Piano Tales

43.1K 3.3K 213
                                    

Day first being their 'Boss'

Supir Kia menyelesaikan aktivitasnya mengelap kaca depan mobil karena melihat majikannya baru keluar dari pintu. Laki-laki berumur kepala empat itu menghampiri Kia dan tersenyum ramah. "Mobilnya sudah siap, Non. Mau berangkat sekarang?" tanyanya.

"Oh. Hari ini Pak Supir santai aja..." balas Kia, terkikik sembari mengikat tali sepatu.

"Loh kok begitu Non?" pak supir tampak bingung.

Selesai memasang sepatu, Kia berdiri dan melipat kedua tangan di depan dada. Gigi-gigi putihnya yang berderet rapi tak lupa dipamerkan. "Buat tiga hari kedepan, Kia adalah seorang bos. Jadi, ke sekolah pun, Kia bakal diantar jemput sama babu-babu ganteng!"

"Hah?" tepat beberapa detik setelah Pak supir membeo begitu, sebuah mobil yang berhenti di depan pagar membunyikan klaksonnya. Evan melambaikan tangan saat kaca disamping kursi kemudi turun penuh. Tampak Nazla juga duduk di samping cowok itu.

Kia meraih tangan Pak supir dan salim padanya. Bagaimana pun, Pak supir adalah orang yang lebih tua dan harus dihormati. "Kia berangkat dulu ya Pak Pir! Bapak ke dapur aja sana, ngopi ngopi gitu...!" tidak menunggu jawaban, cewek itu berjalan santai menghampiri jemputan gratisnya.

"Van aku pindah ke belakang sama Kia boleh nggak?" Nazla meminta izin saat Kia sudah duduk di kursi belakang. Cowok yang ia tanyai mengangguk sambil tersenyum tak keberatan.

"Aku nggak nyangka Andra ngasih kesempatan begini ke kamu, Ki!"

Kia mengibaskan rambut sambil tertawa sehabis mendengar komentar Nazla. "Kia gitu loh!" nada bicaranya dibuat sesombong mungkin. Otomatis Nazla langsung tertawa lepas.

Sepanjang perjalanan, dua cewek itu asyik bercakap-cakap. Evan yang merasa dirinya dilupakan hanya geleng-geleng kepala sambil sesekali melirik Kia dan Nazla lewat kaca spion. "Berasa supir taksi online gue..." lirihnya, namun tak ayal terkekeh sendiri.

Pandangan mata Kia yang tidak sengaja menangkap sebuah kalung keluar dari balik kerah seragam Nazla memancing senyumannya mengembang. "Lo masih pakai kalung itu sampai sekarang, Naz?"

Nazla mengikuti arah pandangan Kia dan memegang gandul kalungnya. "Masih dong. Kamu juga kan?"

Kia mengangguk mantap. "Pasti lah! Nih lihat..." cewek itu mengeluarkan kalung miliknya yang serupa dengan milik Nazla. "Sejak pertama kali dipakai, gue sama sekali nggak pernah ngelepas kalung ini." Ujarnya menceritakan. Nazla pun bilang ia melakukan hal yang sama.

"Aku jadi kangen Ina, Ki..." Nazla menghela napas, sudah memasukkan kalungnya ke balik seragam. "Sekarang dia dimana ya? Apa Ina udah lupa sama kita?"

"Nggak usah khawatir, Naz... Gue yakin ikatan persahabatan di hati kita bertiga masih terlalu kuat buat diputus sama waktu dan jarak yang ada. Dimanapun Ina sekarang, dia pasti selalu inget dan ngerasain rindu yang sama ke kita." Dirangkulnya bahu Nazla untuk menengakan. "Sekarang, yang penting gue sama lo jangan bosen berdoa biar kita bisa ketemu Ina lagi..." sambungnya.

Sekarang Nazla sudah bisa tersenyum kembali. Ia membalas pelukan sahabatnya dan mengangguk. "Gimanapun jalannya, semoga Ina bisa hadir diantara kita lagi..."

****

Statusnya sebagai babu memaksa Andra pergi ke kantin untuk membelikan roti dan susu kotak sesuai pesanan Kia. Karena ingin bisa segera melakukan rutinitas paginya-membaca di belakang ring-Andra cepat-cepat menyelesaikan tugas pertama ini. Untunglah kantin masih sepi sehingga ia tidak harus mengantri.

Alfryda yang melihat Andra meletakkan roti ke meja dihadapan Kia langsung berbisik. "Lo hutang cerita ke gue, Mbak Kia..."

"Tapi lo ya yang telpon duluan nanti malem. Soalnya cerita yang pingin lo denger tuh panjang... Kan sayang kuota gue..." Kia balas berbisik. Alfryda mengangkat jempol setuju.

Andra sempat berdecak tak habis pikir kenapa dua cewek di hadapannya berbisik-bisik dengan suara yang tak dikecilkan. Tak mau ambil pusing Andra putuskan untuk langsung beranjak keluar kelas.

Baru saja Andra mendudukkan diri di belakang ring, mata cowok itu membulat melihat Kia ikut duduk di sebelahnya. Andra memang tidak sadar kalau Kia mengikutinya. "Ngapain lo disini?" tanya cowok itu ketus.

Kia menopang dagu, melirik Andra sambil mengangkat alis. "Ada peraturan yang nggak ngebolehin gue disini?" itu yang Kia lontarkan dari bibir. Tapi di dalam hati berbeda kalimatnya. Yah mau gangguin elo lah, Ndra! Ya kali gue nggak balas dendam!

"Terserah lo lah!" Andra bersingut dan berusaha tidak menghiraukan kehadiran Kia.

Kia merogoh saku untuk mengeluarkan ponsel saat Andra mulai membaca bukunya. Volume ia keraskan sampai batas maksimal sebelum menyetel lagu She Looks So Perfect tanpa earphone sehingga musiknya menghentak sampai ke telinga Andra. Membuyarkan konsentrasinya. Cowok itu mengeram marah. Tapi Kia malah mengangguk-anggukkan kepala mengikuti irama tanpa rasa bersalah.

Andra ingin marah, juga, menyambit Kia dengan buku di tangan. Ia paham betul kalau Kia sengaja mengacaukan fokusnya dengan musik dari ponsel. Tapi karena ia masih sadar posisi, Andra terpaksa menelan kembali semua keinginannya dan hanya bisa mengalah. Kedua tangan ia gunakan untuk menutup telinga.

Lagu hampir selesai. Merasa yang sudah ia lakukan tidak seru lagi, Kia mematikan lagu dan mulai mencari hal lain yang bisa ia lakukan untuk merecoki Andra. Disedotnya susu cokelat yang ia bawa banyak-banyak supaya kandungan gizi dalam minuman tersebut membantu otaknya berpikir.

Andra menoleh karena tiba-tiba Kia menyodorkan ponsel kearahnya. Screen benda pipih tersebut menampilkan menu sebuah game. "Mainin, Ndra." Kata Kia.

"Gue lagi baca!" si cowok menepis tangan di depannya.
"Ini perintah, Andra Aerlangga Putra." Kia tidak ingin menyerah.

"Ck! Gue nggak suka nge-game!"

Andra mundur ketika Kia tiba-tiba berjongkok di depannya. Sebab terkejut saat tangan Kia meraih tangannya, cowok itu pasrah saja saat Kia memaksanya menerima ponsel. "Serius boleh, Ndra. Tapi lo perlu main-main sesekali supaya nggak jenuh!" kata Kia, gadis itu tersenyum. Andra tidak mengerti kenapa ia sempat menahan napas saat melihatnya.

"Hhh... Ya udah ya udah. Tapi lo minggir!" dengan satu telapak tangan Andra mendorong wajah Kia. Sambil merengut akhirnya Kia duduk kembali ke posisinya tadi.

Kia melongo heran ketika Andra mulai bermain. Tidak sesuai dugaan, ternyata jemari Andra lincah menekuni game piano tales dan masih bertahan terus tahap yang lumayan jauh. "Kok lo jago sih, Ndra? Katanya tadi nggak suka?"

"Nggak suka bukan berarti nggak bisa, asal lo tahu." Jawab Andra.

Kia menggeser posisi duduknya supaya leluasa menonton. Sebab Andra bisa terus bertahan sampai mendekati high score-nya, Kia mulai menyemangati cowok itu supaya high score yang ada bisa pecah. Tentu saja angka baru yang lebih tinggi bisa Kia pakai untuk pamer ke Alfryda nantinya, mengakui score yang Andra capai sebagai score sendiri supaya Alfryda tidak terus mengejeknya karena selalu kesusahan membuat high score baru.

Azka yang sedang menggiring bola di lapangan membuat gerakan memutar bola mata karena tanpa sengaja melihat Kia dan Andra yang biasanya selalu bertengkar dan adu mulut sekarang sedang duduk berdua dengan jarak yang bisa dibilang cukup 'dekat'. Ck! Kecepetan nih alurnya!

(TBC)

Ayii: Ditunggu Vomment-nya:)

Pal In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang