Jilid 18

1.9K 34 0
                                    

Tie Hong Lioe kaget disusun kaget. Mulanya ia lihat orang lempar-lemparkan peti-peti yang berat, ia heran untuk tenaga besar dari si anak muda. Habis itu ia saksikan cara berlompatnya Sin Tjie, yang demikian enteng dan pesat, ia kagum tak terkira. Dia tidak tahu anak muda itu, yang lihat dirinya menghadapi terlalu banyak lawan, sengaja pertontonkan ilmu entengkan tubuhnya yang sempurna yang ia peroleh dari Bhok Siang Toodjin. Itulah dia ilmu "Pek pian kwie eng" atau "bayangan iblis berubah seratus macam".
"Jikalau kau berani, kau turunlah!" Hong Lioe tantang pemuda itu. Ia berbuat begini karena ia insyaf ia tak sanggup lawan ilmu entengkan tubuh orang yang sempurna itu.
"Jikalau kau berani, kau naiklah!" Sin Tjie balas menantang.
Hong Lioe bertindak menghampirkan peti-peti besi itu, ia lantas memeluk, untuk digoyang, dengan pengharapan peti-peti itu bergoyang-goyang, supaya si anak muda limbung dan jatuh karenanya.
Benar-benar tubuhnya anak muda itu menjadi limbung, lantas saja dia terjatuh, akan tetapi begitu lekas kakinya injak tanah, ia menyambar Hong Lioe dengan gerakan "Tjhong eng kim touw" atau "Garuda terkam kelinci". Ia gunai tangannya yang kiri.
Hong Lioe tangkis serangan itu, dia pakai tangan kanan. Tapi justeru tangan kanannya diulur, Sin Tjie sambar itu, dicekal di bagian nadinya, lalu sebelum dia tahu apa-apa, tubuhnya telah terangkat naik, dari mulut si anak muda pun terdengar seruan: "Bangun!" Dia sebenarnya bertubuh besar, tubuhnya itu berat sekali, akan tetapi dia jadi seperti dengar kata, tubuhnya terangkat naik, terlempar ke atas susunan peti-peti di atas mana lantas saja ia berdiri dengan limbung, sebab peti pun bergoyang-goyang....
Kawanan penjahat kaget berbareng merasa lucu, hingga akhirnya mereka pada tertawa, sedang si orang she Tie sendiri nampaknya sangat bingung dan kuatir, dengan susah payah dia mencoba akan mengatasi diri, supaya ia bisa berdiri tetap.
"Jikalau kau berani, kau turunlah!" Tjeng Tjeng menggoda.
A Kioe ingat, itu adalah kata-katanya Hong Lioe tadi. Ia bersenyum.
Melihat semua itu, See Thian Kong lantas berseru: "Tam Hiantee, kurunglah itu bocah! - lebih dahulu, singkirkan dia!"
Hoe-tjeetjoe itu kena disadarkan seruan orang she See ini, tidak lambat lagi, ia tiup terompetnya, maka semua berandal dari Shoatang hunus senjata mereka masing-masing, semua maju ke arah Sin Tjie, untuk kepung anak muda ini.
Menampak ancaman itu, A Pa bersama-sama Tjeng Tjeng dan Ang Seng Hay dekati si anak muda, maka itu ketika kawanan berandal mulai menyerang, mereka bisa lantas menangkis. Seng Hay bersenjatakan golok, Tjeng Tjeng bergegaman pedang, tetapi A Pa, si empeh gagu, bertangan kosong, dan yang belakangan ini main cekuk sesuatu penyerangnya, untuk lempar-lemparkan tubuh mereka satu demi satu, hingga semua berandal jadi heran, hingga mereka jeri untuk mendekatinya. Mereka pun takut serang Sin Tjie, yang berkelahi seperti si empeh gagu itu - dengan tangan kosong juga!
Sambil berkelahi, Sin Tjie berlompat, hingga ia dapati See Thian Kong, siapa sedang rebah di tanah dengan dua orang jagai padanya. Dua orang ini lihat musuh datang, yang satu menyambut dengan goloknya, yang satu lagi segera gendong ketuanya, untuk diajak menyingkir.
Atas serangan golok, Sin Tjie berkelit sambil mendak, kakinya bertindak terus, setelah molos dari serangan, ia sampai kepada penjahat yang satunya, yang gendong Thian Kong, begitu lekas ia jambret pundak orang, penjahat itu menjerit kesakitan, hingga lantas saja dia lepaskan ketuanya, maka dengan leluasa, pemuda kita tanggapi si orang she See, tubuh siapa ia kempit, untuk dibawa lari ke kereta besar, ke atas mana dia lompat bersama.
"Hai, kamu sayangi atau tidak jiwanya dia ini?" dia berseru pada semua berandal.
Semua berandal itu menjadi melongo, tidak ada satu juga yang berani bergerak.
Sin Tjie memberi tanda kepada A Pa, lantas si empeh gagu menyerbu ke kalangan Tjeng Tiok Pay.
Orang-orang Tjeng Tiok Pay berdiam sedari tadi, menampak datangnya orang ini, mereka angkat senjata mereka, untuk meirntangi, akan tetapi A Pa telah dapatkan pelajarannya Bok Djin Tjeng, dia tak takuti alat-senjata orang banyak itu, dia maju terus hingga ia dapat dekati Thia Tjeng Tiok.
Dari tempatnya yang tinggi, Sin Tjie awasi A Pa, yang segera bakal berhasil, ia merasa girang, akan tetapi tiba-tiba, ia tampak A Kioe, yang peluki tubuh ayahnya, numprah di tanah sambil menangis menggerung-gerung, hingga ia berbalik menjadi kaget. Ia insyaf, apabila si ketua menutup mata, sulit untuk ia urus anggauta-anggauta Tjeng Tiok Pay itu. Maka ia lantas berseru: "Seng Hay! Lekas panggil pulang saudara A Pa!"
Seng Hay menurut, segera ia tinggalkan musuh-musuhnya, akan hampirkan si empeh gagu, di depannya dia ini, dia pun buat main kedua tangannya, atas maa A Pa segera menoleh kepada si anak muda.
Sin Tjie geraki tangannya dengan cepat.
Melihat tanda itu, A Pa lantas kembali, akan hampirkan si anak muda.
"Pegang dia ini!" kata Sin Tjie, yang serahkan See Thian Kong yang keadaannya seperti setengah hidup dan setengah mati.
A Pa sambuti itu orang tawanan.
Sin Tjie terus lari kepada A Kioe.
"Bagaimana?" tanyanya.
"Soehoe mati!...." jawab si nona sambil menangis.
Sin Tjie periksa hidung orang, yang telah tidak bernapas, akan tetapi kapan ia pegang dadanya ia rasai jantung yang masih memukul perlahan-lahan.
"Jangan kuatir, aku nanti tolong dia!" ia bilang.
Sin Tjie baliki tubuhnya Thia Tjeng Tiok, hingga ia bisa lihat lima batang paku yang nancap di bebokongnya, ialah sebab utama dari kecelakaannya jago itu tak perduli dia sebenarnya liehay dan tangguh. Untungnya darah sudah tidak keluar lagi.
Tidak ayal lagi Sin Tjie totok jalan darah thian-hoe-hiat dan yong-tjoan-hiat orang, menyusul mana darahnya jago itu lantas mulai jalan pula, maka selang sedikit lama, ia mulai sadar, kedua matanya bisa dibuka.
Bukan kepalang girangnya A Kioe.
"Soehoe! Soehoe!" ia memanggil, berulang-ulang.
Tjeng Tiok dengar itu, ia ingat akan dirinya, ia manggut-manggut.
"Jadi dialah gurumu?" tanya Sin Tjie. "Aku sangka dia adalah ayahmu."

Pedang Ular Emas (Kim Coa Kiam/Sword Stained with Royal Blood) - Jin YongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang