❄CHAPTER 27❄

17 1 0
                                    

Happy reading, guys!

❄❄❄

Langkah Via terhenti di sebuah ruangan yang sunyi dan penuh dengan buku. Perpustakaan. Via lalu melepas sepatunya dan mengajak kakinya untuk masuk.

Dengan langkah pelan, Via menyusuri tiap rak berisikan buku dengan berbagai judul itu. Hingga matanya tertumbuk pada sesosok perempuan yang duduk di balik bilik berwarna coklat muda. Via pun menghampirinya.

"San," panggil Via begitu ia duduk di samping Sandra.

"Kenapa?" balas Sandra. Ia tetap pada aktivitas membacanya, tanpa mau menatap Via.

"Gue mau minta maaf atas sikap gue pas kali pertama gue ke sini. Gue emang masih ada rasa sama Aldo, tapi gue tahu kalau dia udah move on dari gue. So, percuma juga gue ngelakuin hal apapun kalo dianya udah nggak mau sama gue."

"Kenapa harus minta maaf?" tanya Sandra. Kini, ia menutup bukunya dan mengarahkan perhatian pada Via.

"Karena gue udah bikin lo bad mood di hari pertama gue di sini," jawab Via. "Dan mungkin, itu bikin lo nggak suka sama gue. Apalagi, gue deketin Aldo terus," tambahnya.

Kening Sandra berkerut, kenapa gadis di depannya ini sangat sok tau? Memangnya dia siapa bisa membuat moodnya jelek? Apa urusannya juga dengan Aldo? Mau cowok itu deket sama siapapun juga Sandra nggak peduli, toh mereka hanya berteman biasa. Bukan sahabat ataupun pacar yang bisa melarang cowok itu.

"Pertama, lo bukan orang yang berjasa di hidup gue sampe bisa bikin mood gue jelek. Kedua, lo juga bukan orang penting di hidup gue, jadi gue biasa aja sama lo. Ketiga, kenapa lo bawa-bawa Aldo 'sih? Mau kalian ngapain juga terserah."

Via tersenyum kecil. Kalimat terakhir yang dilontarkan Sandra sungguh terdengar lucu di telinganya. Pasalnya Sandra seperti anak kecil yang sedang ngambek, bukan seorang gadis remaja yang mencoba untuk serius seperti sekarang.

"Kenapa ketawa?!"

"Sssssstttt!!!"

Seruan dari Sandra yang cukup keras membuatnya ditegur oleh penjaga perpustakaan. Sandra hanya tersenyum sambil mengatupkan kedua tangannya dan mengatakan 'maaf'.

"Sumpah, San, lo kayak anak kecil lagi ngambek. Lucu banget tau nggak." Via menutup mulutnya agar suara tawanya teredam.

Sementara itu, Sandra kembali mengerutkan keningnya. Merasa aneh dengan gadis yang tengah berusaha menahan tawanya itu. Memangnya, ia tadi melucu?

"Apaan 'sih, aneh banget lo," ucap Sandra. Ia baru akan mengembalikan buku yang tadi dibacanya ketika suara Via kembali terdengar setelah tawa tertahan itu berhenti.

"Intinya, San, gue mau minta maaf sama lo, entah semua yang gue perbuat ke lo itu lo anggep kesalahan atau bukan. Dan, gue mau lo jadi temen gue."

Via mengucapkan kalimat terakhirnya dengan sangat lirih, membuat Sandra harus kembali mendengarnya lagi. Walau keadaan perpustakaan sepi, tapi yang ia dengar tadi hanya samar-samar, itu pun tak jelas.

"Ulangi kalimat terakhir, gue nggak denger," pinta Sandra sembari duduk kembali dan menatap kedua manik mata milik Via.

Sedangkan yang ditatap malah menunduk ke bawah. Sungguh ini kali pertama ia mengajak seseorang untuk menjadi temannya. Padahal, biasanya banyak yang mau daftar untuk menjadi temannya.

Setelah menenangkan gejolak di dadanya hanya karena akan mengulangi kalimat terakhirnya, akhirnya Via mendongak dan membalas tatapan Sandra dengan lembut seraya tersenyum. "Gue mau lo jadi temen gue."

Mata Sandra berkedip-kedip. Kali ini, sepertinya ia yang ingin tertawa. Namun, sebisa mungkin ia tahan. Walau ekspresi di wajahnya tentu tidak bisa berbohong.

"Lo mau ketawain gue, ya?!" seru Via.

"Ssssstttt!!!"

Untuk kali kedua, Via mendapat teguran dari penjaga perpustakaan. Dia hanya menunduk sambil mengucap kata 'maaf.

"Abisnya lo ngajak apa nyuruh gue 'sih, nadanya maksa gitu."

"Dua-duanya 'deh, biar lo mau. Gimana?"

"Oke." Sandra menunjukkan jempolnya. "Pulang nanti traktir gue bakso di depan, ya."

"Nah, kalo yang ini baru bisa dibilang pemaksaan."

"Gue 'sih terserah aja. Kalo mau, ya, silahkan, kalo nggak juga nggak pa-pa."

Sandra meraih bukunya seraya beranjak. Lalu berjalan menuju rak buku berwarna biru muda untuk menaruh kembali buku yang ia baca. Di belakangnya, ada Via yang mengikuti sampai mereka berada di luar perpustakaan.

"Ya udah deh, nanti gue traktir," ujar Via.

"Nah, gitu dong."

"Belum genap sehari kita berteman, udah tekor aja gue. Gimana kalo sebulan?" gumam Via.

"Apaan?" tanya Sandra. Padahal, ia mendengar dengan jelas setiap kata yang keluar dari mulut Via. Ia hanya ingin melihat bagaimana ekspresi Via saja. Dan itu membuatnya ingin tertawa.

"Hah? Gue nggak ngomong apa-apa 'kok, San. Sumpah!"

Detik itu juga Sandra menyemburkan tawanya. Ia sampai berhenti dan memilih untuk menepi agar tidak menghalangi jalan.

Via pun mengikuti. Ia tersenyum melihat Sandra yang tertawa dengan lepas. Entah mengapa ia merasa bahagia karena membuat seseorang tertawa. Sungguh suatu kebanggaan baginya.

Dan Sandra, setelah tawanya berhenti, ia tersenyum dengan mata yang menatap lurus ke arah Via. Kemudian, ia merentangkan kedua tangannya dan memeluk Via. Saat itu juga, setetes air mata jatuh dari ujung kedua matanya. Itu bukanlah efek dari tertawanya. Tapi, ia senang akhirnya bisa menemukan seseorang yang benar-benar mau berteman dengannya. Bukan berarti Via menggantikan posisi Kelly. Tentu Via akan mendapat posisi tersendiri di hati Sandra. Yang jelas, Sandra merasa senang karena memiliki seorang teman yang nantinya akan menjadi tempat curhat ataupun sharing pengalaman.

Sementara itu, di balik tiang yang tak jauh dari posisi mereka berdua, ada seorang laki-laki yang juga tersenyum senang menatap keduanya. Ya, laki-laki itu adalah Aldo. Ia senang melihat Sandra bisa kembali tertawa lepas setelah kepergian Tino serta Kelly yang menghilang tanpa kabar. Ia juga bersyukur akhirnya tidak ada lagi rasa sakit hati, dendam, marah, dan apapun itu di dalam hatinya. Ia terbebas dari rasa-rasa yang membuatnya sakit itu.

Namun, Aldo kembali teringat kalau masalahnya bukan hanya berputar pada teman-temannya saja. Ia juga masih punya masalah pribadi yang entah bagaimana caranya untuk menyelesaikannya. Ralat, bukan bagaimana, melainkan apakah ia mau untuk menyelesaikannya atau tidak. Itu poin pentingnya.

❄❄❄

SANDRA (COMPLETED)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang