Cewek Sensi Vs Cowok Nyebelin

63K 4.2K 279
                                    

Pagi ini Kia bertemu Nazla di tempat parkir sekolah. Nazla tentu saja berangkat dengan Evan dan saat ini mereka baru turun dari mobil setelah selesai parkir, Kia yang sedang melintas di halaman sekolah sehabis diturunkan supir di depan gerbang kebetulan melihat Nazla melambai-lambai dari kejauhan sehingga langsung menghampiri sahabatnya.

"Hai, Van!" sapa Kia pada Evan yang sedang melempar senyum hangat padanya. Sebagai teman sekelas, menurut Kia pacar Nazla itu memang paling ramah kalau dibanding dua sahabat dekatnya.

Nazla mengajak Kia berjalan bersamanya membuntuti langkah Evan. "Lagi ada tugas yang belum dikerjain nggak, Ki? Kalau nggak ada ikut aku nonton basket di pinggir lapangan yuk?" ajaknya.

Kia menggosok dagunya, berpikir sebentar. "Ayuk, deh! Gue free kok!" ia nyengir lebar.

Sampai di lapangan, ternyata sudah banyak cowok-cowok yang bermain disana. Kata Nazla mereka semua adalah anggota tim basket SMA Gading. Selain latihan rutin bersama coach dijadwal ekskul, anak-anak basket membuat jadwal rutin mereka sendiri di pagi hari sebelum bel masuk dan juga ketika istirahat pertama. Tidak ada yang menuntut hal itu. Semuanya adalah kemauan mereka sendiri, karena bermain basket adalah cara mereka bersenang-senang bersama.

"Kita duduk bareng Andra aja ya!"

Senyum Kia tersapu begitu saja karena ulah Nazla yang langsung menariknya untuk menghampiri Andra tanpa menunggu persetujuan. Ingin rasanya Kia mengajak Nazla mencari tempat lain, hanya saja ia butuh alasan yang bagus untuk itu. Dan sialnya Kia sama sekali tidak punya.

"Pagi, Ndra! Sudah sarapan?" Nazla menyapa sepupunya sebelum ikut duduk.

"Udah." Andra menegakkan kepala. Raut santainya berubah karena melihat Kia. Seakan ingin memberitahu kalau dirinya merasa tidak suka Nazla membawa sahabatnya pagi ini, Andra langsung mengangkat buku paket biologi ke depan wajahnya dan kembali membaca.

Dalam batinnya, Kia mencibir habis-habisan sikap Andra yang menurutnya sangat tidak sopan.
Tidak menghiraukan debu-debu kering di lantai semen lapangan, Nazla dan Kia duduk begitu saja tanpa alas. Mata mereka berbinar antusias menyaksikan serunya permainan yang sedang berlangsung.

"Setiap pagi lo nontonin Evan begini, Naz?" tanya Kia.

"Nggak setiap pagi juga kok, kalau lagi senggang aja..." jawab Nazla. Kia hanya ber-oh ria. Sekarang dua cewek itu meneruskan kegiatan mereka menonton. Sesekali keduanya ikut bersorak ketika Evan, Azka, atau beberapa orang yang dikenal berhasil mencetak angka.

"Ck! Berisik banget sih, nonton tuh mata aja yang kerja kali, mulutnya nggak usah!"

Cibiran sinis itu menyentil daun telinga Kia. Terasa berdenging di gendang telinganya. "Kalau nggak suka tempat berisik, baca aja di kuburan sana!" sahutnya tak mau kalah ketus.

Nazla menghela napas kemudian menatap Andra dan Kia bergantian. "Kalian berdua itu kenapa sih, dari kemarin ribut melulu kalau ketemu?"

Tidak ada yang mau menjawab. Masalahnya, baik Kia atau Andra juga tidak tahu dengan pasti kenapa mereka saling tidak menyukai satu sama lain begini. Tapi satu-satunya jawaban yang logis adalah Andra men-cap Kia sebagai murid baru yang menyebalkan karena cara gadis itu mengejek hobi membacanya, sementara Kia selalu sensi pada Andra perkara sifat ketus dan nada sombong cowok itu.

Bel masuk terdengar. Para pemain basket dilapangan membubarkan diri. Evan dan Azka menghampiri Andra, Nazla, dan Kia. Evan memang menitipkan tas sekolahnya pada Nazla, sementara tas Azka, Andra yang membawa. Sebotol air mineral Nazla bawakan untuk pacaranya, Evan meneguknya hingga tandas setengah dan melempar sisanya untuk Azka. Kia sibuk membersihkan rok seragamnya sembari menunggu Nazla selesai bicara dengan Evan.

Pal In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang