Andra, Azka, dan Kia sudah berada di ruang UKS, masih menunggui Evan yang sampai sekarang belum sadarkan diri. Ada Nazla juga bersama mereka, kebetulan kali ini memeng giliran cewek yang merupakan salah satu anggota PMR sekolah itu sebagai penjaga UKS dari pagi sampai sehabis jam istirahat pertama.
"Lo harus tanggung jawab! Gara-gara lo si Evan pingsan!" Andra mulai memarahi Kia, lagi. Melanjutkan omelannya yang sempat terjeda untuk mengambil napas sejenak.
"Gu-gue nggak sengaja! Beneran!" elak Kia. Tapi wajah tegang itu tidak dapat menyembunyikan kebohongan.
"Andra-Kia! Kalian jangan ribut-ribut dulu! Ini kita lagi di UKS!" Nazla mencoba menengahi. Pasalnya suara Andra dan Kia yang tidak bisa dibilang lirih jelas mengganggu orang-orang yang sedang berada di UKS untuk beristirahat sebab tidak enak badan.
"Lo nggak usah ikut campur dulu, Naz!" Andra malah menyemprot Nazla dengan nada yang sangat tegas. Kalau sudah begini, Nazla tidak berani bicara lagi, pun tidak mampu meneruskan usahanya untuk menolong Kia.
Setelah Nazla diam, Andra kembali mengarahkan tatapan pada Kia. "Sengaja atau nggak, ini udah terjadi. Dan lo harus tanggung jawab!" tekannya, jari telunjuk ia acungkan tepat ke hidung lawan bicara.
Kia menelan ludah tak bisa menjawab, sudut matanya melirik kesana-kemari tidak beraturan. Mungkin, mencari celah agar bisa kabur. Sialnya, walaupun menemukan jalan, Kia malah merasakan kakinya membeku, Andra terlalu mengintimidasinya.
"Kita tunggu Evan aja, biar dia yang putusin harus kasih hukuman atau maafin Kia," si pelit suara Azka akhirnya angkat bicara. Agaknya ketegangan antara Andra dan Kia membuat cowok jangkung itu merasa tidak nyaman.
Keras-keras Andra menggelengkan kepala. "Nggak bisa Ka! Ini cewek nanti malah ngelunjak kalo dibiarin! Lagian, asal lo tahu... Sebenernya tadi dia berusaha balas dendam dengan nyoba nimpuk kepala gue pake bola basket, dan sayangnya bola itu malah nyasar ke Evan." Andra menjeda ucapannya dan melirik Kia yang tampak sedang terkesiap, "Kenapa? Emang lo pikir gue nggak tau kalo sebenernya sasaran lo itu gue?" sentaknya.
Kia bahkan tidak mengira Andra secerdas itu dalam menyadari niat jahatnya. Gadis itu menggigit bibir merasakan tatapan Nazla, Azka, dan Andra. Dirinya benar-benar sudah tertangkap basah sebagai tersangka sekarang. "Oke fine! Gue bakal tanggung jawab! Gue bakal lakuin apapun buat nebus kesalahan! Janji!" ia akhirnya mengalah juga, Andra sangat hebat dalam membuatnya terpojokkan.
Ucapan Kia memancing senyuman miring di bibir Andra. "Bagus... berarti kalo kita minta lo jadi babu kita, lo nggak bisa nolak. Kan udah janji?" cowok itu melipat tangan di depan dada dengan angkuh.
Azka memasang bahu sahabatnya, "Ndra, gue pikir ini nggak perlu-"
"Gue cuma mau kasih pelajaran sama cewek ini. Biar dia nggak seenaknya." Andra memotong cepat pertidaksetujuan Azka. Kelihatannya ia tidak akan membiarkan siapa-pun mengganggu rencananya.
Di tengah ketegangan tersebut, tiba-tiba Evan bergerak dan mengeram kesakitan. Setelah membuka mata, ia mencoba menegakkan tubuh, sedangkan satu tangannya memegangi kepala sambil meringis merasakan pening.
"Van, kamu jangan bangun dulu!" pekik Nazla lantas mendorong pelan pundak pacarnya, membuat Evan kembali ke posisi tidur. Cowok itu tak mengelak dan berbaring dengan tenang kembali.
Kia mengambil tempat kosong di seberang Nazla, ia menyatukan kedua telapak tangan dan langsung memohon maaf pada Evan. Berkali-kali sampai Evan sendiri tidak mendapat giliran untuk menjawab. "Tapi gue bakal tanggung jawab kok. Gue sanggup jadi babu buat tebus kesalahan gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pal In Love
Teen Fiction[TELAH TERBIT] "Selalu ada luka, diantara persahabatan dan cinta." ÷×+-=Pal in Love=-+×÷ Masuk kelas unggulan di sekolah barunya jelas bukanlah hal yang diharapkan oleh seorang Kia-siswi dari kelas reguler sebelumnya. Kia sendiri malah lebih suka m...