Chapter 18 < Reaching Out For You >

130 21 2
                                    

"Apa gue harus ngeline Akbar?" Aku menatap langit-langit kamarku dan memikirkannya sekali lagi,

"Apa gue harus ngasih kado ke Dito? Tapi, kalau dia nggak suka gimana ya?" Aku menjadi semakin khawatir.

Aku bergegas mencari hp di meja samping kananku, dan membuka Line mengirimkan pesan kepada Akbar,

"Akbaaarrr... mau ganggu nih, boleh gak?" Jawabku sedikit mencairkan suasana

"Gak boleh nih.. ada apa?" Ia menjawab

"Dikit lagi kan Dito ulang tahun, gue mau ngasih kado Jam, kira2 dia suka jam yang kayak gimana ya?" Tanyaku to the point.

"Dia tuh udah punya banyak jam, Nin.. tapi gapapa sih kalau lo mau kasih jam, dia suka jam yang warnanya gelap terus agak sedikit kaya bapak2 juga dia suka, haha"

"Kayak bapak2? Serius? Hahaha"

"Iya serius deh hahaha."

Lalu aku meletakkan kembali hpku, tersenyum kearah mata besar boneka beruang disebelah kiriku.

"Kalo gitu... besok Adela sama Destria mau nemenin ke Mall nggak yah? Gue harus bongkar celengan dulu nih, iya bener. Celengan." Kataku lalu mengambil celenganku dari lemari baju.

Bbbrrrraaaaaakkkkkkkk

Celengan ayam berdiameter hampir 60cm itu sekarang telah menjadi runtuhan batu tak berguna, aku memisahkan uang dan reruntuhan itu, dan menghitung jumlah uangku, semua terkumpul Rp.500.000.

************

Aku berhasil memilih jam yang cocok untuk Dito dan aku pikir ia akan menyukainya, namun masih ada satu kekurangan, kotak jam. Aku membeli jam itu tanpa mengingat kotaknya.

"Tenang aja Nin, kayanya gue dirumah masih ada kotak jam deh. Besok gue bawa ya." Kata Destria.

"Yaudah, tapi beneran dibawa yaa, soalnya kan dikasihnya besok.." Kataku sembari tersenyum kearah jam itu.

************

Aku sangat bersemangat kesekolah hari ini, karena hari ini, tanggal 19 September, adalah hari spesial untuk Dito.

Aku membuka tasku untuk memastikan apakah kadonya sudah siap atau belum, dan bergegas berangkat ke sekolah dengan semangat.

Di saat waktu istirahat, aku menghampiri Destria dikelasnya, untuk meminta kotak jam yang ia janjikan hari sebelumnya, dan ternyata...

"Yah Nin, maaf banget ternyata kotak jamnya nggak ada, " Katanya dengan nada sedih.

"Yah, yaudah gapapa deh.. tapi ini gue bungkus pake apa ya? Gue nggak bawa kertas kado juga.."

"Pake kertas biasa aja deh, trus gue gulung-gulung gitu, gimana?" Lanjutku.

"Yaudah gitu ajalah, lo juga nggak bakal nulis itu dari lo kan?" Kata Adela.

Kami bertiga meninggalkan kelas Destria, dan pergi ke koperasi dipojok kanan lantai dua, dan saat kami sedang mengantre, aku melihat Dito hanya berjarak 4 orang di depanku, rasanya aku ingin memberikan kadonya secara langsung, namun nyaliku terlalu kecil untuk hal-hal seperti itu.

The Last HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang