Earphone (2)

99 12 20
                                    

Tertawa bersama, makan siang bersama, bahkan pulang sekolah bersama. Juho maupun Rowoon kini semakin dekat, seakan mereka adalah sahabat yang tidak akan bisa dipisahkan oleh apapun.

Namun siapa sangka jika teman laki-laki satu kelasnya mempunyai pemikiran lain akan kedekatan mereka.

“Hei! Kalian pasangan gay!

Tidak ada yang menoleh ketika dipanggil, memang siapa yang gay?

“Juho dan Rowoon! Kalian tuli?!”

Barulah mereka menoleh ketika namanya diserukan teman satu kelasnya tersebut. “Ada apa?” jawab Juho singkat.

“Kalau mau berpacaran jangan disini, disini tempat untuk belajar, bukan untuk pasangan tidak normal seperti kalian!” sengaja, ia mengeraskan suaranya untuk dapat memberitahukan kepada seluruh penghuni kelas dan mempermalukan Juho maupun Rowoon.

Rowoon berapi-api, matanya mengkilat marah mendengar perkataan lelaki di hadapannya kini. Ia maju selangkah untuk dapat meraih kerah seragam lelaki di hadapannya—atau yang biasa dipanggil Hwiyoung.

Hendak saja melayangkan tinjuannya, seseorang menepuknya dan menarik tubuhnya sedikit mundur agar lebih menjauh dari Hwiyoung. “Sudah jangan hiraukan, ayo pulang.” itu Juho. Rowoon memilih menuruti apa yang dikatakan sahabatnya. Toh, memukuli Hwiyoung malah akan memperpanjang masalah, belum lagi nama Ayahnya akan ikut jelek sebagai kepala sekolah karena perkelahian anaknya nanti.

Berjalan beriringan dengan keduanya yang saling terdiam tidak seperti biasanya. Rowoon terdiam karena masih memikirkan cemohan Hwiyoung padanya tadi. Juho? Entahlah, mungkin ia juga masih memikirkan hal yang sama seperti yang sahabatnya pikirkan saat ini.

Mereka bukan gay, sungguh. Mereka normal, menyukai lawan jenis seperti seharusnya seorang pria diciptakan.

Ieuw menjijikkan, pasangan gay!”

Lihatlah betapa serasinya mereka hahaha!”

“Aku jadi penasaran bagaimana gaya berciuman mereka nanti!”

Rowoon sudah memasang kuda-kuda akan menyerang jika saja lengannya tidak dicengkram oleh Juho yang berada di sampingnya. Rowoon seakan ingin protes karena Juho menghentikannya, tatapannya seolah mengatakan “Mereka sudah kelewatan, Ju!” Juho menggeleng, mencoba untuk menenangkan Rowoon. Ia memasangkan earphone berwarna putih miliknya ke telinga sahabatnya.

“Jangan hiraukan mereka, jangan dengarkan. Yang terpenting kita tidak seperti yang mereka katakan.” Juho berbisik dengan senyumannya yang mengembang. Rowoon sedikit tenang setelah mendengarkan tuturan sahabatnya.

Benar, ia tidak akan marah hanya karena ini. Karena kalau ia mengelak, mereka akan semakin menjadi. Ia laki-laki, laki-laki normal!

Kini Rowoon sudah kembali, sudah asyik dengan musik di telinganya. Sedangkan Juho sendiri masih dapat mendengar cemohan itu karena ia tidak memakai earphone.

Biarlah hanya ia yang mendengar kata-kata tak pantas itu, ia sudah terbiasa menerima semua itu. Biarkan Rowoon saja yang menutup telinganya, karena sahabatnya itu tidak pernah mendapat perlakuan seperti ini sebelumnya. Berbeda dengannya yang seakan telinganya sudah kebal mendengarkan bualan teman sekolahnya.

Yang terpenting memang ia itu normal, tidak benar-benar gay seperti cemohan teman sekelasnya.

Apa peduli mereka? Toh, yang menghidupiku bukan mereka, tapi Ibuku—pikir Juho.




~ Finish ~

Mantap gak nih?
Mantapin ae ya? :v

Btw anyway busway.. My beloved dedek(?) ultah hari ini yeay🎉🎉
Dedek maknae nya Sf9 ultah ya, semoga tetap jadi dedek gemesnya nuna😍😍 semoga nggak bandel-bandel lagi, kasian hyungnya hahaha😄😄

170118

SF9 FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang