Bad?

93 10 0
                                    

Ramainya jalanan serta bisingnya suara sekitar seperti tak terdengar di telinga Sally. Ia berjalan kikuk dengan sosok pria jangkung di sampingnya, tak lupa bibirnya terus ia mainkan agar tidak kering menahan kegugupan. Perasaan senang itu muncul, namun kecanggungan juga hadir di sela-sela perasaan itu.

Melirik sekilas pria di sampingnya, ternyata malah membuat ia gelagapan dan semakin canggung saat pandangan keduanya beradu dalam. Berpaling lagi dan lebih memilih melihat ke arah bawah, Sally memperhatikan langkah kakinya sendiri dengan dada yang bergemuruh hebat di dalam sana.

“Ah... Sally?”

Terkesiap, Sally segera mendongakkan kepalanya demi dapat melihat wajah lawan bicaranya yang jauh lebih tinggi ketimbang dirinya itu.

“Mau... Minum segelas teh hangat?” tawar pria jangkung—atau biasa dipanggil Juho itu kepadanya. Sama halnya dengan Sally, Juho pun merasa canggung jika hanya berdua seperti ini bersama Sally. Apalagi ini akhir pekan, bisa dikatakan ini adalah kencan. Kencan pertama mereka.

“Baiklah...” Sally tersenyum dengan tatapan matanya yang melembut, membuat Juho tiba-tiba seperti tersedak sesuatu ditenggorokannya hingga ia batuk tanpa sebab. Oh, dan jangan lupakan rona merah di pipinya itu.

Kini keduanya terlihat sedikit lebih santai ketimbang sebelumnya yang kelihatan sekali mengalami kecanggungan yang luar biasa. Baik Juho maupun Sally sedari tadi hanya terdiam, sibuk menyelam ke dalam pikiran masing-masing. Bingung ingin membahas apa agar suasana menjadi lebih santai.

“Ah..” hendak saja Sally ingin memulai percakapan, namun seruannya terhenti ketika dengan cepat Juho berlari ke arah samping meninggalkannya tanpa berpamitan terlebih dahulu padanya. Merengut sebal Sally menggerakkan tungkainya ke samping, mengikuti arah tuju teman berkencannya tersebut.

Tungkainya berhenti di satu titik, ia berhenti dengan mata yang terbuka lebar dengan detakan jantung yang kembali tidak normal. Kedua sudut bibirnya tertarik membentuk sebuah senyuman—kagum? Entahlah, Sally merasa bahwa dirinya saat ini tengah terpesona akan sosok Juho yang berada kurang lebih satu meter di hadapan ia berdiri saat ini.

Di depan sana, sosok gadis kecil tengah kesulitan mengikat tali sepatunya dengan badan yang berjongkok guna meraih tali sepatu itu dengan tangan mungilnya. Juho menghampiri gadis itu, berjongkok di hadapannya dan membantu sang gadis kecil untuk mengikatkan tali sepatunya. Senyuman Juho mengembang, tangannya kini beralih untuk berada di puncak kepala gadis kecil itu lalu mengusapnya pelan disana.
Hati Sally mencelos melihat adegan di hadapannya. Ia terpesona akan sosok Juho yang berbeda ketika saat di sekolah mereka. Juho si berandalan, pengacau sekolah, dan murid dengan segala gelar buruknya itu bisa bertindak semanis itu kepada anak kecil. Inilah hal kecil yang bisa membuat Sally semakin jatuh akan sosok Juho. Dibalik perawakan Juho yang seperti itu, ternyata ada hati yang tulus dan penyayang di dalamnya. Sally suka, Sally menyukainya.

“Oh? Sally? Ku kira kau pergi duluan. Kenapa menyusulku kemari? Aku kan bisa menyusulmu nanti.” ujar Juho membuyarkan segala lamunan Sally tentangnya. Sally terkekeh pelan dengan wajah sumringahnya, ia menarik pelan telapak tangan Juho dan menautkan jari-jemarinya disana, menggenggam erat lalu menariknya untuk mengikuti kemana langkah kakinya pergi. “S-Sally, ada apa?” Juho tergugup karena genggaman Sally di tangannya, dan jangan lupakan wajah gadis itu yang terlihat berbeda sekali dengan tadi yang terlihat sangat canggung berada di sampingnya.

“Tidak ada apa-apa, Juho. Aku hanya senang saja, Kkkk~” Sally berujar tanpa menatap ke arah Juho. Ia masih fokus berjalan dengan menarik Juho untuk mengikutinya dengan senyuman yang tak pernah luntur dari wajah cantiknya itu.

Kecanggungan itu entah kenapa sudah menghilang. Sally saat ini merasa bahwa anggapannya selama ini terhadap Juho sudah salah. Juho tidak sejutek itu, Juho tidak seburuk itu.

Ia jadi ingat dengan tulisan di salah satu blog yang pernah ia baca “Seseorang akan menjadi dirinya sendiri jika bersama atau berinteraksi dengan anak kecil” atau yang ini “Seseorang yang menyukai anak kecil itu adalah sosok yang penyayang”

Lucu sekali, menggemaskan. Sampai rasanya Sally ingin mencium Juho saat itu juga karena gemas.

Sally menyukai Juho yang sangar dan berandalan. Namun ia semakin menyukai Juho dengan sisi lainnya ketika bersama anak kecil. Bapak-able katanya, rasanya ingin mengajaknya ke pelaminan saja agar Juho bisa segera menjadi bapak dari anak-anaknya kelak. Hahaha


FIN.

Yang ini aneh ya? Wkwk maaf🙈

050618

SF9 FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang