"Jika aku bisa berjalan melalui waktu dan menjadi dewasa, aku akan memegang tanganmu di dunia yang kejam ini"
(GFriend - Rough)OoO
Hari senin. Jika mungkin 9 dari 10 orang didunia ini membenci hari senin, maka Chani adalah 1 dari 10
orang itu yang sangat menyukai hari senin. Hari awal masuk sekolah setelah libur wajib tiap minggunya itu malah sangat Chani sukai.Bukan karena akan menghadapi
mata pelajaran yang ia suka, tapi ada seseorang yang selalu bersamanya saat sore hari itulah yang sangat ia nantikan.Mendorong bangku kepojok kelas
bersama, lalu membersihkan kelas bersama. Hanya berdua, Chani dan Mina—yang jadwalnya hari senin
untuk membersihkan kelas."Chan! Bisa tolong ambilkan sapu diatas itu? Tanganku, tidak sampai"
Cengiran manis jelas terlihat saat ini dari bibir Mina, hingga membuat matanya yang kecil itu membentuk sebuah lengkungan seperti bulan sabit.
Chani yang sedang menghapus papan tulis itu menoleh ketika namanya dipanggil oleh Mina.
"Oh? Tentu"
Kakinya berjalan mendekati Mina berada saat ini, memperhatikan sapu yang berada diatas rak buku itu sejenak sebelum tangan panjangnya terulur untuk mengambil sapu tersebut.
"Akh!"
Mina menundukkan kepala ketika sesuatu mengenai matanya.
"Mina? Kau baik-baik saja?"
Chani panik bukan main melihat Mina sedang kesakitan. Sapu di tangan nya ia lempar ke sembarang arah, kemudian kedua tangannya menangkup di kedua sisi pipi Mina. Perlahan membantu Mina untuk mendongak menatap kearahnya.
"M-mataku... Terkena debu"
Mina terus mengusap-usap matanya dengan tangan guna menghilangkan debu di dalam matanya.
"Jangan!"
Salah satu tangan Chani kini beralih untuk menghentikan tangan Mina yang sedang mengusap-usap matanya."Jangan di usap! nanti bisa
infeksi, Mina." Tangan Chani kini sedang mencoba membuka lebar-
lebar mata kanan Mina yang terkena debu, mencoba mempertahankan agar mata itu masih terus terbuka untuk kemudian bibir Chani maju dan meniup mata kanan Mina beberapa
kali."Sudah?"
Mina mengangguk sambil tersenyum menanggapi ucapan Chani.
"Terimakasih, Chan.."
"Iya.."
Setelahnya, mereka kembali membersihkan kelas bersama. Chani yang sedang menyapu, dan disusul Mina yang mengepel
dibelakangnya, mengepel lantai yang sudah disapu bersih oleh Chani. Namun, sesekali secara tidak
sengaja kain pel Mina mengenai sepatu Chani dan membuat sang pemilik sepatu menoleh kemudian
tertawa lalu diikuti cengiran Mina yang berubah menjadi tawa.Memang, segala sesuatu yang bila dikerjakan bersama itu akan lebih sempurna hasilnya. Dan juga—lebih
menyenangkan!**
"Kau pulang sendiri, lagi?"
Mina mengangguk sambil masih membersihkan beberapa debu yang
tertinggal di rok sekolahnya."Aku kan memang selalu pulang sendiri, Chan"
Chani mengangguk mengerti, sambil membenarkan letak tas
ranselnya. Kemudian mereka berjalan beriringan melewati lorong-lorong sekolah.Hening, tidak ada yang mau memulai pembicaraan sedari tadi, hingga tanpa sadar kini mereka sudah berada di gerbang sekolah.
"Chan? Kau tidak dijemput, lagi?"
Senyuman Chani merekah, menampilkan deretan gigi putihnya lalu mengangguk mengiyakan ucapan Mina.
"Ya sudah, ayo naik Bus lagi bersamaku"
Mina berjalan terlebih dahulu lalu disusul oleh Chani yang berjalan disamping Mina.
Senyum Chani sedari tadi tak pernah hilang. Hatinya terasa lega karena supir baru keluarganya bersedia untuk tidak menjemput ia hari ini, tentu itu adalah permintaan Chani sendiri.
Selama diperjalanan ke halte Bus Chani tak henti-hentinya memandangi wajah cantik Mina. Bahkan ia tidak habis pikir, mengapa orang tua Mina membuang anak cantiknya di Panti Asuhan.
Mina cantik, baik, dan pintar. Sayang sekali jika ia dibesarkan di Panti Asuhan tanpa adanya orang tua. Itu yang selalu Chani pikirkan.
Ckittt!
Hampir saja, Mina terserempet motor yang ugal-ugalan itu jika tangan Chani tidak dengan sigap menarik Mina dalam dekapannya.
"Kau baik-baik saja?"
Tatapan khawatir jelas terlihat dikedua mata Chani saat menatap Mina di dalam pelukannya.
"Aku baik-baik saja, Chan"
Pipi Mina bersemu merah kala tubuhnya sudah terlepas dari dekapan Chani.
Dengan begini, aku bisa melindungimu sampai tempat dimana kau tinggal, Mina. Jika aku bisa berjalan melalui waktu dan menjadi dewasa, aku akan memegang tanganmu di dunia yang kejam ini. Sayangnya untuk saat ini, belum waktunya aku untuk selalu menjabat tanganmu saat kita pulang sekolah..
Yah, andai saja kita sudah
dewasa.FIN.
Aaaaaa boleh gak sih Nuna malu sendiri kaya gini, Chan? ><
Sumpah ya, Nuna pengen banget kamu giniin(?) (apasih
Nun)
Yah intinya itu, jadi dewasa dulu ya dek biar bisa pacaran wkwkwk
Gak sih, bohong ehe
KAMU SEDANG MEMBACA
SF9 Fanfiction
FanfictionBeberapa fanfiction dengan Cast member SF9 (Sensational Feeling Nine) Dari yang tertua hingga yang termuda. Tapi nggak urut, yaa.. Aku bikinnya Random^^ First publish -- Desember 2016 Oleh : Widia Lorensa