Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam, memang sudah malam, bahkan teman-teman kerja Hwiyoung sudah pulang terlebih dahulu. Namun tidak dengannya. Ia masih terjebak di dalam kafe tempat ia bekerja, hanya karena satu pelanggan wanita.
"Oh astaga, rahangmu indah sekali!"
Tolong beri kekuatan Hwiyoung saat ini. Dadanya naik-turun tak menentu ketika dengan lancangnya pelanggan wanita di hadapannya itu menyentuh rahangnya, memainkan jari telunjuknya disana, berputar-putar lalu berakhir dengan cubitan halus tepat di bawah telinga Hwiyoung.
"Andai saja aku bisa bekerja disini, pasti aku bisa lebih leluasa menyentuhmu.. Hhh" wanita itu mendesah pelan di akhir kalimatnya, dan menunjukkan wajah murungnya.
Seharusnya, memang kafe sudah di tutup beberapa menit yang lalu, kalau saja wanita itu tidak datang terlebih dahulu. Wanita itu selalu datang di saat-saat seperti ini, saat jam malam, dan saat teman-teman Hwiyoung juga sudah pulang.
Memang menjadi pemegang kunci kafe sangat tidak menyenangkan. Sama seperti yang Hwiyoung rasakan saat ini, yang selalu pulang terakhir hingga ia di pertemukan dengan wanita di hadapannya ini setiap malam.
"N-nona, ini sudah malam. Sebaiknya kau pulang, k-kopi mu bahkan sudah habis." Ujar Hwiyoung berhati-hati. Oh tidak, memang nada bicaranya sedikit terbata-bata. Mungkin efek rahangnya disentuh tadi masih ada.
"Ayolah, ini masih sore. Aku tidak ingin pulang. Buatkan aku kopi lagi."
Hwiyoung menarik nafasnya lalu mengeluarkannya perlahan melalui mulutnya. Ia harus sabar, ia tidak bisa mengusir wanita ini karena wanita ini mempunyai posisi penting dengan atasannya. Bisa-bisa ia di pecat jika menolak permintaan wanita itu.
Dengan telaten ia mulai membuatkan secangkir lagi kopi untuk pelanggannya. Berbeda dengan Hwiyoung yang sedang sibuk menuangkan susu beserta krim kedalam secangkir kopi di genggamannya. Wanita itu justru sedang asyik memperhatikan Hwiyoung. Memperhatikan lelaki tampan itu dengan cermat, memperhatikan bibir Hwiyoung yang terkatup rapat. Bahkan wanita itu sudah berpikiran kotor ketika melihat urat tangan Hwiyoung yang menonjol jelas.
Betapa sempurnanya dia, dan betapa gagahnya dia. Batin wanita tersebut.
Hwiyoung sedikit tersentak ketika lengannya yang sedang menuangkan krim dalam cangkir kopi tersebut digenggam oleh wanita di hadapannya.
"Hwiyoung-ssi, bolehkah aku menciummu?"
Prang!
Cangkir krim yang semula di tangan Hwiyoung kini sudah mendarat tak mulus di lantai, cangkir itu pecah berkeping-keping akibat Hwiyoung menjatuhkannya.
"A-apa?" Hwiyoung membulatkan matanya, keringat dingin mulai membasahi pelipisnya. Bahkan bibirnya tak mampu lagi mengeluarkan kata ketika wanita di hadapannya itu sudah sedikit lebih mendekatkan wajahnya, membuat Hwiyoung semakin panik di tempat. Ia bingung harus berbuat apa saat ini, ia tidak bisa mendorong wanita itu untuk menjauh darinya sekarang juga. Wanita itu adik dari atasannya, bisa-bisa ia benar di pecat jika sampai melukai wanita itu. Namun, Hwiyoung juga tidak bisa diam saja seperti ini, ia takut ciuman pertamanya akan di rampas oleh wanita yang bahkan bukan siapa-siapa di kehidupannya.
Lalu ia hanya bisa berdoa di dalam hati ketika hidung wanita itu bahkan sudah menempel dengan hidungnya. Semoga saja bibirnya selamat (?)
FIN.
Ini apa? '-'
Gatau, tanyakan saja pada rumput yang bergoyang(?)Pliss banget aku minta maaf bikin ff gak jelas ini, ini lah akibatnya mabok pesona Hwi :')
Mau berbagi penampakan Hwi juga deh, yang udah bikin Fantasy Mabok semaleman :')Luv luv ya :* /laluditendangChani
KAMU SEDANG MEMBACA
SF9 Fanfiction
FanficBeberapa fanfiction dengan Cast member SF9 (Sensational Feeling Nine) Dari yang tertua hingga yang termuda. Tapi nggak urut, yaa.. Aku bikinnya Random^^ First publish -- Desember 2016 Oleh : Widia Lorensa