Relationship

30.4K 2.4K 486
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 10:15. Dan Nazla sudah berada di teras rumah sejak setengah jam yang lalu. Sedang menunggu sosok Evan yang kemarin bilang akan menjemput jam 10 pagi namun sampai sekarang belum juga muncul.

"Apa Evan nggak jadi ngajak aku jalan ya?" gumam Nazla lesu sambil menatap pagar rumahnya yang bercat putih.

Cewek itu mengecek ponselnya dan membuka semua aplikasi chatting yang ia punya. Memastikan Evan tidak mengirim pesan apa-apa yang memberitahu kalau dia mau membatalkan janji. Dan kesibukan Nazla dengan ponsel langsung terhenti saat sebuah mobil hitam masuk ke pekarangan rumahnya. Sebuah senyuman mengembang indah di wajah cantik Nazla. Itu jelas mobil Evan.

Nazla berdiri dari kursi saat mobil pacarnya sudah berhenti. Tak lama cowok yang sedari tadi ia tunggu-tunggu pun keluar. Evan tampak begitu menawan hanya dengan mengenakan style casual yang memadukan hoodie trasher hitam dengan celana jeans selutut dan sebuah sepatu converse hitam kombinasi putih sebagai pelengkap. Jambul Evan yang naik turun mengikuti langkah kakinya membuat Nazla semakin terpaku.

"Sorry, Naz, gue agak telat, tadi di jalan macet soalnya." ujar Evan saat ia sudah berdiri tepat di hadapan Nazla. Cowok itu sempat diam beberapa saat untuk melihat Nazla dari atas sampai bawah. Nazla terlihat begitu manis dengan penampilan feminimnya yang natural.

“Nggak apa-apa, kok, Van...”

Suara Nazla menyadarkan Evan. "Udah siap, kan? Kita langsung berangkat sekarang?" tanyanya setelah sempat berdehem kecil untuk mengakhiri lamunannya sendiri. Nazla hanya mengangguk kecil.

Ulah Evan yang tanpa permisi menggandeng tangannya sampai ke mobil dan membukakan pintu pula membuat Nazla begitu terkejut. Ritme jantungnya yang tadi normal jadi agak berantakan. Setelah cukup lama Evan sempat menjauh, perlakuan manis yang terkesan sangat tiba-tiba itu membuat Nazla sedikit kikuk. Terasa seperti awal berpacaran dulu. Dimana pipi Nazla mudah sekali merona hanya karena hal-hal kecil yang Evan lakukan.

****

Kamar Andra yang biasanya selalu rapi tampak sangat berantakan pagi ini. Baju dan celana berhamburan di atas kasur sebab ulah cowok itu sendiri. Sudah setengah jam setelah selesai mandi, namun tubuh Andra masih berbalut lilitan handuk yang menutupi area pinggang sampai lututnya saja. Kebingungan memilih pakaian mana yang harus dikenakan sama sekali belum pernah terjadi sebelumnya. Tapi sekarang sudah. Terjadi karena sebentar lagi Andra akan pergi ke rumah pacarnya untuk mengajak jalan.

“Ck! Gue harus pake apaan ya?” Gumam Andra sambil bertolak pinggang. Ditatapnya lemari pakaian yang isinya sudah hampir kosong itu dengan frustrasi.

Mata Andra melebar saat ia berbalik dan menemukan pemandangan kasur ala kapal pecah. Baru sadar kalau daritadi ia memilih baju sambil main lempar-lemparan. Dan angka yang ditunjukkan jam membuat Andra lebih kalang kabut lagi: 10:30!

“Astaga udah siang banget nih!” akhirnya Andra asal ambil saja kemeja flanel kombinasi putih, hitam, dan abu-abu yang paling dekat dengan jangkauan. Dan celana jeans panjang selalu jadi andalan. Dirasa sudah tidak punya waktu berlama-lama lagi, rambut pun ia biarkan acak-acakan.

Kekacauan di atas kasur sedikit menyulitkan Andra saat mencari-cari ponselnya yang baru saja berbunyi. Butuh lima menit dan akhirnya benda pipih tersebut berhasil ia temukan—tertindih bantal. Segera Andra mengecek Whatsapp. Dikira pesan dari Kia, tapi ternyata dari guru fisika.

Pal In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang