Chapter 10 < Nothing but Special >

169 27 6
                                    

Aku harus segera menghubungi Kak Ferdi dan mendengar penjelasannya, langsung. Aku juga ingin tahu apakah Kak Ferdi jujur atau tidak kepadaku.

Tuuuuttt....tuuuttt.....

Sudah empat kali aku meneleponnya namun tidak ada satupun jawaban.

Sampai saat panggilan yang kelima, ia mengangkat teleponnya

"Halo.." Sahutnya

Aku terdiam mendengar suaranya. Aku tidak bisa memberikan jawaban apapun.

"Halo ini siapa?" Sahutnya lagi

Whattt.. dia menghapus nomorku? Aneh sungguh aneh.

"Kak Ferdi? Kok nomor aku di hapus?" Sahutku kemudian dia menyadarinya

"Oh? Ini Nindy? Aduh maaf ya yang aku lupa nyimpen nomor kamu, kamu apa kabar?" Ia berbasa-basi kepadaku

"Baik, Wanda apa kabar kak?" Aku mulai menegaskan maksud dan tujuanku.

"Wa...wanda? Wanda siapa?" Kak Ferdi mulai terdengar gugup.

"Wanda pacar baru kakak, haha." Aku pun mulai kesal dan ingin segera memintanya mengaku.

"To the point aja deh Kak, aku langsung ngomong gini karena ada bukti yang jelas juga, kamu pacaran kan sama Wanda? Sejak kapan? Kenapa kamu selingkuh dari aku?" Pertanyaanku mulai memojokkannya.

"Apa buktinya kalau aku pacaran sama Wanda? Wanda siapaaa lagi aku ngga kenal."

"Ohh buktinya sih banyak Kak, nanti aku bisa kirim yah, tapi yang jelas, aku nyesel banget kenal sama kamu. Karena kamu juga, hubungan asli aku hancur. Aku tuh udah niat mau serius sama kamu, mau fokus kesatu orang. Tapi? Apa balasannya? Kamu juga selingkuh sama yang lain. Berarti bener kata orang ya, kamu emang playboy." Aku menarik napas dan menahan tangis.

"Maksudnya apa sih aku nggak ngerti." Ia kehabisan kata-kata.

"Gausah tanya lagi, nanti aku bakal kirimin bukti-buktinya dan setelah itu kita putus. Udah yaa. Selamat malam." Kemudian aku menutup telepon sambil menangis.

Kenapa..... kenapa harus seperti ini? Kenapa semua masalah datang berurutan? Ini gak adil. Semua orang punya kebahagiaannya masing-masing, tapi mana kebahagiaan gue?

"Alangkah baiknya kamu fokus pelajaran dulu.. gausah pikirin pacar-pacaran kayak gini, ini cuma bikin prestasi kamu hancur, ikutin kata Ibu dong Nin sekali-kali. Kamu kan anak yang berbakti." Kata Ibuku sembari menutup kembali pintu kamarku.

Aku bangun memeluk Ibu dan Ibu mencoba menenangkanku.

************

Hari ini aku masuk sekolah dengan perasaan sangat tegang, takut, segalanya bercampur jadi satu. Karena pasti aku menjadi sasaran utama para bullyers disekolah, terutama teman-teman Kak Rivka.

Aku melangkahkan kaki ke dalam kelasku, aku tersenyum karena melihat Adela sudah datang dan aku langsung berlari ke bangkuku.

"Cieee udah masuk sekolah niihhh.." Ledek Adela

Beberapa menit kemudian, Destria memasuki ruangan.

"Ehh.. ada Ndi udah masuk sekolah." Kata Destria sembari meletakkan tasnya dimejanya depan mejaku.

The Last HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang