"Woy!! Bangun!! Ngaret! Bangunnn!!!"
Aku terperanjat bangun dari tidurku tepat pada pukul 05.00 pagi. Suara itu menggangguku dan aku mengira itu adalah suara Dito.
Aku melihat kearah jendela, dan mendengar suara Adzan subuh dari mushola komplek rumahku.
Aku duduk dan menapakkan kaki kiriku ke lantai, merapikan rambutku yang berantakan dan pergi ke toilet.
Aku berjalan bak keong mabuk, lambat sekali.
Mengambil sikat gigiku, menatap kosong kearah kaca dan teringat kejadian minggu lalu di TMII~~~~~~~~
Saat itu sedang isoma, aku duduk bersama Diana di dalam ruangan dan kami memakan bekal kami, Adela dan yang lain sedang keluar membeli makanan.
"Ssssttt...ssttt" Sapa seseorang dibelakangku
Aku tidak menoleh dan Diana menepuk bahuku dan menyuruhku berbalik badan. Aku terkejut.
Dito sedang menekukan sikunya dibangku belakangku, dan tersenyum kearahku. Aku tak kuat membendung air mataku dan tiba-tiba ia keluar dengan sendirinya.
Aku terhenyak dan menghapus air mataku. Dito bingung melihat kearahku.
"Loh? Lo kenapa Nin?" Tanya nya
"Hahaha ngga kok, tadi gue kelilipan.. lo nggak istirahat?" Kataku
"Iya ini lagi mau ambil makanan, yang lain dateng kan? Pada dimana?"
"Lagi pada beli makanan, to. Dikit lagi juga dateng kali.." Kataku dengan jantung yang semakin berdebar.
"Yaudah.. kalo gitu gue mau kebelakang dulu.. oh ya nanti kalau disuruh MC ngedeket kepanggung, lo ke sana yaa... dimakan tuh makanannya, jangan sampe sakit." Kemudian ia menepuk bahuku, melemparkan senyum manisnya, dan menghilang dari hadapanku.
Aku membalik badanku, melotot, tersenyum, menahan teriak dan hanya bisa berteriak didalam hati.
"Ciiieeeeee..... kalian deket yah?" Ledek Diana
"Hahh? Hahahha engga kok. Temen biasa." Jawabku dengan senyuman malu.
"Itu kok muka nya merah... hmmm cieee semoga cepet jadian deh" Katanya.
Aaamiiinnnn banget aamiinnnn
Aku terus berdoa dan mengaminkan dengan yakin.~~~~~~~~
Gguuubbraaaakkkk
Aku tersadar dari lamunanku dan mempercepat menyikat gigiku, lalu berkumur dan keluar dari toilet untuk melihat ada kegaduhan apa diluar sana.
"Astagfirullah itu kan Michael? Ngapain dia dibelakang rumah gue? Kayanya dia jatoh dari gerbang deh. Aduh" Ujarku kemudian berlari kebawah.
Saat aku ingin membuka pintu belakang rumahku, aku mendengar suara dari beberapa orang, dan bukan hanya Michael.
Aku menutup mulutku dengan tangan kananku. Tiba-tiba Ibu mengagetkanku dari belakang, dan aku bergegas untuk menyuruh Ibu untuk diam sejenak.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Hope
RomanceCinta tak berbalas memang sangat menyakitkan, sudah bertahun-tahun Nindy menunggu dan mencintai seseorang secara sepihak, jalan yang ditempuh Nindy sangat berat. Banyak rintangan yang ia lewati. kesenangan, kesedihan, dan Nindy terus berusaha sekuat...