Chapter 14 < Me >

162 25 0
                                    

Libur semester telah berakhir, dan dua semester lalu adalah masa yang paling buruk bagiku. Karena Dito menjauh dan benar-benar tidak sama sekali melihat kearahku. Aku tahu, menyukai seseorang yang sekaligus menjadi cinta pertama tidaklah mudah untuk dilupakan. Terlebih lagi orang tersebut tidak melihat kepada kita, sedikitpun.

Saat ini, aku telah menjadi kakak kelas tertua di SMP 25. Ya, saat ini aku duduk di kelas sembilan semester pertama.

Hal yang paling menakutkan dari sekolah adalah Ujian Akhir Nasional, karena tiga tahun kita bersekolah, yang menjadi penentu kelulusan hanyalah tiga hari Ujian Nasional.

Namun, aku ingin merasakan keseruan ditahun terakhir SMPku. Aku beruntung mempunyai teman-teman yang baik, yang setia, yang tidak membosankan.

Hari pertama masuk sekolah, seluruh siswa kelas 8, dan 9 berkumpul di lapangan untuk upacara bendera dan diberitahukan tentang kelas dan teman-teman kelas yang baru. Kecuali untuk kelas 7, karena mereka mulai masuk sekolah minggu depan dan mulai MOS diminggu depan.Dihari pertama sekolah, aku datang terlambat. Menonton kartun kesukaanku setiap pagi memang kebiasaan burukku sehingga membuatku terlambat datang kesekolah.

Aku berlari ke lapangan dan ikut berbaris, aku baris dibarisan paling belakang, aku baris disamping seorang cowok dan tidak sempat menengok kearah kanan dan kiri lagi. Aku menghela napas dan merapihkan topiku.

Saat suasana sedang hening, aku mencium aroma parfume yang sangat familiar untukku. Aku menoleh ke kiri, dan ternyata yang berada disampingku adalah Dito.

Aku terkejut dan kakiku lemas. Aku hampir kehilangan keseimbangan dan berusaha menenangkan diriku. Yang membuat aku heran adalah, sepanjang upacara ini Dito tidak menyapaku sama sekali, menolehpun tidak. Kami seperti orang asing.

Setengah jam kemudian, kami dipersilakan untuk mencari ruang kelas baru, dan sebelum upacara bubar, aku sempat memanggil Dito dan hanya sekadar ingin menyapa.

"Dito...." Kataku sembari menunduk sedikit.

Aku melihat kearah Dito sekilas dan ia tidak menjawabku sama sekali. Menolehpun tidak. Padahal, aku sudah memastikan bahwa suaraku cukup kencang untuk jarak satu langkah.

Aku menunggu sapaan dari Dito sampai upacara berakhir, dan sampai waktunya tiba, ia tidak juga menyapaku dan aku hanya bisa menghentakkan kakiku ke bumi karena kesal.

"ISH. tu orang bener-bener batu ya. nyapa aja engga, emang gue orang asing?" Sahutku kesal.

Aku melangkah kearah Mading didepan ruang Biologi dan kebetulan disana sudah ada Adela.

"DELAAA!!!" Sahutku senang sembari memeluk Adela dari belakang.

"NDIII!!! Kangen banget aselliiii!!" Kata Adela

"dua minggu ga ketemu aja udah kangen, emang ya gue itu ngangenin hehehe." Candaku.

"Yeeeh kepedean lo. Btw lo belum liat kelas lo dimana ya? Liat gih, kelas gue 9-4." Kata Adela

Aku menerobos kerumunan didepanku dan mencari namaku disetiap kelas. Namun tujuan pertama yang kucari adalah mencari kelas Dito, dan berharap menemukan namaku dikelas yang sama dengan Dito.

Aku menemukan nama Dito duluan. Dan mencari kebawah apakah namaku terdaftar disana. Namun sayang, aku tidak menemukan namaku dikelas yang sama dengan Dito. Sudah semenjak kenaikan kelas delapan aku sangat berharap bisa satu kelas dengan Dito. Dengan begitu, aku bisa lebih dekat dengannya dan mengetahui lebih jauh seperti apa dia dan bagaimana sifatnya.

Aku menggeser pencarianku ke kelas sebelum kelas Dito, 9-5. Dan menemukan namaku terdaftar dikelas 9-4, aku juga melihat nama Adela diabsen 7 kelasku. Awalnya aku sempat kecewa, tetapi walaupun tidak bisa satu kelas dengan Dito, aku bisa melihatnya saat aku melewati kelasnya dan tidak perlu jauh-jauh mencarinya.

The Last HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang