Kia mengelus dada ketika pintu kamarnya tiba-tiba menjeblak lebar setelah di dorong oleh tetangganya yang sudah biasa masuk tanpa permisi. “Astaga! Kebiasaan deh lo, Ryd! Kalo masuk kamar orang seenak udel aja!” sungutnya mengomeli Alfryda.
Tapi yang diomeli cuek saja, sekonyong-konyong naik ke atas kasur dan langsung merengek. “Huaaa! Pinjem PR fisika lo dong, Ki! Gue nyoba ngerjain sendiri nggak malah selesai yang ada kepala gue puyeng!” dibantingnya buku tugas fisika ke arah Kia.
“Loh emangnya tugas yang ini kapan dikumpulin?” tanya Kia. Tangannya meraih buku Alfryda lalu meneliti tulisan tangan cewek itu.
“Ck! Besok lah! Kalau nggak gue ngapain sampe kalang kabut begini?!”
Mata Kia melebar sempurna. “BESOK?!” ia mengulang dengan suara lantang. “BUKANNYA MASIH MINGGU DEPAN?!” sekarang wajahnya lebih panik dari wajah Alfryda.
“BESOK KIA! BESOK BANGET JAM PERTAMA LAGI! MAKANYA KALAU GURU NGOMONG DENGERIN YANG BENER!” Alfryda ikut-ikutan berteriak. Kalau Kia saja menyangka tugasnya dikumpulkan minggu depan, itu artinya tidak ada diantara mereka yang sudah mengerjakan. Padahal tadi Alfryda datang karena ia kira Kia sudah menyelesaikan tugas fisikanya di tempat les.
Dengan kalang kabut Kia mengguncang bahu Alfryda. “Gimana nih?! Kalo cari contekan besok, pasti nggak kelar, kan jam pertama! Harus selesai malem ini! Tapi gimana?! Fisika itu terlalu jahannam buat gue!”
“Astaga! Kenapa lo malah ganti ngadu ke gue?! Problem kita tuh sama!!!”
Kia menepuk dahi. Alfryda benar, percuma saja teriak-teriak tidak jelas begini. Pelan-pelan Kia menarik dan membuang napas secara teratur supaya tenang. Alfryda ikut melakukan hal yang sama. Lalu keduanya tampak berpikir sekarang, masing-masing mencoba mencari solusi.
“AHAA!” tiba-tiba Alfryda berdiri. Telunjuknya diangkat ke udara sebatas pelipis.
Seketika Kia nyengir, sepertinya Alfryda dapat ide.
“Lo chat aja si Andra, Ki! Dia kan pakar fisika, pasti udah kelar deh tugasnya!”
Cengiran Kia hilang seketika. Rautnya mendadak berubah tegang. “Ogah! Apaan sih bawa-bawa si Andra! Kalau mau juga, lo aja sana yang chat pake ponsel lo sendiri!” gerutunya.
Alfryda duduk lagi. “Loh kenapa? Ya sih gue tahu lo sama Andra masih sering berantem-berantem, tapi lo pernah bilang sendiri kan kalau kalian udah nggak musuhan lagi? Apa salahnya minta tolong? Lagian, diantara kita yang paling deket sama Andra kan elo? Makanya gue suruh lo Kia!” jelas cewek itu.
Dan reaksi aneh Kia yang bukannya menjawab tapi malah bergerak-gerak salah tingkah memancing kecurigaan di benak Alfryda. Diingat-ingat sebentar... Mengumpulkan beberapa fakta dulu supaya bisa membuat kesimpulan. Lalu, berita Andra menyelamatkan Kia di acara camping yang sempat viral, juga gosip-gosip yang beredar menyadarkan Alfryda seketika. “Wah wah! Pasti ada ‘sesuatu’ diantara lo sama Andra yang lo sembunyiin dari gue? Ya kan? Makanya lo sensitif gini pas gue bawa-bawa Andra? Hayo! Ngaku lo!” dedas cewek itu dengan seringai penuh arti.
Sempat berdecak, Kia melengoskan kepala. “Ck! Seminggu yang lalu si Andra tuh tiba-tiba nembak gue!” jujurnya. Malas berbohong dan mengarang alasan yang aneh-aneh karena Alfryda juga tidak akan menyerah memojokkan dirinya.
“WHAT?! NEMBAK LO?!” pekik Alfryda lalu suara tawanya ikut meledak. “Bener kan dugaan gue waktu itu! Dari musuh jadi cinta-cintaan!” sambungnya di sela-sela tawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pal In Love
Teen Fiction[TELAH TERBIT] "Selalu ada luka, diantara persahabatan dan cinta." ÷×+-=Pal in Love=-+×÷ Masuk kelas unggulan di sekolah barunya jelas bukanlah hal yang diharapkan oleh seorang Kia-siswi dari kelas reguler sebelumnya. Kia sendiri malah lebih suka m...