Jilid 13

1.7K 19 0
                                    

Ditengah-tengah peta itu ada satu bundaran kecil warna merah, disamping itu diberi tanda antaranya empat huruf halus, bunyinya : "Goei Kok Kong Hoe", yang berarti "Istana Goei Kok-Kong". Goei Kok-Kong itu adalah "Pangeran (hertog) Goei".
Masih saja mereka menelitinya.
"Menurut bunyinya keterangan," berkata lagi Sin Tjie kemudian, "harta besar itu disimpannya didalam tanah dari sebuah kamar yang mencil didalam pekarangan istana pangeran Goei itu., jikalau disitu kita menggali kita akan dapati suatu lapis lembaran besi dibawah mana akan kedapatan sepuluh peti besi yang besar. Itulah dia harta besar itu."
"Maka kalu nanti kita sampai di Lamkhia, baik kita lantas cari istana Goei Kok-kong itu," sarankan si pemudi. "Asal kita berhasil mendapati istana itu, selanjutnya mesti kita punyakan daya lain!"
"Goei Kok-kong itu ada gelaran kebangsawanan dari Tay-tjiangkoen Tjie Tat," Sin Tjie terangkan pula. "Jendral itu ada salah satu menteri besar dari kerajaan Beng. Istananya mestinya luar biasa sekali, umpama kata kita dapat memasukinya, pasti sulit untuk menggali sana dan menggali sini untuk cari harta itu..."
"Sekarang ini tak ada gunanya kita pikirkan itu terlalu jauh," Tjeng Tjeng bilang. "Buat apa kita menduga-duga saja? Nanti setelah sampai di Lamkhia baharulah kita berdaya pula."
Sin Tjie anggap si nona benar, ia menurut.
Kembali mereka lakukan perjalanan mereka, sampai lewat pula beberapa hari, sampailah mereka di Lamkhia, kota yang dituju itu, yang dengan lain nama disebut Kim-leng, satu kota bertembok batu yang dipandang sebagai kota paling besar di "kolong langit", sedang disanapun adanya Beng Hauw-leng, ialah makam raja-raja ahala Beng. Itulah ibukota pertama sejak dibangunnya kerajaan Beng oleh Beng Tha-tjouw, kaisar Beng yang pertama. Walau kota itu pernah mengalami kekalutan besar, kotanya masih tetap indah dan ramai.
Sin Tjie berdua Tjeng Tjeng ambil tempat di hotel dengan mengaku mereka datang ke Lamkhia untuk mencari sahabat , dari itu dihari kedua, si anak muda panggil jongos untuk dimintai keterangan dimana pernahnya istana Goei Kok-kong.
Jongos itu bingung. Ia bilang tak tahu ia perihal istana itu.
Tjeng Tjeng sangka orang mendusta, ia jadi gusar.
"Goei Kok-kong ada menteri nomor satu yang besar jasanya dari kerajaan kita, kenapa kau bilang tidak ada istana Goei Kok-kong disini?" ia bentak.
"Jikalau memang benar ada istana itu silakan siangkong cari sendiri," jawab si jongos. "Benar-benar aku tidak tahu."
Tjeng Tjeng anggap jongos itu kurang ajar, ia ayun tangannya untuk memberi bogem mentah, tetapi Sin Tjie cegah dia, hingga kesudahannya si jongos ngeloyor pergi sambil menggerutu sendiri...
"Mari kita cari," mengajak Sin Tjie pada kawannya.
Tjeng Tjeng menurut, berdua mereka keluar dari hotel itu. Itu hari mereka mengidar dengan sia-sia saja, tak dapat mereka peroleh keterangan perihal istana Pangeran Goei itu. Mereka ulangi mencari dihari kedua, hasilnya tetap sia-sia saja, demikianpun ketika mereka lanjuti penyelidikan sampai tujuh atau delapan hari.
Sin Tjie berniat keras mencari balas, ia ingin tunda dulu menyelidiki tentang istana itu, akan tetapi kawannya penasaran.
"Mari kita cari terus," Tjeng Tjeng bilang.
Mereka kembali putar-putaran didalam kota beberapa hari lamanya, tapi hasilnya tetap tidak ada kecuali capai-lelah.
Menurut keterangan yang mereka peroleh sampai sebegitu jauh, katanya turunan dari Taytjiangkoen Tjie Tat atau Goei Kok-kong itu adalah raja muda dengan kekuasaan atas bala tentara didalam kota Lamkhia, bahwa istananya baharu beberapa tahun yang lalu dibangunkannya, sedang tentang istananya Goei Kok-kong, tak ada yang mengetahuinya.
Saking penasaran, Tjeng Tjeng usulkan untuk diwaktu malam satroni onghoe atau istananya raja muda she Tjie itu.
Sin Tjie tidak setuju, ia tentang usul itu dengan bilang, karena istana ada pendirian baru, tak mungkin harta karun didapatkan disana, atau umpama kata benar harta tersimpan disana, dengan berdua saja, apa mereka bisa buat? Sebaliknya apabila mereka gagal, rahasia jadi ketahuan oleh raja muda itu, yang pastinya akan cari sendiri harta itu. Istana pasti terjaga kuat sekali.
Puterinya Kim Coa Long-koen itu dapat dikasi mengerti.
Dilain harinya, diwaktu sore dua orang ini pergi kesungai Tjin Hoay Hoo yang kesohor , untuk menyewa perahu pelesiran, buat mencoba menghibur diri setelah buat banyak hari mereka putar-kayun dengan siasia.
"Ayahmu ada satu enghiong, setelah mendapati peta, dia sendiri masih belum berhasil mencari tempatnya harta karun itu, inilah benar sulit," si pemuda nyatakan.
"Akan tetapi ayah menulis dengan jelas sekali, mustahil ia keliru," si pemudi bertahan. "Karena harta itu bukan cuma satu tail atau dua tail emas, pasti sekali tempat simpannya sulit untuk gampang-gampang dicari sembarang orang..."

Pedang Ular Emas (Kim Coa Kiam/Sword Stained with Royal Blood) - Jin YongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang