Aksi-Reaksi

36.6K 2.5K 386
                                    

Liburan semester pertama dimulai tepat dua hari setelah pesta ulang tahun Nazla yang penuh kejutan. Berbeda dari sebelumnya, hasil laporan belajar siswa-siswi SMA Gading baru akan dibagi saat hari pertama semester genap nanti. Kebanyakan siswa-siswi gembira dengan hal itu karena semua rencana liburan mereka bisa berjalan tanpa batal tiba-tiba-perkara orang tua-cuma karena nilai turun dan lain-lain.

Tidak mau ketinggalan dengan remaja-remaja lain, tiga serangkai Kia, Ina, dan Nazla juga sudah punya rencana traveling di awal liburan ini. Yah, Ina yang memaksa. Cewek yang lama tinggal di Australia itu ngebet jalan-jalan soalnya sudah rindu berat sama tanah kelahiran. Sekarang, Nazla sudah duduk di teras rumah Kia untuk menunggu Ina datang. Si tuan rumah menemani Nazla mengobrol agar sama-sama tidak bosan.

"Kira-kira ini nanti kita perjalanan berapa jam ya, Naz?" celetuk Kia.

"Kemarin aku Googling sih sekitar empat setengah jam dari Jakarta ke kawah putih. Tapi ya lihat kondisi jalan juga, kalau macet parah, mungkin bisa molor?" jawab Nazla setahunya. Cewek itu tampak manis dalam balutan baju bermotif floral print.

Kia manggut-manggut. "Iya juga ya, apalagi sekarang liburan..."

Sebuah mobil yang baru saja masuk ke halaman rumah mengalihkan perhatian Kia dan Nazla. Tidak sulit bagi Kia untuk mengenali kalau itu adalah mobil Derril. Dan jelasnya, di dalam mobil ada Derril sendiri dan juga Ina. Semalam, Ina memang sudah bilang kalau ia akan mengajak cowok yang sudah resmi jadi pacarnya sejak pulang dari pesta Nazla itu untuk ikut trip ke Bandung.

"Ki...?" panggilan Nazla memancing Kia menoleh. "Kamu betulan nggak apa-apa nih? Maksudnya, soal... Ina sama Derril...?" tanyanya agak kebingungan mencari kalimat yang pas.

Sesaat Kia menghela napas. Tapi kemudian seulas senyum tanpa paksaan muncul di wajahnya yang chubby. "Waktu main basket, nggak semua bola yang kita lempar masuk ke dalam ring dan menghasilkan angka. Cinta juga begitu, nggak semua perasaan yang kita punya akan sampai dan berbalas rasa yang sama. Lo yang ngajarin itu ke gue loh, Naz."

Sekarang giliran Nazla yang menghela napas. Sebagai sepupu Andra, Nazla memang sudah dengar semua yang terjadi di antara Kia, Derril, dan Ina dari cowok itu lewat sambungan telepon tengah malam. Yah, memang sih, kekhawatiran Nazla kalau Kia akan terjebak galau berat tidak betulan terjadi karena Andra dengan inisiatif sendiri mengajak Kia ke dufan untuk mengusir jauh-jauh semua sedih yang melingkupi pacarnya. Tapi, tetap saja Nazla paham kalau akan selalu ada luka tersendiri di setiap usaha melupakan.

"Aku seneng kamu bisa bilang begitu. Tapi kamu nggak harus maksa diri kalau emang kamu butuh waktu?" balas Nazla lirih. Seumpama Derril belum mematikan mesin mobilnya, Kia mungkin tidak akan bisa dengar.

"Gue sama lo, udah lama nunggu Ina balik, kan? Jadi... Walaupun konsekuensinya gue harus terima luka, It's okay, Naz. Yang terpenting Ina bisa sama-sama disini bareng kita. Yah, mungkin ini juga karma setelah gue nyakitin Andra segitu parah..."

"Ki... Kamu-"

"Andra udah janji bakal rahasiain semua perasaan yang sempet gue punya buat Derril dari Ina. Dan lo juga harus begitu!"

Percakapan Nazla dan Kia tidak bersambung lagi sebab Ina yang langsung berlari kecil sambil berteriak menyapa sudah sampai di teras sekarang. "Udah siap, kan? Yuk berangkat sekarang!" ajak Ina bersemangat. Derril yang ada tepat di sebelahnya kelihatan gemas sampai tidak tahan untuk tidak mengacak-acak poni pacarnya.

Pal In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang