Tidak ada pelajaran sama sekali di hari senin ini, setelah ujian kenaikan kelas selesai, murid-murid tetap diwajibkan masuk karena sembari menunggu pembagian raport guru-guru mendapatkan kesempatan untuk mengadakan remed agar nilai anak didiknya yang jelek bisa diperbaiki.
Seharian Kia menghabiskan waktu dengan duduk bersama Alfryda dan Nazla di bawah rindangnya daun pohon sambil berbincang tentang banyak hal. Saat bel pulang berbunyi, Alfryda pulang duluan karena hari ini ia diantar pulang oleh gebetan. Sementara Nazla dan Kia hanya mengambil tas dari kelas masing-masing kemudian kembali lagi ke taman, duduk santai dan lanjut menonton pertandingan basket yang belum usai.
"Ki, kamu ikut acara camping? Surat izinnya udah dibagiin sama wali kelas?"
Pertanyaan Nazla menggagalkan rencana Kia yang baru saja hendak meraih ponsel dari dalam tas dan bermain piano tales. Cewek itu tampak heran bagaimana Nazla sudah tahu tentang acara camping ke puncak khusus anak unggulan yang akan diadakan tiga hari lagi itu. "Kok lo udah tau sih Naz? Gue kan belum cerita?"
"Yah, Ki, camping itu kan udah jadi acara khusus tahunan buat anak-anak unggulan kelas sepuluh sama sebelas, selalu diadain setiap kenaikan kelas. Semua yang sekolah di sini, yang bukan anak unggulan sekalipun, udah pada tahu kali..."
"Oh jadi camping tuh acara tahunan? Gue kira baru diadain tahun ini biar bikin anak sahabatnya kepala sekolah betah?" Kia berkomentar asal, dengan gaya bicara khasnya. Nazla geleng-geleng kepala di tengah tawanya.
"Tapi kamu ikut, kan?" puas tertawa, Nazla mengulang pertanyaan tadi karena kelihatannya Kia sudah lupa.
Dengan jari telunjuk Kia menggaruk pangkal hidung. "Tau deh, gue nggak terlalu suka camping..."
"Yah... Ikut dong, Ki! Aku juga ikut loh..."
"Eh, lo ikut? Kok bisa ikut? Ada hubungannya dengan status lo sebagai pacar anak unggulan?"
"Ishhh! Kamu aneh-aneh aja! Nggak lah, aku emang selalu ikut karena aku kan anggota PMR. Siapa tahu ada anak unggulan yang tiba-tiba sakit pas camping, kan acara-acara semacam ini selalu perlu seksi kesehatan?"
"Wah kalau ada lo, gue jadi ikut deh! Asyik kayaknya!"
Keputusan Kia membuat Nazla tersenyum lebar. Setidaknya kalau Kia ikut, itu akan menjadi menjadi obat yang baik untuk kekecewaan Nazla soal Evan yang semalam bilang dirinya tidak akan ikut karena masih capek dan ada ujian susulan yang harus ia selesaikan. Yah, syukurlah kali ini Kia tidak terlalu susah dibujuk.
"Ehemm..." tanpa Nazla dan Kia sadari, tiba-tiba saja seorang Andra sudah berdiri di depan mereka, padahal tadinya cowok itu tampak masih asyik membaca di belakang ring basket. "Pulang, Naz."
Nazla mengangguk menanggapi ajakan sepupunya. "Kamu dijemput, Ki?" sambil membetulkan letak ranselnya, Nazla bertanya pada Kia.
"Supir lagi anterin Bunda arisan. Jadinya gue bakal pesen taksi online." Balas Kia.
"Eh, yaudah, bareng aku sama Andra aja! Daripada naik taksi?"
Melirik Andra adalah hal pertama yang Kia lakukan setelah mendengar usulan Nazla. Seperti biasa, cowok itu memasang wajah kaku tanpa senyum dan matanya memandang ke sembarang arah. "Nggak usah, deh... Nanti ngerepotin yang punya mobil." Kia pura-pura berbisik dengan Nazla, namun sengaja tak mengecilkan suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pal In Love
Teen Fiction[TELAH TERBIT] "Selalu ada luka, diantara persahabatan dan cinta." ÷×+-=Pal in Love=-+×÷ Masuk kelas unggulan di sekolah barunya jelas bukanlah hal yang diharapkan oleh seorang Kia-siswi dari kelas reguler sebelumnya. Kia sendiri malah lebih suka m...