Chapter 15 < Once >

154 24 1
                                    

Masa Orientasi Siswa baru sudah berakhir, dan tandanya masa jabatan aku menjadi panitia MOS juga berakhir. Tidak banyak peristiwa yang kulewati saat itu. Kecuali saat Dito memanggilku, menawarkan membawakan bank sampah, atau saat adik kelas mengirimkan surat cinta kepadaku.

Dihari setelah MOS, seventeenage mengajakku pergi berkumpul dirumah salah satu sahabatku. SevenTeenage merupakan sebuah perkumpulan/persahabatan yang berawal dari teman bermain dan berkumpul bersama saat pulang sekolah. Waktu terus berlalu, dan kami semakin nyaman berteman, akhirnya terbentuklah Seventeenage.

"Ayo kita ke mama ais, abis itu kita kerumah puspita." Ajak salah satu temanku, Paul.

"Ayooo!!!!" Sahut teman-temanku.

"AYO! Gue naik motor ya sama Nindy," Kata Axel

"Ih lo mahh keenakan naik motor, yang lainnya jalan. Gak ada naik motoran, lo ikut jalan juga, biar solid." Kata Bethani

"Tau lo xel. Jalan aja lah." Kataku lalu melangkah pergi.

Ditengah perjalanan, aku bertemu dengan Dito dan Akbar yang sedang berjalan menuju rumah mereka. Rasanya aku sangat ingin menghampiri Dito, namun langkah ini sangat berat dan jantungku berdebar sangat kencang. Akhirnya aku mengurungkan niatku itu.

"Lo ngeliatin siapa sih Nin?" Axel menghampiriku.

"Ha? enggak, gue bengong aja dri tadi." Kataku.

"Iyalah kalau dikit lagi lo kesandung juga ga tau kan." Sahut Axel

Dan kemudian kakiku menghantam polisi tidur lalu terjatuh. Aku berteriak kesakitan.

"Aduuuhhhh, lo kok ga bilang gue sih Xel kalau ada polisi tidur didepan gue." Aku melihat kearah Dito dan ia sedang menatap kearahku, lalu berbalik dan melanjutkan jalan.

Aku merasa malu dan Axel menolongku untuk berdiri.

"Makanya, besok-besok jalan tuh jangan cuma bengong doang. Dasar lo nenek." Axel menjambak rambutku perlahan lalu melanjutkan berjalan.

Dito berbelok ke rumahnya, dan aku sengaja mempercepat jalanku untuk melihatnya dan berharap ia akan memanggilku.

Namun sayang dugaanku meleset. Aku sampai di depan gerbang rumahnya saat ia sudah membuka pintu rumah.

"YAHHHH KAN. PADA LAMA BANGET SIH JALANNYA. KETINGGALAN KAN TUH," Gerutuku sambil menghentakan kakiku.

"Lu knapa sih nin? Ketinggalan Jet?" Canda Paul.

"Ketinggalan masa depan." Kataku sambil mendengus kesal.

"Lah kan masa depan lu ada sini," Kata Axel sembari merapihkan kerah bajunya.

Axel adalah salah satu sahabatku juga, teman sekelasku juga di kelas 7 dan 8, ia tinggi, matanya berwarna cokelat muda, alisnya tebal, rambutnya sedikit keriting dan berwarna cokelat tua, itu adalah warna rambut asli karena ia blasteran indonesia-amerika, ia berpostur tubuh atletis dan menurutku itu sudah perfect.

Aku memang sempat menyukai Axel, tapi aku tahu itu tidak akan terjadi karena seleranya sangat tinggi. Ia pernah berpacaran dengan Kakak Kelas yang dinobatkan sebagai None SMP 25 pada masanya.

************

Kkkrrrrrrriiiiiinnnnnnnggggggggg

Bel istirahat berbunyi,

Aku dan Adela kembali menghampiri Destria ke kelasnya, dan mengajaknya ke kantin.

Saat dikantin, aku bertemu dengan Dito, bersama kawan-kawannya yang menempati meja kantin yang sama dari kelas 7.

The Last HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang