EPILOG

43 2 0
                                    

Happy reading, guys!

❄❄❄

Aldo meletakkan kembali sebuah pigura foto di atas meja. Ia lalu berlanjut ke pigura selanjutnya. Bibirnya menyunggingkan senyum kala melihat beberapa foto dalam pigura itu berjejeran di atas meja.

Ia tak menyangka jika gadis itu pada akhirnya kembali kepadanya. Padahal, ia sangat tahu jika gadis itu belum bisa menghilangkan perasaannya pada laki-laki di masa lalu. Namun, kesetiaan Aldo dalam menemani gadis itu-walau mereka hanya sebatas sahabat-sepertinya menimbulkan percikan-percikan api cinta yang membuat gadis itu akhirnya mengajak Aldo untuk menjalin hubungan kembali.

"Lagi ngapain 'sih?"

Aldo menoleh. Tampak olehnya sebuah pemandangan yang amat sangat menyejukkan mata. Aldo melebarkan senyumnya. Ia kemudian menghampiri sosok wanita itu.

"Lagi ngeliatin foto kita. Nggak nyangka aja gitu, kamu akhirnya luluh juga sama aku," kekeh Aldo.

"Ngeledek nih," ucap wanita itu dengan garang.

"Loh, siapa juga yang ngeledek. Kan aku bicara fakta," sanggah Aldo sambil tetap tersenyum. Entah mengapa, hari ini ia merasa bahagia sekali. Lebih bahagia dari hari-hari sebelumnya. "Oh iya, gimana persiapannya? Udah semua? Atau masih ada yang kurang?" tanyanya kemudian sambil berlalu menuju taman belakang rumahnya. Yang diikuti oleh wanita tadi di belakangnya.

Aldo berkacak pinggang sambil geleng-geleng kepala melihat pemandangan tamannya sendiri yang sudah penuh dengan barang-barang. "Hebat kamu, bisa ngerjain semua ini sendirian," pujinya yang tetap berdecak kagum.

"Iyalah, siapa lagi kalo bukan aku. Kamu mana mau," sindir wanita itu sambil melirik Aldo.

Aldo lalu memutar tubuhnya menghadap wanita itu. Tanpa aba-aba, tangannya langsung menggelitiki perut wanita itu hingga mereka jatuh di rumput, dengan posisi Aldo di atas. Sekuat mungkin ia menahan tubuhnya agar tidak sampai menimpa tubuh seorang wanita di bawahnya.

Senyum nakal seketika terbit di bibir Aldo. Ia kemudian mendekatkan wajahnya pada wanita yang ada di bawahnya perlahan. Sang wanita hanya bisa menutup matanya. Hingga suara teriakan dari berbagai jenis suara memecahkan konsentrasi keduanya. Mereka langsung berdiri dengan mimik muka gugup. Walau sudah sah dalam menjalin hubungan, namun tetap saja mereka merasa malu. Apalagi, ini masih h+3 dari acara spesial mereka.

"Malam pertamanya kurang nih kayaknya," ucap seorang lelaki dengan perawakan sedikit bongsor. Manusia paling subur di antara mereka. Siapa lagi kalau bukan Rendi.

"Iya, atau jangan-jangan kita lagi yang salah hari," sahut seorang wanita di sebelah Rendi. Seorang wanita yang pernah menjadi masa lalu Aldo, kini menjadi masa sekarang dan masa depan Rendi. Wanita itu adalah Via.

Lalu, di sebelah Via ada dua sosok lelaki yang terlihat ngenes sekali. Karena mereka datang tanpa membawa pasangan, alias mereka memang belum mendapat jodoh, alias lagi masih jomblo.

"Ngomong apaan sih kalian. Udah-udah, pada masak sana. Gue udah siapin tempat sama bahan-bahannya nih," ujar Aldo.

"Iya-iya, tau gue kalo rumah lo baru. Sekalian mau pamer kan," sahut Sofyan yang kini tengah menyiapkan peralatan untuk barbeque.

"Nah, itu tau. Yuk, semuanya bekerja!" teriak Aldo senang.

Di tengah kesibukan mereka mempersiapkan makanan-dan ada juga yang sedang bermain ikan, tiba-tiba ada dua manusia berbeda gender yang memasuki taman. Memperhatikan kesibukan yang tengah terjadi, hingga salah satu dari mereka menyadarinya.

"Bang Aldan!"

Spontan, semua aktivitas pun terhenti.

"Astaga, Sandra! Teriakan kamu makin menjadi-jadi aja. Tuh, semuanya pada ngeliatin kan," ujar Aldan.

Ya, wanita yang berteriak itu adalah Sandra. Sang pemilik rumah yang kini telah menjadi istri Aldo. Ia langsung menhambur ke pelukan Aldan karena saking lamanya mereka tidak bertemu.

"Biarin, kan Sandra kangen."

Aldan menghela napas. "Kan waktu pernikahan kamu Abang ada. Masih kangen aja. Biasanya juga suka marah-marah nggak jelas," sindirnya.

Sandra lalu melepas pelukannya dengan wajah cemberut. "Tuh kan, sekarang suka ungkit-ungkit masa lalu deh."

Aldan tersenyum melihat wajah cemberut adiknya. Karena jarang sekali Sandra bersikap manja seperti ini, padahal mereka sudah memiliki pasangan masing-masing.

"Udah ah, nggak malu apa diliatin sama semuanya. Udah gede juga."

Mereka kemudian kembali ke aktivitas masing-masing. Kaum pria memanggang daging dan mempersiapkan makanan lainnya, sementara kaum wanita sedang berghibah ria bersama teman baru mereka, Fira, yang merupakan istri dari Aldan. Fira lebih muda dari mereka, hal itu membuatnya sedikit canggung. Takut salah dalam berucap.

"Eh, kayaknya kita kurang personel nih," celetuk Rendi dengan mata yang tetap fokus memanggang daging.

Semuanya kemudian menoleh kanan-kiri untuk mencari siapa kiranya yang belum datang.

"Iya, baru nyadar gue," sahut Sofyan.

Sejauh mata memandang, Sandra sepertinya sudah melihat semuanya telah datang. Hingga beberapa menit kemudian, ia teringat kalau memang ada yang belum datang. Sepasang suami istri yang sangat penting di masa lalu Sandra.

"Pada ngomongin gue pasti." Suara itu membuat semuanya menoleh dan tertawa.

Pasangan itu. Pasangan yang ditunggu oleh semua orang-khususnya Sandra-telah datang. Ia menyunggingkan senyum lebarnya dan berjalan menuju mereka.

"Pernikahan memang bisa mengubah banyak hal, ya, Kel," ujar Sandra seraya memeluk Kelly dengan erat. Menyalurkan sebuah rindu yang bertahun-tahun belum selesai untuk disampaikan. "I miss you so bad. "

Kelly membalas pelukan itu dengan erat seraya berbisik, "Miss you too, my bestfriend."

Sandra tersenyum mendengarnya. Ia senang, semua orang terdekat dan penting di hidupnya bisa datang di sini. Menceritakan kisah masing-masing saat mereka menjalani kerasnya hidup hingga sukses.

Hari ini. Detik ini juga. Sandra sudah yakin kalau perasaannya untuk Tino sudah sepenuhnya hilang. Terbukti dari getaran di dadanya yang tidak muncul saat bertemu dengan Tino. Lalu, perasaan marah, kecewa, dan perasaan-perasaan negatif yang lain pun perlahan sudah mulai meninggalkan hatu dan pikiran Sandra. Memang benar apa yang ibunya bilang, memaafkan memang mudah, tapi melupakan itu sulit jika kamu tidak berusaha untuk menghilangkannya dari kehidupanmu.

Kini, Sandra sudah mulai lebih dewasa dan ingin mencoba untuk melakukan apa yang pernah dikatakan oleh ibunya itu. Walau sulit di awal, tapi lama-kelamaan Sandra terbiasa. Hatinya pun semakin tenang karena ia tidak menyimpan perasaan negatif yang kapan saja bisa merusak kehidupannya.

❄❄❄

SANDRA (COMPLETED)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang