dito.

"Oh okay sebentar.. Nindy, maaf nih gue harus cabut dulu." Katanya lalu meninggalkanku.

Aku menghela napas panjang... dan merasa sedikit lega karena pasti aku akan berada dalam masalah lagi apabila aku mengatakan yang sejujurnya kepada Dito.

Rasanya aku sangat malu untuk menuju ke lapangan, aku tidak ingin menjadi pusat perhatian semua orang...

"Kalo gue begini terus, orang-orang bakalan jauhin gue dan ngucilin gue, mending gue kesana aja dan pura-pura semua baik-baik aja."

Tapi..... kalau gue bersikap seakan-akan gaada masalah, semua makin berpikir kalau gue cewek gak berperasaan.

*************

Setiba dirumah, Aku masuk rumah lewat pintu garasi karena tidak ingin ketahuan ibu kalau aku menangis.

Aku membuka gerbang perlahan-lahan, lalu masuk ke garasi. Perkiraanku salah, ternyata Ibu sedang membereskan barang-barang di garasi.

"Nah loh? Kok kamu lewat sini Nin?"

Aku terkejut dan hampir memukul Ibuku.

"Hahh.. kok Ibu ada disini? aku.. aku.. lewat sini karena aku gamau ganggu Ibu di ruang tengah.." Jawabku mengelak.

"Hmmm gamau ganggu Ibu atau mau menghindar dari Ibu? Itu mata kamu kenapa? Itu kok maskaranya luntur? Terus keliatan kaya orang abis nangis gitu?"

Aku menutup mataku dan mengelak perkataan Ibu.

"Ihh Ibu apaan sih, enggak, aku nggak nangis..." Aku membalik badan dan kemudian menangis lagi.

"Kenapa nggak? Cerita sama Ibu" Ibu mendekatiku dan menepuk bahuku.

"Kak Marvin bu..." Sahutku.

"Kenapa Marvin? Jahatin kamu?" Tanya Ibuku

"Hmm.... aku juga nggak tahu siapa yang jahat disini bu, aku belum ngerti semua ini bu... tapi ini rasanya sakit banget.. aku nyesel juga.." Sahutku kemudian kembali menangis

"Coba ceritain pelan-pelan ke Ibu."

"Jadi... awalnya tuh aku dapet gossip gitu kalau Kak Marvin selingkuh, terus aku cari tahu, ternyata bener.. dan, aku kebetulan lagi deket juga sama Kak Ferdi temennya Kak Marvin, tapi lama-lama aku juga suka sama Kak Ferdi dan suatu ketika Kak Ferdi nembak aku, aku nerima bu.. entah tau dari mana Kak Marvin tadi bertengkar sama Kak Ferdi ditengah-tengah acara sekolah, kan yang jadi pusat perhatiannya pasti Nindy juga. Nindy malu banget Bu, Nindy nyesel Bu." Aku menceritakan kepada Ibu.

Ibu menutup mulutnya dengan tangan kanannya, dan hampir terjatuh ke lantai. Aku menangkap Ibu dan membantu Ibu berjalan kedalam rumah. Terlihat bahwa Ibuku sangat shock mendengar ceritaku tadi.

Aku memberikan Ibu minum, lalu duduk disebelahnya.

"Jadi.. kamu udah berani selingkuh ya? Kamu tuh harusnya masih bersyukur Ibu bolehin pacaran, walaupun Ibu salah tapi Ibu berusaha jadi Ibu yang baik untuk kamu. Tapi kalau begini caranya, begini balasannya, kamu gak bisa dipercaya lagi. Apalagi kamu udah berani selingkuh. Ibu udah gabisa izinin kamu untuk pacaran lagi. Kamu harus putusin dia! Ibu gak mau kamu pacaran-pacaran lagi sampai kamu SMA!" Bentak Ibuku, aku hanya tersenyum lalu meninggalkan Ruang Tamu.

The Last HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang