❄CHAPTER 30❄

11 2 0
                                    

Happy reading, guys!

❄❄❄

Ujian akhir semester telah berlalu. Aldo lega akhirnya ia bisa menjalaninya dengan tenang. Walau ia sangsi akan jawaban yang ia tulis di kertas ujian. Tapi, yang penting ia sudah berusaha. Apapun hasilnya, ia akan terima dengan ikhlas. Seperti yang Vero lakukan. Sepertinya, Vero sudah memberi pelajaran yang berharga baginya. Bahwa kita tidak perlu memaksaan apapun, kalau memang takdir, maka kita akan mendapatnya. Kalau pun tidak, tentu ikhlas menjadi satu-satunya jalan keluar.

Sungguh Aldo merasa bahagia bisa berada di sini. Di sebuah pantai dengan pemandangan laut biru serta deburan ombak yang tenang ditemani udara sejuk. Untuk merayakan selesainya ujian akhir semester, Aldo memang sudah merencanakan hal ini. Kemudian, ia membicarakannya pada yang lain. Dan mereka pun setuju. Berbekal rasa senang serta peralatan sederhana dari rumah, mereka pun berangkat sejak pukul tujuh pagi.

Untuk tempat sudah ditentukan oleh Aldo. Lalu, Rendi mengusulkan untuk memakai mobilnya saja-ralat, mobil Papanya-daripada harus menyewa, ia juga sudah bisa menyetir dan punya SIM. Jadi, aman-aman saja. Vero yang menyipkan alas kain dan barang-barang yang diperlukan. Dan para cewek yang hanya terdiri dari Sandra dan Via bagian membawa makanan.

Begitu sampai, Via yang duduk tepat di samping pintu langsung membukanya dan menghirup udara yang sangat segar. Sudah lama pula ia liburan bersama seperti ini, entah dengan teman-temannya ataupun keluarga.

Lalu diikuti oleh semua yang ada di dalam mobil. Satu per satu mereka keluar dan melakukan hal yang sama seperti Via.

"Akhirnya gue ke pantai!" teriak Sandra senang. Senyum dan tawa seakan tak lelah menghiasi wajah cantik Sandra. Dan bagi Aldo serta Vero, ini merupakan momen langka dan membahagiakan. Vero pun langsung mengambil gambar Sandra sebelum gadis itu berlari ke pantai. Vero tersenyum melihat figur Sandra yang berhasil terjepret oleh kameranya.

"Bagus juga jepretannya."

"Astaga! Kaget gue," Seru Vero. Ia tak menyangka jika ada orang di sebelahnya sejak tadi. Siapa lagi kalau bukan Aldo yang ikut-ikutan melihat foto Sandra.

"Bisa kaget juga ternyata," gumam Aldo.

"Eh kalian, malah mesra-mesraan di sini. Mana tikarnya, para cewek udah nyari tempat tuh di sana," ujar Sofyan.

Vero buru-buru mematikan kameranya sebelum Sofyan kepo dan ingin melihat apa saja yang sudah ia jepret. Dibantu Aldo, Vero membawa dua kain serta camilan yang dibeli di perjalanan. Sedangkan Sofyan? Dia sudah ngacir duluan setelah menyuruh Vero dan Aldo membawa peralatan.

Aldo dan Vero pun menggelar alas kain, lalu Sandra dan Via menata makanan di atasnya. Hanya mereka berempat yang menyiapkan. Karena Sofyan dan Rendi sejak keluar dari mobil langsung berlari ke bibir pantai. Mereka bermain ciprat-cipratan air di sana. Sungguh seperti anak kecil saja. Mungkin masa kecilnya kurang bahagia.

Setelah selesai, mereka pun duduk melingkar dengan berbagai makanan di tengah.

"Gue bawa sunblock 'nih," ucap Via seraya mengeluarkan sebuah benda dari dalam tas kecilnya.

"Gue minta dong," sahut Sandra.

Selesai mengoles sunblock, Via mengajak Sandra untuk berjalan-jalan.

"Eh, San, jalan yuk. Mumpung masih sepi, kali aja ada cogan yang nyantol," ajak Via semangat.

Sandra mengangguk dan berdiri. Ia memakai topi pantai serta kacamata hitamnya. Begitu juga dengan Via yang malah sudah memakainya sejak di mobil. Terlalu bersemangat memang.

"Trus kita?" tanya Aldo. Bukannya ia tak mau ikut, hanya saja ia capek setelah perjalanan cukup jauh. Walau ia hanya duduk saja, tapi bokongnya terasa panas. Kalau Vero, entah apa alasannya.

"Di sini aja, jagain makanan kita," jawab Sandra.

Dan Aldo hanya memanyunkan bibirnya. Ia sebal. Masa sudah jauh-jauh ke pantai tapi hanya duduk-duduk saja. Kalau begini mah, mending di rumah. Ah, badannya juga sih yang nggak bisa diajak kompromi. Udah tahu liburan malah capek.

Aldo akhirnya menselonjorkam kakinya, dan berbaring dengan kedua tangan sebagai bantal. Sedangkan Vero duduk dengan salah satu kaki yang ditekuk.

"Lo nggak gabung sama mereka?" tanya Aldo.

"Mereka siapa?"

"Si Rendi sana Sopyan."

"Gue nggak se-norak mereka."

Aldo nyengir mendengar jawaban Vero yang mengatai Rendi dan Sofyan norak. Padahal, jika saja ia tidak capek, jelas ia lebih norak daripada mereka berdua. Ada untungnya juga ia capek.

"Lo nggak ada niatan buat nembak Sandra?" tanya Vero dengan santainya.

Berbeda dengan Aldo yang tidak bisa santai kalau masalah Sandra. Ia langsung bangun begitu mendengar nama Sandra.

"Jangan ngomongin hal itu di sini dong. Nanti kalo mereka denger gimana?"

"Mereka jauh kali, mana mungkin denger."

"Bisa aja kan."

"Atau gue aja yang bergerak maju kalo lo tetep diam di tempat kayak gini."

"Nggak usah buru-buru kali. Belum tentu Sandra nerima gue kan, sikap dia ke gue pun sama aja kayak ke kalian."

Vero menggelengkan kepala tak percaya. Ternyata, selain dia, ada juga orang yang lebih nggak peka terhadap perempuan.

"Kenapa geleng-geleng? Pake senyum lagi," tanya Aldo.

"Lo itu nggak peka atau gimana 'sih, udah jelas banget kali kalo Sandra suka sama lo. Kalo lo ngulur waktu terus, bisa-bisa perasaan dia berubah. Lo mau hal itu terjadi?"

"Jangan didoain kayak gitu juga kali."

"Makanya gerak cepat, biar nggak diambil orang. Lagipula, momennya juga pas 'kan? Ujian selesai, lagi di pantai pula."

Aldo termenung. Bukan masalah momennya pas atau tidak. Bukan masalah diambil orang atau tidak. Tapi, ia belum yakim kalau Sandra sudah move on dari Tino. Lagipula, ini masih beberapa bulan sejak mereka putus, belum bertahun-tahun.

"Lo ragu?"

Aldo mengangguk pelan. "Apa dia udah move on dari Tino?"

Vero gemas sendiri mendengarnya. Ah, citranya sebagai cowok dingin yang irit bicara sepertinya akan hilang hanya karena meladeni seorang Aldo.

"Makanya lo bantuin dia buat move on. Kalo lo diam aja kayak gini, dia juga bakal kepipiran Tino terus."

"Gitu, ya?"

"Iya!"

❄❄❄

SANDRA (COMPLETED)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang