Modus (Rowoon)

275 24 9
                                    

Rowoon menyeringai lebar, matanya memancarkan aura menyeramkan bagi siapa saja yang melihatnya. Dengan telapak tangan kirinya yang terlihat dibaluti oleh perban putih, ia berjalan perlahan dengan masih memasang seringaian yang mematikan.

Kemudian ia berhenti di depan sebuah jendela berkaca putih bening yang setengahnya sudah hancur entah karena apa, yang jelas, kaca jendela itu hanya ada setengah saja tanpa ada petugas yang mau memperbaikinya segera.

Rowoon meletakkan telapak tangan kanannya di atas kaca jendela yang sisa setengah tersebut. Ia gertakkan telapaknya disana, dan seketika rasa sakit itu mendera. Bahkan, darah kental mulai turun dari luka sobekan telapak tangan Rowoon.

Bukannya berhenti menggertakkan telapak tangannya disana, justru ia semakin mempererat gertakannya.

Mungkin orang di sekitarnya akan berpikir bahwa ia sudah gila karena melukai dirinya sendiri seperti itu.
Ya, Rowoon sudah gila, atau bisa dikatakan hanya 'Setengah gila'. Setengah gila karena.....

"Ouh! Sakit!" Rowoon mengadu kesakitan, ia mengambil kembali tangannya, membiarkan cairan kental berwarna merah itu menetes menyentuh lantai putih rumah sakit yang sedang ia pijaki saat ini.

Rumah sakit? Benar, Rowoon sedang berada di rumah sakit sekarang. Dan yang ia lakukan tadi adalah ingin mengulangi kesakitan ditempat yang sama, (read:kaca jendela) namun ia juga ingin mengulangi kesenangan di tempat yang sama pula. Jangan penasaran soal ini, kalian akan paham sebentar lagi.


Tangannya tidak bisa bergerak walau hanya untuk mengetuk pintu ruangan seseorang, dengan tangan kiri yang diperban dan tangan kanan yang terluka, Rowoon menendang-nendang ringan pintu di hadapannya dengan lutut sebelah kanannya. Ia menunggu pintu itu terbuka agar lukanya juga cepat diobati.

Cklek

Seseorang menyeruak keluar ketika pintu sudah terbuka. "Ada yang bisa saya ban—" ucapan orang di dalam sana menggantung dengan raut wajah terkejut.

".. Kau?"

Rowoon balas tersenyum kepada wanita di hadapannya, ia mengangkat telapak tangan kanannya yang terluka tadi. Ia menunjukkan luka tersebut pada wanita di hadapannya.

"Obati lukaku, dokter."
Rowoon masuk ke dalam ruangan tanpa permisi, lalu ia duduk manis di kursi depan meja sang dokter. Menunggu untuk tangannya segera diobati.

"Bagaimana bisa kau terluka di tempat yang sama?" Wanita bersurai coklat kelam tersebut mulai menghampiri Rowoon, ia mengambil beberapa obat dan perban di Rak samping mejanya dan mulai membersihkan darahnya terlebih dahulu sebelum mengobatinya.

"Entahlah, Aku selalu saja terluka saat akan pulang." Rowoon melebarkan senyumannya. Ia tidak memperdulikan rasa sakitnya, melainkan ia hanya terus memandangi wanita cantik yang sedang duduk di hadapannya saat ini.

Sang dokter tak menanggapi ucapan Rowoon, ia terlalu sibuk memasang perban putih agar bisa menutupi luka sobekan Rowoon.

"Sudah selesai, pulanglah tuan Kim."

Rowoon tak segera beranjak dari duduknya walaupun sang pemilik ruangan sudah dengan gamblang mengusirnya.

"Dokter, boleh aku tau namamu?"
Dengan berani Rowoon bertanya. Oh ayolah, sedari tadi ia sudah penasaran dan ingin berkenalan dengan wanita cantik itu. Lihatlah ia sampai rela melukai kedua telapak tangannya agar bisa diobati oleh sang dokter yang luar biasa cantik di matanya.

"Keluarlah, atau aku telepon pak Direktur dan aku adukan padanya bahwa kau bolos sekolah hari ini." dengan sedikit dorongan yang ia punya, ia mendorong Rowoon agar segera keluar dari ruangannya.

"Ayolah dokter, aku hanya ingin berkenalan denganmu."

"Tidak, pergilah!" Dokter cantik itu tidak memperdulikan jika mungkin setelah ini ia akan diberi teguran karena mengusir anak sang Direktur, ia hanya harus mengusir lelaki jangkung itu sebelum amarahnya semakin naik.

Brak!

Pintu sudah tertutup rapat menyisakan Rowoon yang masih berada disana, di depan pintu dokter 'Spesialis kulit' dan menggedor-gedornya.

"Dokter!"

"Dokter!"

"Buka Dokter!"

Rowoon menghentak-hentakkan kakinya ketika pintu itu tak kunjung terbuka juga. Lalu ia mendongakkan kepalanya ke atas, ingin mencari rencana lain agar bisa berkenalan dengan sang dokter. Namun, yang ia temui di atas sana justru membuat senyumnya kembali melebar.

'Dokter spesialis kulit. Dr.Lee Sejeong'

"Lee Sejeong," Rowoon menggantungkan kalimatnya dengan berjalan perlahan hendak meninggalkan rumah sakit "... Aku pastikan kau akan menjadi dokter pribadiku."

Yang semula Rowoon berniat datang ke rumah sakit saat jam pelajaran sekolah hanya untuk menghilangkan bekas jerawatnya itu, ternyata akan menjadi seperti ini. Ia terpesona dengan kecantikan sang dokter hingga rela melukai kedua telapak tangannya hanya agar bisa melihat lebih lama wajah cantik itu, juga agar bisa modus meminta berkenalan dalam waktu yang sama.


FIN.

Ciee Mas Rowoon modus ciee..
Ada yang pernah ngalamin kaya gini? Modus keseseorang sampe rela terluka gitu?
Jangan sampe ada yang ngalamin ya, kan bahaya tuh kalo luka. Wakakaka

Sebenernya ini aku bikin kaya ceritanya 'Karan & Kiran' di salah satu film lama India. Cuman aku bedain di beberapa sisi ^o^

SF9 FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang