Akhir Dunia

122 11 5
                                    

Berjalan perlahan menelusuri setiap lorong-lorong rumah sakit, ia rasa nafasnya tercekat di tenggorokan. Sedari tadi ia tidak bisa dengan leluasa menghembuskan nafasnya secara normal. Pikirannya melayang kesana-kemari tanpa tujuan, salah satu yang sedang ia pikirkan ialah—Apakah ia tidak akan menolak kehadiranku jika aku kemari?

Langkahnya terhenti, tepat di depan pintu geser berbentuk persegi empat dengan panjang melebihi tinggi tubuhnya sekitaran limabelas senti tersebut. Ia bimbang, antara masuk, atau tidak.

Namun, mengingat seseorang yang berada di dalam ruangan sana. Kebimbangannya hilang seketika. Ia harus masuk, Harus.

Lalu perlahan pintu terbuka, ia langkahkan kakinya untuk berjalan memasuki ruangan bernuansa serba putih tersebut, tak lupa aroma obat-obatan menyambut indera penciumannya.

"Eoh!"

Senyuman Taeyang mengembang, melemparkan senyuman penuh kasih sayang itu adalah hal yang selalu ia berikan—kepada gadisnya.

"Untuk apa kau kesini, Yoo Taeyang?" Tanya seorang gadis yang sedang berbaring di ranjang putih di hadapan Taeyang saat ini.

"Tentu saja untuk menjagamu, aku tau kalau tidak ada yang menjagamu saat malam hari. Jadi biarkan aku bersamamu disini, menjagamu, agar kau tidak kesepian." lagi-lagi Taeyang menyunggingkan senyumannya, senyuman yang menggambarkan 'Betapa ia sangat menyayangi gadis di hadapannya ini'

"Taeyang ..."

"Sudah, aku tidak menerima penolakan." Taeyang bersungguh-sungguh akan ucapannya, ia akan dengan senang hati berada di rumah sakit yang sangat ia benci ini semalaman. Demi Valyn, ia akan lakukan apa saja.

"Bagaimana keadaanmu? Sudah mendingan?" Taeyang berseru. "Sudah makan?"

Tidak ada jawaban, Valyn hanya terus menatap Taeyang. Oh! Tolong beritahu Valyn, bahwa Taeyang sangat membenci tatapan semacam itu.

"Taeyang dengarkan a—"

"Mau makan Roti Abon langganan kita dulu tidak?" sengaja, Taeyang sengaja memotong ucapan Valyn padanya.

"Kubelikan, ya? Kau tunggulah sebentar"

Selangkah kaki Taeyang melangkah, lalu kaki itu kembali berhenti ketika lengan kirinya dicengkeram oleh Valyn.

"Taeyang ... Berhentilah, berhenti mengejar cintaku. Aku sudah bertunangan!" ucapan Valyn meninggi di kalimat terakhir, ingin memberitahu lelaki di hadapannya untuk berhenti mengejarnya. Rasa bersalah itu selalu muncul jika Taeyang masih saja terus memberikan perhatian lebih padanya. Valyn tidak mencintai Taeyang, sungguh. Ia bahkan sudah mengatakan hal tersebut secara langsung kepada Taeyang, namun ....

"Jawabanku masih sama, Valyn..." Taeyang menarik nafasnya dalam-dalam, lalu mengeluarkannya perlahan melalui mulutnya. Lalu kemudian ia melanjutkan kalimatnya, "Jika waktu sudah berhenti berjalan, dan dunia sudah hancur lebur menjadi satu. Hanya saat itulah aku juga akan berhenti mengejarmu."



FIN.

Baper ya? Baper ya? Cieee yang nulis baper -,- semoga sih yang baca juga baper /lari

SF9 FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang