❄CHAPTER 12❄

44 2 0
                                    

Happy reading, guys!

❄❄❄

SANDRA

"Ayang Sandra!" teriak seseorang dari luar dengan suara yang dibuat-buat.

Sandra yang tengah memakan sarapannya dengan tenang pun hanya bisa mendengus kesal mendengarnya. Sementara Aldan tertawa melihat ekspresi adik perempuannya itu.

"Ayang lo dateng 'tuh," celetuk Aldan di sela-sela tawanya.

Sandra menatap tajam kakak laki-lakinya itu. Lalu, ia melempar sendok yang ia gunakan untuk makan ke arah Aldan. Dan yak! Tepat sasaran! Sendok itu mengenai dahi Aldan, membuat cowok itu mengelus dahinya dengan sumpah serapah yang keluar dari mulutnya dengan suara yang pelan.

"Ma! Sandra KDRT 'nih!" teriak Aldan mengadu pada Lina yang sedang berkutat di dapur-entah sedang melakukan apa.

"Biarin aja, Aldan, yang penting dia nggak bunuh kamu!" balas Lina dari dapur.

Aldan yang mendengarnya pun memasang wajah cemberutnya. Dan kali ini, Sandra yang tertawa dengan kerasnya. Bahkan lebih keras dari Aldan tadi.

"Ayang Sandra!"

"Aelah!"

Sandra berdiri dari duduknya dan mengambil tas yang ia sampirkan di kursi. Lalu berjalan ke dapur untuk pamit pada kedua orang tuanya. Kebetulan, Angga memang sedang di dapur. Jadi, Sandra tidak perlu repot-repot ke kamarnya untuk salim.

"Yah, Bu, Sandra berangkat. Assalamualaikum," pamit Sandra sambil mencium punggung tangan kedua orang tuanya.

"Waalaikumsalam. Iya, hati-hati," pesan Lina.

"Oh ya, Ayah dengar tadi ada yang manggil kamu dari luar deh. Siapa?" tanya Herman yang baru saja keluar dari kamar lengkap dengan kemeja serta jas hitamnya.

"Tino, Yah, siapa lagi," jawab Sandra.

Kemudian, ia berjalan menuju pintu utama dan membukanya. Hal yang pertama kali Sandra liat adalah seorang cowok yang tengah tersenyum ke arahnya dengan manisnya. Sandra membalas senyuman itu.

"Ayok berangkat, keburu telat."

"Tumben jemput, biasanya juga masih molor," sindir Sandra.

"Jangan marah gitu dong, San, sekali-kali aku jemput kamu, biar romantis gitu."

"Ih, jijik gue denger lo ngomong pake aku-kamu. Pake lo-gue aja lah."

"Iya, Sandraku sayang."

Pipi Sandra bersemu merah saat Tino membubuhkan kata 'sayang' di belakang namanya. Untungnya, ia sudah naik di jok belakang sehingga ia memastikan pasti Tino tidak melihat pipinya yang bersemu merah.

"Aih, blushing."

Ah, sial! Bagaimana Tino bisa tau kalau dia sedang blushing?

Maka dari itu, untuk menghilangkan pemikiran Tino tentang keblushingannya -meskipun itu benar, Sandra menggeplak kepala Tino yang ternyata sudah tertutupi oleh helm. Sandra mengibaskan tangannya karena sakit.

SANDRA (COMPLETED)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang